Menikmati Pijat Belerang di Pancuran Pitu Baturraden


Liburan akhir tahun plus liburan semester anak-anak, klop. Artinya waktunya berlibur bareng trio krucils - lagi. Rencana kami untuk menghabiskan liburan akhir tahun 2015 lalu ke Lampung atau ke Malang. Lampung, saya sudah membayangkan pantai-pantainya yang aduhai. Ayahnya yang ngebet pingin ke Malang. Eh ternyata berubahsaat pengambilan keputusan menjelang hari H.

Karena ada acara keluarga besar di Cirebon pada 20 Desember, kami kemudian menyepakati mengambil cuti tahunan yang tinggal tersisa 3 hari di sekitar tanggal tersebut. Alhamdulillah tanggal 24 Desember hari besar Maulid Nabi Muhammad, tanggal merah atuh di hari kamis. Tanggal 25 Desember libur natal jatuh di hari jumat. Pas deh, cuti tiga hari 21, 22, dan 23 Desember.

Pulang ke Cirebon kami lakukan di hari Sabtu 19 Desember, alhamdulillah hari ini menuju tol dalam kota Macet luar biasa. Harus dua jam kami untuk bisa mencapai tol Bekasi dan Cikarang. Hmm ternyata kami harus bersyukur karena kami tidak terimbas kemacetan luar biasa yang mengguncangkan Jakarta bahkan menyebabkan mundurnya pejabat di lingkungan Kementerian Perhubungan. Saat kemacetan luar biasa yang bahkan lebih heboh dari kemacetan mudik idul fitri itu, kami justru sedang menuju kembali ke Cirebon dari Purwokerto. Iyes, akhirnya tujuan liburan kami alihkan ke Baturraden Purwokerto, dengan berbagai pertimbangan.

Dari Cirebon, kami memacu kendaraan melalui Tol Palimanan, keluar Tol Pejagan. Lalu melaju ke arah selatan menuju Purwokerto. Sempat berhenti di jalan untuk sholat lalu lanjut dan akhirnya sampai di daerah Baturraden hari sudah menjelang senja. Kami disambut gerimis sore hari. Membuat cuaca Baturraden makin terasa dingin. Kami sempat late lunch di sebuah rumah makan dengan aristektur unik bergaya Bali dengan hidangan makanan tradisional ala warung sunda. Namanya Waroeng Ndeso. Hmm saya bakal punya postingan khusus tentang ini yaa.

Kami menginap di Hotel Green Valley yang lokasinya di Baturraden. Tunggu reviewnya juga di postingan selanjutnya yaa. *modus again. Langsung check in dan tak sempat selonjoran karena saat membuka pintu balkon kamar terlihat kolam renang dengan air yang biru. Anak-anak langsung minta main air. Selain kolam renang ada wahana water boom juga yang sayangnya sedang tidak bisa dipakai karena tampak tak ada aktifitas. Awalnya kami ingin menghabiskan sore ini di salah satu tujuan wisata di sekitar Baturraden. Baiklah kita tunda besok ya.


Pagi harinya, kami langsung bersiap. Selepas mandi dan sarapan pagi. Kami langsung menuju lokawisata Baturraden. Karena ingin mencari sesuatu yang lebih "nature".  Kita ke Pancuran Pitu aja deh. Saya jujur tidak ada gambaran tentang pancuran pitu meski tahu bahwa ini pasti sumber air yang mengalir dan jumlahnya ada tujuh (pitu). Hmm airnya memang air panas. Air panas bumi Gunung Slamet.

Untuk sampai ke lokasi pancuran kita akan melalui Loka Wisata Baturraden yang terletak di sebelah utara kota Purwokerto di lereng sebelah selatan Gunung Slamet. Kita bisa mengambil arah ke kanan sesuai petunjuk arah dari dekat gerbang Loka Wisata menuju Wana Wisata Baturraden yang di dalamnya terdapat Pancuran Pitu ini. Juga akan melewati Kebun Raya Baturraden yang belum lama diresmikan oleh Mantan Presiden Megawati. Umbul-umbul acara peresmian Kebun Raya Baturraden masih tampak di sepanjang jalan.

Memasuki Wana Wisata kita akan dikenai biaya Rp.5000,- per orang plus tiket kendaraan Rp.10.000,-. Kita diminta menyimpan tiket dari gerbang depan jika ingin ke Pancuran Pitu. Karena dengan menunjukkan tiket tersebut kita tidak perlu lagi membayar karcis di depan loket Pancuran Pitu. Dari pintu gerbang ke Pancuran Pitu bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Jaraknya sekitar 2,5 km dari gerbang depan ke lokasi Pancuran Pitu.

