3 Magic Words... Terimakasih, Maaf, Tolong

Sore itu sepulang kantor, saya dan suami memutuskan ikut naik Commuter Line ke arah Tanah Abang terlebih dahulu dari Palmerah agar kami bisa dapat kursi. Biasanya saya malas harus ke Tanah Abang dulu, takes time dan terkadang saat tak beruntung kita tetap tak dapat kursi saking penuhnya. Tapi hari ini kami pulang lewat waktu. Saya merasa lebih capek dari biasanya. Oke lah kita ikut ke Tanah Abang dulu. Kelihatanya agak sepi. Meski ini berarti perjalanan kembali ke Sudimara akan memakan waktu lebih lama. Hari mulai menggelap, Maghrib segera memeluk Jakarta setiba kami di Tanah Abang. Menunggu cukup lama hingga commuter ramai dan kembali ke tujuan akhir Parung Panjang.


Seorang perempuan muda duduk di sebelah saya berhijab dan memasang earphone di telinganya. Awalnya saya tak begitu ambil perhatian. Sampai tiba-tiba sesampainya di Stasiun Pondok Ranji. Gadis di sebelah saya, setengah berteriak - entah bertanya pada siapa - "ini sampai mana ya? " hmm mungkin karena earphone yang terpasang di telinganya hingga ia berbicara setengah berteriak. Penumpang yang duduk di sebelahnya menggelengkan kepala. Saya sendiri tidak menjawab karena tidak yakin sampai di mana. Suasana gelap dan saya tak menemulan plang nama stasiun. Pun saya tidak konsentrasi alias setengah mengantuk. 


Beruntung beberapa penumpang lain menjawab pertanyaan gadis tersebut. "Stasiun pondok ranji". Tak ada balasan apapun dari mulut gadis itu. Ia malah sibuk mengamati rute KRL yang terpasang di atas pintu kereta. "Hmm mungkin dia lupa mengucapkan terimakasih karena fokus memperhatikan pemberhentian Commuter. Mungkin dia belum terbiasa naik Commuter. " batin saya berbaik sangka.  Melihatnya mengamati rute KRL, seorang penumpang berbaik hati bertanya: " turun  di mana mbak?" "Rawa buntu" jawabnya singkat. "Oh pondok ranji, sudimara, rawa buntu...tiga stasiun lagi". Senyap. Perempuan muda itu tidak mengatakan apapun. Hmm kok saya yang kecewa. Apa susahnya bilang terimakasih pada bapak yang memberitahu dia.

Saya merasa ada yang kurang pas, kurang pantas. Dengan sedikit menggerutu saya berbisik pada suami yang tampak juga masih setengah terkantuk-kantuk diayun commuter lain. "Yah, anak muda zaman sekarang kadang-kadabg kurang manner yaa. Gak ada basa basinya. Mereka kok susah banget sih bilang terimakasih, atau maaf atau tolong begitu..."  Maaf bukan mau mengenelarisir atau menjustifikasi. Meski kejadian barusan memicu kesan saya tersebut. Namun kejadian serupa bukan sekali ini saya temui. "Hmm kenapa?? Anak-anak baru ya?. "Bukan, ini lho yang duduk di sebelah..." sambil berbisik saya menceritakan kejadian barusan dengan mimik agak gemas.

"PR kita itu yah... anak-anak jangan sampai jadi generasi acuh yang kurang tata krama." Itulah kenapa aku selalu terus dan terus mengingatkan untuk membiasakan mempraktikkan 3 magic words di rumah. Terimakasih, Maaf dan Tolong. Ini bukan dengan mengajarkan atau menasehati. Harus dibiasakan, dipraktikkan dan dicontohkan. Tolong nak, makasih sayang, maafin Ibu nak...." panjang lebar saya menjelaskan. "Jangan gengsi... mentang-mentang sama anak gak mau mengeluarkan kata-kata tersebut. Kalo mereka tidak melihat kita melakukannya bagaimana mereka mau mempraktikkannya. Gak bisa sekali dua kali. Biasakan selalu seperti itu..." eits makin panjang aja diskusinya. "Iya...kadang aku suka lupa..." 

