Naik Kereta, Siapa Hendak Turut?

Hidup itu pilihan, termasuk memilih berangkat ke dan pulang dari kantor dengan media transportasi apa. Setiap pilihan punya konsekuensi. Tingkat kemacetan yang sangat tinggi di Ibukota pada saat jam sibuk, -rush hours sudah banyak dikaji oleh sekian banyak pakar, akibatnya terhadap produktifitas kerja dan produktifitas perekonomian secara umum. Saya sendiri punya semua pengalaman berkendara saat pergi kerja, mulai dari naik bis kota dan/atau angkot, naik motor (tepatnya membonceng di belakang suami :D), menggunakan mobil pribadi, menggunakan jemputan dari kantor, sampai pilihan terfavorit saya dan sudah saya jalani sekitar 5 tahun belakangan ini. mengunakan sarana transportasi massal, kereta api  dan commuter line (Commel).




Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, menggunakan commuter line masih jadi yang terfavorit buat saya, alasan paling mendasar adalah soal efisiensi waktu. Bila dibandingkan dengan media transportasi lain, selisih waktu cukup signifikan, dari Stasiun  Sudimara sampai ke Stasiun Palmerah dalam kondisi yang ideal dan lancar tanpa gangguan bisa ditempuh hanya dalam 30 menit, hmm ditambah waktu tempuh dari Rumah ke Stasiun Sudimara sekitar 15 menit dan jalan kaki dr Stasiun Palmerah ke Kantor saya sekitar 10 menit, totally sekitar 1 jam. Bandingkan dengan mengendarai kendaran pribadi  yang bisa menghabiskan 2 jam sampai 2 jam 30 menit sampai ke kantor saya di wilayah Senayan. Waktu tempuh ini jika diambil rata-rata dengan tingkat kemacetan "sedang", hanya saat saya sedang beruntung, bisa menempuh waktu 1,5 jam .. biasanya saat anak-anak sekolah sedang libur, tidak ada hujan atau banjir.  Bisa dibandingkan lagi dengan kendaran umum seperti Bus Kota/Angkot/Transjakarta, yang nota bene ... ada waktu "ngetem" ...Ini baru dari sisi waktu, belum dari sisi yang lain seperti kenyamanan, keamanan, dan tentunya biaya yang harus dikeluarkan.





Menggunakan sarana kereta api/commuter line atau dulu ada KRL - kereta rangkaian listrik - pun bukan tanpa kekurangan. masih banyak kekurangan penyelenggaraan transportasi massal utk publik ini, dan sebagai pengguna setia saya mengalami proses metamorfosis kebijakan perkeretaapian dari sisi konsumen. suka dan duka ... berwarna warni sperti pelangi hihi.. tapi kalau dikenang semuanya jadi enak-enak dan manis-manis saja seperti bolu pelangi  :D

Dulu, lebih banyak pilihan bagi penumpang, dengan biaya dan fasilitas yang beragam dan dengan konsekuansi yang beragam, Konsumen bisa memilih kelas mana yang akan digunakan. Saya pribadi tidak fanatik terhadap satu jenis kereta, saya bisa dan tidak keberatan menggunakan kereta api ekonomi atau  biasa disebut langsam, tapi sebutan familiar dari para ROKER (Rombongan Kereta) adalah Odong-odong ... mengingat kecepatan dan waktu tempuhnya yang lebih lama menggunakan langsam, biaya sangat murah, penuh sesak dan segala macam barang bisa diangkut di langsam ini, bahkan bisa ada binatang ternak yang hendak dijual di pasar-pasar di wilayah Jakarta, karena kereta ini melayani wilayah Banten seperti Rangkasbitung, Serang dan sekitarnya. Kemudian ada KRL ekonomi, kereta listrik tapi dengan kelas ekonomi, tidak ada AC, ada pedagang asongan di dalam rangkaian, dan armadanya lebih banyak serta tiket yang sangat terjangkau. Nah, kelas yang paling tinggi saat itu adalah KRL Express, cepat, ber AC, terbatas dan lumayan mahal.

 Saat ini kebijakan perkeretaapian sudah berubah, KRL ekonomi ditiadakan, kereta api/langsam dan odong-odong pun secara perlahan dikurangi untuk kemudian dihapuskan. Pilihan konsumen dialihkan pada commuter line, yang tidak lagi menjadi exclusive karena dari sisi pelayanan, jam dan armada mulai diperbanyak namun harga tiket semakin dirasionalisasi.  Kalau hitangan saya pribadi menjadi jauh lebih ekonomis. Dulu dengan KRL Express saya harus membeli ticket Sudimara - Palmerah dengan Rp. 8000 (biaya sama untuk stasiun naik dan turun yang berbeda sepanjang jalur Serpong ke Tanah Abang). Saat ini dengan sistem ticketing yang lebih canggih, saya hanya membayar Rp 2.000 saja untuk perjalanan yang sama.

Hmm apakah jagad perkeretaapian menjadi lebih baik sekarang??? ya dan tidak.

Tulisan kali ini tidak saya maksudkan untuk sarana mengeluh, walaupun sejujurnya masih sangat banyak kekurangan pelayan transportasi publik kita (apalagi kalau dibandingkan dengan beberapa negara maju, berdasarkan apa yang saya pernah alami saja, bagaimana manajemen perkeretaapian di Australia, Swedia, Singapura, jauuh lebih baik dan sangat menghargai para konsumennya). Tapi saya yakin bahwa akan ada saatnya kitapun bisa melangkah maju mengikuti jejak negara-negar maju tersebut. Saat ini pembenahan manajemen perkeratapian dilakukan di semua lini, ada pro dan kontra, masih banyak permasalahan. Tapi yang membuat saya berani berharap adalah ada perubahan yang tengah dilakukan, ada perombakan dan perbaikan sistem. Masih jauh dari sempurna, tapi insyaAllah ada usaha  guna melayani konsumen kereta yang semakin hari semakin bertambah dengan lebih baik.