Jalan berkelak kelok. Rimbunan pepohonan hutan. Pohon pinus dan pohon damar yang menjulang tinggi. Udara yang sejuk dan hawa yang dingin. Jangan tutup jendela mobil, buka dan hirup udara segar hutan. Kami memang datang cukup pagi. Meski bukan yang pertama, tampaknya masih sedikit pengunjung dengan kendaraan roda empat justru membantu kami lebih tenang dengan medan yang menantang, Selain kelak kelok, ada tanjakan dan turunan yang cukup tajam. Jalan yang dilalui sudah beraspal dan cukup bagus terutama sampai ke gerbang Kebun Raya Baturraden.

Setelah melewati area Kebun Raya yang juga tengah ada pembangunan besar-besaran, kami mulai mendapati jalan yang lebih sepi dan menantang. Aspalpun ada beberapa bagian yang rusak, sehingga jalan berbatu-batu kecil. Perlu sedikit berhati-hati saat ada turunan atau tanjakan curam yang berkelok. Saya selalu ingatkan ayahnya krucils untuk menyalakan klakson. Saling mengingatkan saja siapa tahu ada kendaraan dari arah yang berlawanan. Sempat ragu apakah kami salah arah? Kok semakin jauh semakin sepi dan makin rimbun, pun jalanan makin terjal baik tanjakan maupun turunan. Bukan apa-apa saya khawatir jalan tidak bisa dilewati kendaraan roda empat, hmm bagaimana harus mutar balik?

Akhirnya kami bisa merasa lega dan pasti, ketika melihat tanda arah "Parkir Mobil." Demikian tulisan dan tanda panah. Hmm berarti kami tak salah arah. Tampak area parkir mobil dan area parkir motor tak jauh dari sana. Kami tetap harus membayar biaya parkir di luar tiket masuk. Dibayar di awal sesaat setelah kami memarkir kendaraan. Kendaraan kami merupakan kendaraan ketiga ternyata. Pastinya bukan yang pertama. Jadi tidak khawatir tersesat lagi.


Dari area pakrir menuju Pancuran Pitu, kita harus berjalan kaki menempuh jalan setapak yang menurun dan berkelok. Cukup dekat, sekitar 200 meter. Pepohonan tinggi dan tampak tua menjulang di sepanjang jalan. Anak-anak sebaiknya dalam pengawasan orang tua karena jalanan bisa agak licin setelah diguyur hujan. Ada yang menawarkan tongkat kayu, membantu mereka yang membutuhkannya. Saya kurang tahu harganya berapa karena kami pikir anak-anak bisa melewati tanpa bantuan tongkat. Ada juga penjual minuman tradisional legen, semacam air nira dari pohon siwalan. Pohonnya sendiri jenis palem-paleman dengan buah mirip buah kolang kaling. Legen dijual di batang bambu yang dipikul. Karena baru datang, kami memutuskan mencobanya saat pulang saja.

Menuju lokasi pancuran, ada warung makan dan souvenir. Saya teringat pesan teman asal Purwokerto. Jangan lupa makan pecel dan mendoan serta minum legennya kalo di Baturraden. Jadi tidak sah kalau tidak mencoba ritual makan pecel dan mendoan serta minum legen tampaknya. Ada juga yang menawarkan bubuk belerang yang biasa dipakai untuk luluran dan pijat di sana. Sabar ah, kita lihat dulu pancurannya seperti apa.


Hmm saya agak kaget saat mendapati yang dimaksud dengan Pancuran Pitu itu adalah tujuh buah pancuran alami yang berjajar dengan aliran air panas dan aroma belerang. Bukan curug atau air terjun dengan kolam tampung. Jadi memang ada tujuh lubang yang mengalirkan air panas bumi. Iya itu saja, bahkan saat saya coba sentuh, waw panas. Hmm ternyata suhu air ini sekitar 70 derajat celcius. Pun aroma belerangnya tidak terlalu menyengat dan tidak ada kolam penampungan air di mana saya bayangkan saya bisa berendam atau main air di dalamnya. Seperti wisata sumber air panas sejenis di Gempol Palimanan Cirebon.

Tapi masuk akal juga sih. Dengan suhu 70 derajat celcius siapa juga yang bisa berendam. Kalau di Gempol, suhunya sekitar 40-44 derajat celcius dan air panas langsung dialirkan dalam satu kolam besar. Meski suhunya lebih rendah namun aroma belerang sangat menyengat. Pengunjung bisa memilih sekedar menggunakan air dengan gayung atau ingin berendam.

