Mengenang Proses Kehadiranmu, Zaha Tantra Ziayudi

Dear Ka Zaha,

Tak kalah menggetarkan arti hadirmu bagi kehidupan Ibu. Saatpun akhirnya Ibu teryakinkan bahwa telah mengandungmu, saat itu Ibu hanya bisa bersyukur karena segera mengetahuinya. Saat itu Ibu masih mengkonsumsi pil kontrasepsi nak. Iya memang Ibu belum merencanakan kehamilanmu sayang. Usia Ka Al baru 9 bulan. Ibu masih ingat pada ucapan dokter sebelum ibu menandatangani form saat hendak melahirkan kakak Al bahwa setidaknya Ibu harus menunggu satu tahun untuk bisa hamil lagi. Lagi-lagi Ibu akhirnya cuma bisa bersyukur bahwa saat akhirnya Ibu teryakinkan bahwa kamu telah berusia 6 minggu, Ibu telah berhenti mengkonsumsi pil kontrasepsi.

Ah iya karena sulit menentukan usiamu berdasarkan hitungan datang bulan Ibu, maka dasar penghitungannya benar-benar berdasarkan penghitungan dari hasil USG. Entahlah, agak membingungkan bagi Ibu, tapi itulah yang terjadi. Bagaimana akhirnya Ibu menduga terjadi sesuatu di dalam rahim Ibu adalah karena siklus dan pola menstruasi Ibu yang tak karu-karuan nak. Bahkan di bulan terakhir itu lebih dari jangka waktu sebelumnya, yang ternyata dokter menduga "bleeding". Iya dokter pertama yang Ibu temui saat itu, akhirnya memberikan Ibu obat untuk menghentikan pendarahannya. Ibu ingat sekali, saat akhirnya Ibu mendapat kepastian kehamilanmu, Ibu sedang menjalani pendidikan dan latihan jabatan fungsional selama tiga bulan di asrama. Namun karena posisi asrama yang masih lumayan dekat dari rumah. Ibu tetap pulang pergi dari rumah dengan catatan tidak terlambat mengikuti di kelas.

Berbeda dengan saat mengandung Ka Al, Ibu sangat santai dan easy going menghadapi kehamilanmu. Persis seperti kamu sekarang nak :). Kadang Ibu menduga psikologis seorang Ibu saat mengandung berkorelasi dengan karakter anak, benarkah? Entahlah. Ibu ingat sekali di usia sekitar 7 - 8 bulan kamu, dan saat itu sedang musim hujan. Hampir setiap pagi Ibu berangkat ke kantor diiringi hujan deras demikian pula saat pulang. Ibu menjalaninya sendiri dengan perut Ibu yang kian membesar tanpa ayah, karena saat itu ayah sedang mengikuti international training di India selama 5 minggu. Tahukah? Ibu yang mendorong ayah mengambil kesempatan tersebut bahkan ibu yang mengisi form aplikasinya serta melengkapi persyaratannya. Ayah keliatannya justru kurang antusias waktu itu. Salah satu alasannya karena perut Ibu yang makin membesar. Tapi ibu meyakinkan ayah untuk tak menyiakan kesempatan yang datang saat itu dan Ibu akan baik-baik saja.

Ibu bahkan tak mengalami "morning sickness" seperti kehamilan pertama. Selera makan Ibu rasanya tak berubah. Hmm kata orang "hamil kebo".  Kamu tampak memahami kondisi Ibu yang sedang berusaha keras beradaptasi dengan ritme kerja di kantor yang lumayan demanding dan memiliki balita di rumah. Meskipun jujur Ibu dan ayah agak terkaget-kaget dengan kehadiranmu, namun lagi-lagi proses kehamilanmu yang kemudian lebih smooth membuat kami lebih bisa berfikir jernih bahwa memang sudah rezeki ayah dan Ibu memilikimu saat itu.


