[ Toilet Training Series] Tips dan Trik


Memiliki anak dengan usia yang berdekatan ternyata ada keuntungannya. Salah satunya dalam hal proses pembelajaran di rumah, bisa sekaligus dilakukan secara bersamaan. Ketiga anak saya satu sama lain hanya berjarak satu setengah tahun dan dua tahun. Dalam proses toilet training, meski menjadi lebih berat karena harus melakukan pembiasaan dan pembelajaran pada tiga anak namun menjadi lebih mudah karena duplikasi bisa berjalan sekaligus. Demikian juga energi yang dibutuhkan. Ada beberapa tips dan trik yang ingin saya bagikan dalam proses toilet training yang saya terapkan pada trio krucils. 
Kenali Tahapannya

Proses toilet training atau pembelajaran dan latihan melakukan kegiatan kamar mandi terdiri dari dua fokus utama yakni kegiatan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Tujuan pembelajaran dan latihan antara lain agar anak sedini mungkin bisa mandiri dalam proses BAK dan BAB. Proses mandiri ini tentu saja bertahap sesuai dengan usia dan tahapan belajarnya. Saya sendiri menargetkan di usia dua tahun anak-anak sudah tidak menggunakan diapers baik siang hari atau malam hari. Jadi anak-anak sudah bisa mengelola waktu pipisnya di siang hari dan tidak ada kebocoran atau mengompol di malam hari.

Alhamdulillah trio krucils bisa lulus tahapan ini dalam rentang waktu yang ditargetkan. Meski tidak dalam waktu yang sama persis namun menjelang usia dua tahun mereka sudah tidak lagi menggunakan diapers baik siang maupun malam. Hanya Ka Zaha (anak kedua), kadang masih suka kecolongan mengompol di malam hari. Saya kesulitan menghentikan kebiasaan minum susu UHT di botolnya, sebelum dan selama dia tidur. Hingga masuk PAUD, Ka Zaha masih suka sesekali kecolongan mengompol. Setelah benar-benar bisa berhenti ngedot botolnya sambil tidur, sudah tidak ada lagi insiden bocor malam hari.

Sedangkan untuk kemandirian BAB, saya menargetkan sebelum masuk usia sekolah dasar mereka sudah bisa membersihkan diri dari BAB. Ka Alinga dan Ka Zaha alhamdulillah masuk SD sudah bisa melakukannya. Jadi saya tidak terlalu khawatir melepas mereka masuk SD. Apalagi saya tidak menemani mereka di sekolah. Sebelum tahapan mandiri membersihkan diri saat BAB, tentu ada tahap di mana anak sudah bisa memberitahu atau menyampaikan kepada kita atau pengasuhnya saat ada keinginan BAB. Tahapan ini sebaiknya sudah tercapai saat anak-anak mulai pra sekolah seperti PAUD atau TK. 

Lalu ada tahapan di mana anak merasa terbiasa dan nyaman dengan proses BAB di tempat yang sesuai. Nah Dek Paksi baru sampai pada tahapan ini. Sekarang dia sudah bisa mengidentifikasi saat dia ingin BAB. Dek Paksi bakal memberitahu saya atau Mbah Uti (jarang kepada yang lain), saat rasa ingin BAB datang. Lalu dia minta diantar ke toilet untuk menyalakan lampu kamar mandi. Minta didudukkan dan lalu minta ditinggal. Sebelumya, saya sering diminta menemaninya saat BAB. Entah diajak ngobrol, cerita, atau menyanyi. Ini dilakukan untuk mengalihkan perhatiannya, karena dulu dek Paksi sering mengalami konstipasi sehingga sering kesakitan saat BAB.
 Baca juga cerita Dek Paksi bisa kencing sendiri, di sini :)
Siapkan Mental Anak-Anak

Sangat penting menyiapkan mental anak-anak. Perhatikan usia kapan anak-anak bisa mulai diberi pemahaman tentang aktivitas BAB dan BAK. Pengenalan ini sebaiknya dilakukan sejak dini. Bahkan saat mereka masih bayi. Ajak komunikasi saat misalnya mereka pipis atau buang air besar. "Eh adek pipis ya, ihhh jadi anget yaa, tapi ini kotor dek, yuuk kita bersihkan dulu ya, Ibu bersihkan supaya adek nyaman." Atau saat membersihkannya dari buang air besar, ajak anak untuk berinteraksi. "Naah, pup ya adek ya, udah selesai belum? hayook Ibu bersihkan kalau sudah selesai. Kalau sudah bersih, bisa main lagi".