Beda pula jenisnya dengan sumber air panas Darajat di Garut Jawa Barat yang airnya dialirkan ke dalam kolam renang namun sudah dicampur dengan air biasa sehingga air terasa hangat dan cukup bisa dinikmati sambil bermain-main dengan anak. Suhunya tidak terlalu panas dan aroma belerang tak terlalu kuat.

Pancuran Pitu lebih alami. Untuk menikmati manfaat air panas dan belerangnya kita bisa menikmati pijat belerang. Saya menyebutnya demikian. Belerang ini yang menurut saya aromanya jauh lebih soft memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain membantu berbagai penyakit tulang seperti remathik dan encok, kabarnya juga baik untuk kesehatan kulit. Para pemijat, -lelaki dan perempuan- segera mengerubuti kami dan menawarkan paket pijak kaki dengan belerang. pijat belerang untuk sepasang kaki dihargai 10 ribu.  Pengunjung duduk di dekat aliran air panas dari Pancuran Pitu lalu pemijat duduk di depannya. Tentu saja di ruang terbuka.


Hmm saya pikir-pikir dua kali. Meskipun jujur saya pingin mencoba sensasinya. Sudah sampai sini trus gak mencoba rasanya sayang. Menangkap keraguan saya, salah satu Ibu pemijit kemudian menjelaskan. "Kalau Ibu mau berendam bisa kok bu, di tempat tertutup. Di sana ada kamar-kamar mandi dengan bak air panas, bisa sekalian nanti pijat belerangnya seluruh badan." Waah kayaknya enak nih. "Cuma 50 ribu kok bu. " Hayyah saya langsung tertarik, saya memang sudah lama tidak pijat dan kondisi badan tengah kurang fit alias kecapekan dan pegal-pegal.

Sebelum bilang oke, saya minta ayah krucils mengecek tempat yang dimaksud. Saya juga pernah ke tempat pemandian air panas lain seperti di Guci Tegal, di Ciater Subang, atau di Kuningan Cirebon yang menyediakan kamar berendam. Kamar berendam biasanya harganya bervariasi dari sisi privasi kamar dan fasilitas. Halah...Jadi saya ingin memastikan dulu. Sekembalinya ayah krucils tampak agak ragu. "Gimana yah tempatnya?" "Hmm yah gitu deh, ada kamar-kamar trus ada semacam bath tub gitu. Cuma kayaknya kotor gitu deh."

"Itu bukan kotor pak, memang bekas belerangnya. Tapi airnya bening kok gak kuning." Akhirnya kami sepakat, apalagi trio krucils tertarik. Selama ini setiap main di pemandian air panas mereka selalu excited. Selain seru main air biasanya pulangnya langsung tidur nyenyak karena memang mandi air panas pegunungan membuat badan terasa enak, rileks, dan menghilangkan pegal. Apalagi pake dipijit. Saya sih mau banget.

Akhirnya kami mengambil dua kamar. Saya dan trio krucils satu kamar. Dek Paksi gak mau gabung  ayahnya, tetep mau sama Ibunya ini. Fans berat Ibu No. #1 lah dek Paksi mah. Pintu kamar ditutup. Namun karena sekat antar kamar tidak tertutup hingga ke atas kami masih bisa komunikasi dengan ayah di kamar sebelah. Trio krucils buka baju dan hanya mengenakan underwear segera masuk ke dalam bath tube yang dialiri air panas pegunungan dan sudah dicampur air dingin. Jadi terasa lebih hangat. Saya sendiri langsung menikmati ritual pijat belerang.

Saya duduk di atas kursi kecil, atau dingklik. Baju saya diganti dengan sarung. Lalu sang Ibu meluluri saya dengan bubuk belerang yang basah. Dimulai dari kedua kaki, lalu tangan dan seluruh tubuh. Muka sayapun akhirnya diberi masker belerang. Hm sapa tahu tambah cantik. Halahhh ngayal. Pijitan Ibu pijit ini luamyan enak euy. To be honest saya suka deh, mantap tenaganya pun. Jika biasanya pijat dan lulur dengan cream dan olive oil, kali ini dengan bubuk belerang halus yang untungnya tidak menusuk aromanya dan air panas alam. Sensasinya berbeda karena air panas ini memberi efek enak di badan.

Krucils sendiri becanda di dalam kolam atau bath tub. Menikmati panasnya air. Sayangnya, belum tuntas saya menikmati pijak belerang, Dek Paksi yang tampaknya sudah bosan dan merasa kurang nyaman dengan suasana dan kolam yang memang terkesan jorok karena lumpur belerang mulai rewel dan keukeuh agar saya segera berkemas. "Haduh dek blom selesai, nanti dung sayang." Ah dirayu apapun tak berhasil. Padahal kedua kakaknya masih enjoy. Akhirnya Ibu pijit agak terburu-buru menyelesaikan tugasnya. "Deeek tahu gak sih Ibu enjoy banget inih, Ibu pijitnya mantap pijitannya.."