Keluhan seperti terbatasnya armada, sehingga setiap hari saya harus berdempet-dempetan, nyeri badan dan sauna (walaupun judulnya ber AC)  untuk sekedar bisa terangkut sang commuter ini sampai ke tempat tujuan saya. Keluhan fasilitas pintu masuk dan keluar di setiap stasiun yang tidak memadai, adalah pemandangan yang sangat lazim adanya antrian mengular di pintu tap in dan tap out setiap stasiun. Keluhan ketidaktepatan waktu datang dan berangkatnya armada dengan berbagai masalah klasik... saya pernah harus berjalan kaki lebih dari 1 kilo menuju stasiun karena si odong-odong yang saya tumpangi mogok di tengah jalan di mana kanan dan kiri jalan tidak ada akses keluar hahaha. Daaan masih banyak lagi...tapi sekali lagi saya tidak ingin mengeluh di sini, pun saya sudah mulai menghentikan diri mengeluh manghadapi hari-hari penuh perjuangan untuk sampai ke kantor dan kembali ke rumah setiap hari. Keluhan dan kekecewaan banyak muncul menghadapi perubahan sistem manajemen perekerataapian beberapa bulan lalu, tapi bersama waktu, seperti juga saya,  kemungkinan para Rokers lainpun sudah mulai menerima keadaan dan beradaptasi.

Kebijakan pengkhususan gerbong wanita-pun sempat menjadi kontroversi pada awalnya... ada positive dan negative-nya, memerlukan waktu untuk bisa memuluskan kebijakan ini :D.. yang paling seru adalah saat sistem KRL dihapus beralih ke Commel, dan jumlah konsumen Commel yang tiba-tiba membengkak karena penghapusan KRL ekonomi dan rasionalisasi harga tiket, bahkan gerbong perempuan-pun kadang dihuni banyak laki-laki karena amat sangat padatnya commel ini. Amat sangat padat, bahkan untuk sekedar bergerak-pun tidak bisa, bahkan untuk penumpang di St Jurangmangu dan Pondok Ranji banyak yang tidak terangkut karena keterbatasan armada dan membludaknya penumpang. Kondisi ini terjadi selama beberapa bulan, berbagai insiden terjadi pada masa transisi ini. saya pribadi-pun bahkan sempat mengalami salah urat/otot karena posisi badan yang tidak proper sangat terjebak dalam Commel .. bahkan sempat harus rutin melakukan fisiotheraphy ...alhamdulillah dari pengalaman ini saya tahu sedikit tips dan trik menghindari kejadian ini lagi, jangan pernah berdiri di depan penumpang yang duduk saat kerata sedang sangat penuh, karena kita menjadi tumpuan penumpang yang berdiri, dan harus menahan badan kita agar tidak jatuh menimpa penumpang yang duduk, lebih baik berada ditengah, walaupun terhimpit tapi tidak harus menahan dan menjadi tumpuan banayak orang hahaha....

Hal yang akrab dengan para rokers adalah suasana sauna, karena AC tidak terasa mengingat jumlah penumpang yang melebihi kapasitas, dan candaan setiap bulan harus urut/pijat  untuk meluruskan otot dan badan yang luar biasa nyeri karena harus berhimpit-himpitan di dalam gerbong, berdesakan di pintu masuk dan keluar  :D dan kondisi akan menjadi lebih parah saat bulan puasa/menjelang lebaran karena meningkatnya jumlah konsumen "musiman" yang merupakan pengunjung Pasar Tanah Abang ...hohoho...Jika dulu ada pengkelasan yang jelas antar pengguna kereta api, dengan ditariknya armada KRL ekonomi, konsumen setia armada ini terbagi menjadi dua, sebagain menggunakan langsam (yang saat ini sudah dipasang AC seperti AC ruangan), dan sebagian membaur dengan konsumen KRL express yang mayoritas pekerja di sektor formal (pekerja kantoran).

Apapun armada keretanya, saya banyak mendapat pengalaman dan pelajaran dari setiap perjalanan saya pulang dan pergi dengan kendaraan besi ini ... sangat banyak, berbeda saat saya menggunakan kendaraan pribadi.... Dan saya lebih suka menyebutkan sebagai suatu keseruan tersendiri ..:D yang paling saya kangeni saat ini adalah suasana di KRL ekonomi hahaha.. jujur saya kangen dengan pedagang asongan di KRL ekonomi, biasanya yang menjadi favorit saya adalah penjual buah-buahan dan penjual mainan anak-anak...Saya tidak punya banyak waktu untuk bisa jalan-jalan ke pasar mencari buah-buahan segar, tapi di KRL ekonomi mereka datang sendiri dan kita bisa memlih, bahkan biasanya buah yang merak jual segar karena mereka tidak menyetok, apa yang ada hari ini yang mereka jual. begitu juga dengan penjual mainan anak-anak. Selalu ada yang dinanti anak-anak di rumah saat saya pulang kerja, hmm buku mewarnai, pensil warna warni, kipas dengan gambar yang lucu, dan banyak pilihan lainnya :D

Naik kereta api, tuut tuut siapa hendak turut???

No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.