Sebetulnya kejadian ini mengingatkan saya -kembali- bahwa hal-hal yang tampak sederhana padahal sangat bermakna kadang terkikis dari pola kehidupan kita bukan karean datangnya perubahan dari luar. Tapi karena kita meninggalkan kebiasaan baik tersebut dan tidak mempraktikkannya dalam keseharian.

Tiga kata ajaib ini memang merupakan salah satu cara pembelajaran dan pendidikan tata krama paling sederhana yang bisa kita mulai sejak dini pada anak-anak. Terlihat gampang dan sederhana padahal efek keajaibannya sangat besar lho. Selain mendidik anak lebih santun, mereka juga tahu arti menghargai orang lain atau lawan bicaranya. 

Kita harus mengembalikan generasi yang mampu bertutur kata baik.  Saya sering merasa miris bahwa ada yang hilang dari beberapa generasi setelah kita. Hilangnya rasa peduli dan bertutur ramah. Jangan-jangan kita sebagai orang tua menyumbang sebab terjadinya hal tersebut. Kehidupan yang makin global terkadang membuat kita lupa hal-hal sederhana yang kelal akan sangat bermakna membentuk pribadi generasi mendatang.

Jujur ini bukan catatan untuk siapa-siapa. Ini catatan untuk saya, untuk kami sebagai orang tua. Saya rasanya senang dan terharu saat para krucils bisa bertutur ramah dan mempraktikkan tiga kata ajaib itu dalam kehidupan sehari-hari. Pun masih harus saling mengingatkan. 

Yang paling sulit adalah kata maaf. Mengeluarkan kata maaf saat sedang emosi dan merasa benar satu sama lain merupakan tantangan tersendiri. Saat mereka bertengkar atau berebut sesuatu lalu saling marah atau sampai ada yang menangis. "Hmm ayo saling minta maaf...maaf kak, maaf dek..". Lalu dengan wajah yang masih cemberut keluar kata "maaf..." saja. Tampak tak tulus memang...tapi itulah proses belajar.

Mengulang ulang, membiasakan, dan akhirnya menjadi sikap diri. Semoga.

14 comments

  1. Maafkan kami yang krg manner mbak *biar dibilang anak muda*

    Sekalinya bilang maaf itu bukan dari hati mbak. Makin sakit rasanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk baeklah ... tolong jangan diulang lagi yaa. Makasih sudah mampir hahaha

      Delete
  2. 3 kata itu bikin saya jadi inget sama status BBM terakhirnya Presenter Andrie Djarot sebelum meninggal mbak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya kah??? waah saya jadi kepo nih ...kudet soal itu. penasaran euy, gimana itu ceritanya???

      Delete
  3. setuju, 3 kata itu sulit sekali diucapkan apalagi maaf ya mbak. memang harus mengajarkan sejak dini kepada anak2 kita mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karenanya butuh pembiasaan sejak dini ya mak ev...

      Delete
  4. Itu juga yang sering saya dan suami contohkan untuk anak-anak saya mak..., tiga kata ajaib "maaf, tolong, terima kasih". Mumpung mereka masih kecil. Pernah juga saya tulis di blog.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak...mumpung msh bisa "di isi".
      Mmg harus ditanamkan sejak kecil yaa.

      Delete
  5. I feel you, Mbak. Di socmed atau IM juga suka menemukan yang begini. Misal ada yang pajang foto masakannya. Yang minta resep cuma bilang "resep dong", setelah dikasi "OK". Lebih parah lagi kalau yang empunya resep nggak langsung balas malah ngomel. Sepintas sepele sih ya. Tapi bikin terganggu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah padahal menurut saya tata kara di dunia maya jg sangat penting. Secara kan kita gak bisa liat ekspresi sesungguhnya. Jd mmg harus diverbalkan dg kata2. Tampak sepele tp jd penting ya buat kelanggengan hubungan sosial

      Delete
  6. kata-kata itu sulit sekali diucapkan apalagi maaf ya mbak.

    ReplyDelete
  7. Saya ucapkan terima kasih informasinya, semoga informasi yang Anda berikan bisa menjadi infomrasi yang bermanfaat dunia dan akhirat

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.