Ibu dan ayah memutuskan untuk melakukan cek kehamilan pada seorang dokter obgyn wanita dan berpraktek di RS di sekitar kantor. Maksudnya supaya bisa diakses dengan mudah dari kantor. Karena jadwal sang dokter tersebut ternyata hanya di hari-hari kerja. Ibu dokter yang cantik dan ternyata banyak pasiennya ini Ibu temukan dari hasil googling. Iya jadi namanya ternama di dunia maya. Namun ternyata selain Ibu harus sangat-sangat bersabar menunggu antri giliran cek. Ibu dokter cantik ini cukup sulit ditemui karena kesibukannnya di beberapa rumah sakit lain, sering sekali setelah lama mengantri beliau tidak bisa datang karena satu dan lain hal. Lalu Ibu diminta memilih mereschedule jadwal kunjungan atau pindah kepada dokter lain yang ada. Hmm jujur Ibu sering kecewa, hmm lebih tepatnya kurang puas karena banyaknya pasien, Ibu tak bisa banyak curhat eh konsultasi karena dokter tampak terburu-buru terlebih kondisi kehamilan Ibu termasuk yang aman-aman saja. 

Hanya sedari awal dokter tak berani menjanjikan untuk bisa melahirkan secara normal. "Kita lihat aja nanti bu, tapi saya sebetulnya lebih merekomendasikan untuk dilahirkan secara caesar." Alasan terkuat karena usia luka jahitan Ibu yang terhitung masih sangat baru. Tentu saja resiko akan lebih banyak ditemui jika Ibu memaksa melahirkan secara caesar. Meski sempat menawar satu minggu dari waktu yang disarankan oleh dokter untuk operasi cesar, akhirnya Ibu tak punya pilihan lain. Setelah satu minggu tak ada tanda-tanda, pembukaan ataupun kontraksi. Berkaca pada pengalaman Kaka Al, akhirnya Ibu memutuskan tak menunda lebih lama. Dokter mengagendakan 9 April 2009 pagi hari, kamu dilahirkan. Iya tampaknya bu dokter ingin menyelesaikan tugasnya sebelum pergi ke TPS. Iya nak, waktu itu memang jadwal pemilu legislatif. Ibu tak keberatan dengan tanggal tersebut, karena Ibu bisa punya alasan untuk tidak memilih... hihi jangan ditiru yaa, tahun ini Ibu memilih kok, ibu sudah #melekpolitik ceritanya.

Memasuki ruang operasi kali ini agak berbeda dengan kejadian yang sama di 18 bulan sebelumnya. Saat itu bahkan tak terbersit rasa takut, Ibu begitu pasrah. Yang ada di kepala Ibu hanya melihat Ka Al lahir dengan selamat dan sehat. Entah kemana rasa takut itu Tuhan sembunyikan dari pikiran Ibu. Mungkin kejadian yang mendadak, tanpa rencana dan keputusan yang begitu cepat tak menyisakan ruang untuk rasa takut. Kali ini Ibu merasa tegang saat masuk ke ruangan operasi, terlebih kali ini ayah tak diperkenankan menemani. Hmm dulu saat melahirkan Ka Al, ayah menemani Ibu, menggenggam tangan Ibu sepanjang proses operasi sampai Ka Al lahir barulah ayah pergi dan menemani Ka Al. 

Terlintas berbagai pikiran di kepala Ibu yang jujur membuat Ibu tak bisa rileks seperti disarankan para dokter. Aaah pada akhirnya Ibu merasa lega dengan keputusan Ibu kali ini. Dalam kondisi sadar, Ibu mendengarkan percakapan para dokter yang menangani Ibu terkait luka bekas operasi yang pertama yang ternyata belum pulih. Iya ini tentu tak terlihat, karena meski tampak luar luka sudah tak ada masalah ternyata di lapisan dalam bisa jadi belum sepenuhnya pulih. Hal itu yang tampaknya terjadi pada Ibu. Ibu merasa beruntung mengambil keputusan ini,  bagaimana jika Ibu memaksakan untuk melahirkan secara normal, kontraksi sangat mungkin menyebabkan robeknya luka Ibu tadi.