Untuk mengenalkan toilet atau tempat BAK/BAB juga bisa dilakukan sedini mungkin. Perkenalkan anak masa transisi saat sudah mulai bisa melakukan BAK/BAB di toilet. Saya sudah mulai mengajak anak-anak BAK/BAB di kamar mandi atau toilet sejak mereka sudah mulai bisa duduk tegak. Lengkapi juga perlengkapan toilet yang menunjang aktifitas pengenalan toilet training agar memudahkan proses belajar.

Berikan pemahaman secara perlahan bahwa BAK dan BAB merupakan proses atau kegiatan yang normal terjadi pada setiap orang. Hal ini untuk menghidari anak yang terlalu merasa jijik atau agak trauma dengan kegiatan BAK dan BAB.  Tidak lupa menanamkan pengertian bahwa, kita harus membersihkan diri dari kotoran BAK/BAB. Selain untuk kebersihan juga untuk kenyamanan. Support mereka dengan membimbing dan menemani setiap tahapan pembelajaran. Jika kita bukan Ibu yang menemani langsung mereka di rumah, maka tugas ini sebaiknya disampaikan secara jelas kepada pengasuh atau yang kita titipi anak-anak di rumah.
.
Latih Sedini Mungkin

Proses penyiapan mental tentu harus dilakukan dengan latihan. Mengenalkan kegiatan toilet training sedini mungkin artinya juga mulai melatih anak-anak sejak dini. Sejak anak-anak sudah bisa duduk atau posisi duduk tegak misalnya, saya sudah ajak ke toilet saat buang air besar. Untuk pipis mungkin masih menggunakan diapers. walaupun sebaiknya kita juga membiasakan membuat jadwal pipis mereka dan mengajak langsung pipis ke toilet (ditatur/dicatur).  Namun untuk BAB, saya sedari kecil selalu mengkomunikasikan pada anak-anak, saat mereka ingin BAB kasih tahu Ibu atau Mbak. 

Kita juga bisa mengetahui dari mimik wajah saat mereka mulas ingin BAB atau saat mereka kentut. Kita tanyakan adek sakit perut? mau pup yaa? Yuuk pup-nya di toilet yuuk! Memang butuh kesabaran. Namun dengan membiasakan sejak dini akan sangat membantu menguatkan kesiapan mental anak-anak. Ala bisa karena biasa.
Sejak mulai bisa duduk tegak, Ka Zaha sudah mulai toilet training. 


Buat  Jadwal dan Patuhi

Untuk proses pembelajaran awal, membuat jadwal atau schedule cukup penting. Terutama untuk pembiasaan BAK. Orang Jawa ada yang menyebutnya ditatur atau dicatur. Jadi jadwalkan setiap sekian jam untuk mengajak anak pipis di toilet secara teratur. Hal ini membantu irama tubuh mereka. Mengenali kapan saatnya ingin pipis. Ajarkan juga untuk bisa menyampaikan apa yang dirasakannya. Sehingga anak bisa minta pipis tanpa segan atau malas. Buat juga kesepakatan menjelang tidur malam. Selain sikat gigi, cuci tangan dan cuci kaki biasakan pipis sebelum tidur. Tapi ingat membuat jadwal menjadi percuma jika kita tidak mematuhinya. Jadwal dibuat untuk dipatuhi hingga membentuk kebiasaan atau rutinitas.