Saat cek terakhir bahkan dengan USG, dokter memperkirakan berat lahirmu sekitar 3,2kg - 3,4kg, Ibu cukup optimis mendengarnya.Tapi, bahkan teknologi canggihpun tetap tak seratus persen akurat. Kamu lahir hanya dengan berat 2,4kg saja. Tapi kondisimu sangat baik saat itu. Tangisanmu kencang membuat Ibu lega. Pun hanya sebentar dokter memberi kesempatan IMD, padahal Ibu ingin berlama-lama. Ibu memastikan pada dokter dan perawat bahwa kita bisa segera berkumpul setelah Ibu keluar dari ruang pemulihan. Phase pemulihan saat melewati netralisasi obat bius, selalu jadi saat yang menegangkan dan sedikit menakutkan bagi Ibu. Saat Ibu merasa kedinginan yang amat sangat, bahkan setelah diselimuti dan dipeluk ayah. Serasa melayang, antara ada dan tiada. Kembali, ketiadaan terasa sangat dekat.  

Ibu memang sengaja mengambil kelas yang memungkinkan kita "rooming in", karena Ibu ingin sukses menyusuimu secara exclusive sampai 6 bulan. Ibu telah menyakinkan diri bahwa operasi cesar tak bisa jadi alasan untuk gagal ASI Exclusive. Dan alhamdulillah kita bisa sayang, kamu lulus sarjana ASIX. Pastinya Ibu banyak belajar dari kegagalan menangani kakakmu yang hanya bisa menerima ASIX selama 3 bulan saja. Bukan karena ada kendala tertentu, tapi lebih karena kekurangpahaman Ibu. Belajar dari pengalaman membuat Ibu lebih mawas diri. Dengan ASIX, kamu dengan cepat bertambah berat badan. Ibupun terhitung mandiri menganganimu meskipun pasca caesar, lagi-lagi karena pengalaman sebelumnya. Ibu terhitung cepat pulih, termasuk soal berat badan, yang bisa jadi karena proses menyusui. Menyusui dipercaya membantu pemulihan otot-otot rahim.

Episode selanjutnya adalah keriuhan memiliki dua balita dengan usia yang tak terpaut jauh. Hmm tentu saja ada kurang lebihnya sayang, tapi bukankah sebaiknya Ibu dan ayah fokus pada hal-hal positive agar bisa membesarkan kalian dengan lebih nyaman?

Hari ini, tepatnya 09 April 2014, bahkan kamu sudah iku-ikutan Ibu ke TPS... Menghujani Ibu dengan berbagai pertanyaan, mana yang Ibu coblos, kenapa kertasnya lebar sekali, kok lembaran kertasnya banyak, aku boleh ikutan nyoblos tidak... dan banyak lagi di kotak ruang penyoblosan. Kamu juga minta mencelupkan jari kelingkingmu ke tinta ungu.. Ah... kamu sudah besar Nak.. sudah 5 tahun. Semoga kamu selalu jadi penceria hari-hari Ibu, selalu dalam kasih sayangNya... Maafkan Ibu atas apapun yang Ibu pernah lakukan padamu yang tak berkenan dihatimu, Ibu sayang Zaha sepenuh hati Ibu sama penuhnya seperti sayang dan cinta Ibu pada Ka Al dan dek Paksi. 

Peluk, cium....

Ibu Ophi

4 comments

  1. selamat ulang tahun zahaa... semoga jadi anak salihah, berbakti sama orang tua dan menjadi penyejuk keluarga.. aamiin..

    ReplyDelete
  2. Selamat ulang tahun Zaha... semoga bisa jadi penyejuk dahaga di tengah prahara kehidupan.. :)

    ReplyDelete
  3. Makasih Tante, Amiin untuk doanya, salam sayang dr Zaha

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.