Perlahan tapi Konsisten

Sebagai orang tua kita juga harus punya motivasi yang kuat untuk menerapkan toilet training, keberhasilan sepenuhnya ditentukan oleh bagaimana kita bisa konsisten menjalaninya. Jika kita Ibu yang tinggal di rumah dan mendampingi anak-anak di rumah. Rasanya lebih leluasa dan mudah menjalankan proses toilet training bagi anak-anak. Bagi Ibu bekerja seperti saya misalnya, harus ada kerjasama yang baik dengan pengasuh dan orang yang kita titipi anak-anak di rumah. Berikan gambaran dari apa yang hendak kita lakukan. Samakan persepsi kita dengan mereka. Kadang karena kita atau mereka malas mengajarkan dan memilih tidak aktif, hingga proses toilet training bisa terhambat atau malah tidak berjalan.

Menjalankan proses belajar ini juga butuh kesabaran. Semua dilakukan sesuai tahapan pemahaman dan kemampuan anak. Bahkan ada karateristik dari masing-masing anak yang perlu kita kenali dan kita sesuaikan dalam proses belajar. Ada anak yang pemilih, dia hanya bisa melakukan BAK atau BAB di tempat yang dia familiar dan merasa nyaman. Namun ada pula anak yang bisa melakukannya di mana saja. Ka Zaha misalnya hampir di setiap mall atau tempat tertentu yang kami datangi bahkan di toilet umum pom bensin, dia bisa minta pipis atau BAB. Tentu hal-hal seperti ini harus menjadi pertimbangan kita dalam menerapkan proses latihan. Faktor kenyamanan dan kesiapan mental anak menjadi pertimbangan penting.


Libatkan Anak Secara Aktif dalam Kegiatan Kamar Mandi

Kegiatan di kamar mandi terutama BAK dan BAB harus dipahami anak-anak sebagai kegiatan personal. Mereka pada waktunya harus bisa melakukannya sendiri dengan nyaman. Untuk itu sangat penting dalam proses pembelajaran melibatkan mereka secara aktif. Misalnya, komunikasikan saat kita membuka celana dan memakaikan kembali celana mereka. "Kalau mau pipis, harus dibuka celananya. Ibu bantu ya buka celananya". Ada saatnya mulai melibatkan peran mereka. "Adek bisa buka celananya sendiri? Coba... bisa kan ya?" Begitu juga saat memakaikan kembali celana.

Saat membersihkan kotoran misalnya, jangan segan untuk mengajarkan kepada mereka. Misalnya, "Naah adek kalau sudah selesai pipisnya, dibersihkan pakai air kayak gini, adek mau coba semprot sendiri?" dan seterusnya, jangan harap langsung sukses dung. Namanya belajar tentu ada beberapa kali proses gagal. Kalau dek Paksi sekali ditawari, langsung mau. Tidak lupa saat berhasil beri pujian. Hmm pasti mau lagi. Bahkan mengambil shower untuk menyemprot kotoran dan menekan flush pun mau dilakukan sendiri. Biarkan mereka aktif melakukannya. Dengan pengawasan kita.

Begitu juga saat waktunya mempersiapkan mereka bisa membersihkan diri dari BAB. Yang saya lakukan saat sudah dekat masanya melepaskan mereka untuk bisa membersihkan diri dari BAB adalah mulai meminta mereka melakukannya sendiri. Latihan terlebih dahulu tentunya. Beberapa kali setelah kita membersihkan mereka. Minta mereka mengulangi yang sudah kita lakukan. "Naah nanti Kakak harus sudah bisa melakukannya sendiri, persis seperti itu ya. Disiram dulu, lalu dibersihkan dengan sabun dengan tangan kiri. baru disiram/semprot lagi dengan air bersih. sampai Kakak yakin sudah benar-benar bersih.  Kalau sudah selesai jangan lupa tekan flushnya yaa. Sampai air di closet bersih dan bening". Lakukan terus hingga kita yakin mereka bisa melakukannya sendiri dan mereka merasa nyaman.

Make it Fun

Ada kalanya proses BAK atau BAB  menjadi tidak menyenangkan bagi sebagian anak. Ada yang mudah merasa jijik atau ada traumatis tertentu. Dek Paksi misalnya pernah mengalami masa konstipasi cukup lama karena harus mengonsumsi obat tertentu cukup lama. Konstipasi yang mengganggu membuat anak tidak hanya merasa tidak nyaman, bahkan terkadang kesakitan saat BAB. 

Sebagai Ibu (orang tua) kita sebisa mungkin  harus membuat proses belajar toilet training ini menyenangkan. Saya menemani anak-anak yang sedang BAB saat masa training sambil cerita seru, menyanyi, atau mengajak mereka mengobrol. Biasanya saya sediakan kursi kecil untuk saya duduk di samping closet. Selain mengalihkan perhatian, mereka tidak fokus pada hal-hal yang tidak menyenangkan dari proses BAB. Membuatnya fun juga merupakan salah satu cara mengalihkan dari rasa sakit, misalnya saat konstipasi atau mulas karena diare.

Selain itu dalam proses belajar lengkapi sarana kamar mandi dengan yang sesuai dengan usia anak-anak. Misalnya sediakan pis-pot atau potty chair. Pilihkan warna dan gambar yang menarik. Boleh juga hiasai kamar mandi atau toilet agar menarik perhatian anak-anak dan membuat anak nyaman. Mainan yang bisa kita bawa ke dalam kamar mandi untuk menemani mereka selama proses latihan. Bebek dari karet yang lucu misalnya. Gunakan juga sabun pembersih sesuai dengan selera anak-anak.  

Berikan Pujian

Hal yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan adalah selalu hargai anak dalam setiap tahapan proses belajarnya. Jangan pelit untuk memberikan pujian. Bahkan rewards tertentu saat mereka melewati satu tahapan belajar. Motivasi dan support seperti ini sangat membantu proses kelancaran anak belajar dalam proses toilet training. 

Demikian beberapa Tips dan Trik Toilet Training ala Mom of Trio. Ada yang mau menambahkan???

33 comments

  1. Lucu banget liat dek Zaha di atas toiletnya , mukanya lucu xixixxi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi..makanya gambarnya ku simpen mak...lucu muka dia niih. ekpresi spesialll hahaha

      Delete
  2. perjuangan ya mak TT itu..berapa jam sekali harus bawa anak ke kamar mandi tp annti kalo dia udah bisa ilang mau pipis/BAB rasanya seneng

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ada masanya kita kudu sabar, tapi pas udah pada pinter seneng banget. trus juga kan jadi jauh lebih hemat karena udah gak belanja diapers, saat satu persatu bebas diapers terasa deh bebannya berkurang pas tiga-tiganya bebas diapers waah alhamdulillah bgt bisa buat jalan2 jatah diapersnya

      Delete
  3. Aku agak telat sih ngajarin anakku... harusnya sjk bisa duduk tegak memang..tp aku baru mulai umur 2 thn, dan 2.5 thn baru dia ga ngompol dan slalu bilang kalo mw ke toilet... ntr adeknya lahir, aku ajarin dr sedini mungkin deh mba..lumayan nih hemat popok soalnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gapapa maksay, pengalaman selalu jadi guru terbaik. Sellau ada tantangan di tiap anak ..insyaAllah pengalaman jadi lebih membantu melancarkan

      Delete
  4. aku yang susah kalau diluar rumah --" masih aku suka pakein diapers..
    padahal TT udah lulus pas setahun :v.. kalau dalam rumah baru aku g pakein

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk yang di luar rumah memang kadang pertimbangan kepraktisan juga mak. Tp saat kembali ke rumah, balikin lagi kebiasaannya jangan keterusan.
      klo sudah bener2 ga ada kebocoran siang hari, baru deh bs diterapkan juga di luar rumah tanpa diapers.

      Delete
  5. wah jadi belajar banyak mbak hehe,.... kayaknya seru y mbak punya keluarga dan anak"??? hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha makanya berkeluarga Hiehiehiee.
      Hayuuuuuuuuuuu kapan lagi

      Delete
    2. Bener tuuuh kata mas Asep...
      Hahah bukan kayak Ki...emang seruuuu pake bangeet *kompoRRRR

      Delete
  6. Aku pke toilet jongkok.. agak susah training nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk tahap awal di toilet jongkok bisa pake potty chair gitu mba

      Delete
  7. Setuju ! Toilet training memang harus diajarkan sejak dini. makasih udah share.. Nice tips :)

    ReplyDelete
  8. bagus nih tipsnya buat mengajar anak sejak dini. lumayan banget irit diapers

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya yang paling berasa adalah irit diapersnya apalagi klo anaknya 3 hahaha

      Delete
  9. perjuangan bgd mah ini mak, banget nget nget,
    alhamdulillh ken lulua tt di usia 2 tahun *legaaahhhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillaaah

      siap2 buat adeknya ken..
      utk bisa bersih2 BAB juga sebaiknya lanjut sblm masuk sekolah

      Delete
  10. Terima kasih tipsnya mba. Dulu waktu mamas dan kakak msh balita, aku ngga seketat itu proses TT nya. Semua terjadi dg alami.

    Mamas sdh lepas diapers siang malam sejak umur 2 th krn kalau malam terbangun saat dengar adik bayinya nangis. Saat itu lah dia ke kmr mandi sndiri utk pipis. Anak kedua si kk pun sama, suka aku bangun tengah mlm buat pipis. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah enak ya mak noe...
      iramanya sudah natural..beruntung banget.
      mungkin dari pola minum dna minum susunya juga ya.
      jd lebih enak pas malem..aman

      Delete
  11. Jadi ingat masa -masa itu..Alhamdulilah sukses.Sejak umur dua tahun anak-anak sudah tidak pakai pampers dan tidak ngompol di malam hari.Setahun bisa dihitung ngompolnya.Susah di awal -awal karena dulu harus bangun tiap berapa jam buat bawa mereka pipis di toilet.Tapi itu bikin mereka gak ngompol kayak anak-anak lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak harus usaha agak keras di awal dulu...tp hasilnya jadi enak ke kita belakang harinya.
      mereka juga mandiri dan bisa mengontrol keinginan pipisnya

      Delete
  12. Anak saya Sedja berhenti pake diapers di usia 3 tahun. Waktu itu saya lihat setiap kali ganti diapers kok dia minta ditemani ke wc, terus saya cek diapersnya kering dan ringan banget.
    Akhirnya keesokan harinya saya stop pakaikan diapers. Alhamdulillah, sekarang dia udah tahu kapan harus pergi pipis dan pup.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah malah anaknya sendiri yang sudah gak mau pipis di diapers ya mbak
      Alamai aja itu prosesnya

      Delete
  13. Senang ya mba opi pada keren tiga krucilsnya. Kalo Bintang si sulung kami alhamdullillah sdh bisa kasih tau bab dan bak pas mau dua tahun. Juga udah lepas pempers. Tapi belum bisa sendiri masih dituntun. Mudah2an bisa kayak krucils mba opi juga. Tipsnya keren. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua berproses mbak... masing anak juga beda2. cuma krn umurnya beda2 tipis jadi aku lebih mudah menduplikasi ke mereka.
      makasih sdh mampir

      Delete
  14. Kalau di rumah saya ada kamar mandi yang dikususkan untuk anak anak yaitu dengan fasilitas toilet jongkok

    ReplyDelete
  15. wah makasih banget tipsnya mbak..anakku yang pertama sekarang udah mau 4 tahun, dia udah gak sering ngompol kecuali di malam hari sesekali..ketika usianya baru mau 3 tahun dia masih suka pup di celana saya sempat heran tapi kadang mikir apa karena dia cari perhatian kali ya kebetulan dia ditinggal ibunya ke luar kota buat kuliah lagi.. tapi akhirnya seiring waktu dia selalu bilang kalau mau pipis atau pup.. anak kedua 1,5 tahun masih belum ta ajarin toilet training hehe.. dia ta biarin aja ngompol atau pup di celana habis itu cebok dan ganti celana.. dia belum ngerti mungkin nanti di usia 2 tahun saya akan ajari..tapi dua duanya saya gak manjain dengan diapers karena terkadang dia jadi gak peka untuk bilang pipis atau pup sekaligus pemborosan juga jika tiap hari pake diapers ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2.. Menurutku sih lbh ke proses pembiasaan. Klo ada yg agak2 di luat kontrol mmg hrs dicari tahu sebabnya n segera diataai jgn smp keterusan.
      Sukse buat TT berikutnya yaa.
      Iya diapers mborooooos hihi

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.