Gak tahu persisnya kenapa, kalaupun di rumah sedang pijit, dek Paksi hampir selalu rewel dan mengganggu proses pijit memijit. Ibunya dipeluk, ditungguin, bikin yang mijit risih. Possesive banget anak Ibu inih. "Tunggu ya dek, leher, pundak dan kepalanya belum nih" Ibu pijitpun terburu-buru karena karena tak tahan mendengar rengekan Paksi yang tak kunjung berhenti. Bahkan sampai kami keluar kamar, dek Paksi masih menangis, merengek. Banyak yang menyangka kalau Paksi menangis karena kepanasan. Padahal bukan, dia sebetulnya enjoy dengan air panas. Lhaa di rumah aja maunya sih air panas terus mandinya.


Oh iya selain biaya pijat belerang ini kita tetap dikenai biaya sewa kamarnya tadi. Per kamar  Rp.5.000. Setelah dek Paksi tenang, kami dan anak-anak menikmati sejenak suasana. Maklum tak ada tempat yang representative untuk anak-anak main dan berlarian. Paling kita sewa tikar dan duduk sambil makan pecel, sate, atau jagung bakar.  Pemandangan hijaunya pegunungan dan perbukitan Gunung Slamet sebetulnya sangat menarik untuk dinikmati. Apalagi ada tebing belerang, di mana air panas berbelerang mengalir ke arah bawah bukit membentuk aliran yang menjadi unik untuk dinikmati.


Anak-anak  merengek dan bilang lapar akhirnya membuat kami sepakat segera meninggalkan tempat ini. Rasanya Kebun Raya Baturraden yang kami lewati tadi lebih enak untuk mereka bebas bermain. Eh tapi jangan lupa, makan pecel, medoan,  dan minum legen duluuu. Ritual yang tak boleh dilewatkan niih.


Ka Alinga dan Dek Paksi pingin Jagung Bakar. Okeh, satu berdua aja yaa, Jagungnya jumbo gitu. Kami kemudian mampir di salah satu warung. Wajiblah mencoba pecel dan mendoannya. Kami memesan dua porsi pecel. Yang istimewa karena pecelnya juga dilengkapi bunga kecombrang. Saya sih suka dengan yang satu ini, makanya saat ditanya: "pake Kecombrang bu?"langsung saya iya-kan. Potongan lontong dilengkapi beragam rebusan sayur segar termasuk kecombrang lalu disiram bumbu kacang yang pas. Makin lengkap dengan pendamping Mendoan dan gorengan yang masih hangat karena baru diangkat dari penggorengan. Hmm beneran liburan ini mah, alhamdulillah nikmat.


Anak-anak sempat tertarik membeli beberapa souvenir lalu lami kembali ke parkiran. Memenuhi rasa penasaran, kami akhirnya mencoba juga minum legen. Setelah menyecap, saya kemudian mengenalinya sebagai air nira atau enau yang juga banyak dijajakan di pinggir jalan oleh abang-abang dengan gerobak. Legen di sini disimpan dalam batang bambu. Rasanya gurih dan manisnya alami. Kabarnya legen atau nira ini kalau disimpan lebih lama bisa berubah menjadi tuak.

Suasana makin ramai pengunjung. Kami kemudian bergegas agar bisa juga menyempatkan bermain di Kebun Raya Baturraden yang kelihatannya juga tak kalah ramai. Anak-anak lebih excited dari tadi pagi saat datang. Jendela mobil dibuka lebar dan angin dan udara sejuk hutan dibiarkan masuk. Kali ini harus lebih berhati-hati karena bertambahnya jumlah kendaraan roda empat yang menuju kawasan ini. Saat berpapasan kami harus memelankan laju kendaraan atau bahkan berhenti untuk memberi jalan.


Kami kemudian sejenak berhenti di lokasi Kebun Raya. Parkirnyapun harus dibayar kembali di tempat ini. Terlihat bahwa, sedang ada pembangunan dan penataan di sana sini.  Tampaknya kawasan akan makin tertata ke depannya. Jika Kebun Raya Bogor berada di lokasi yang datar dan landai, maka Kebun Raya Baturarden yang berada di lereng Gunung Selamet berada di lokasi yang berbukit-bukit dengan jalanan yang meliuk menanjak menurun.

Setelah ini kita kemana ya? Ke Telaga Sunyi Yuuuk!


Note: Tidak ada Photo saat ritual pijat belerang yaa... forbidden hehe, tapi beneran ini bukan hoax

63 comments

  1. seger benerrrr pemandangannya ya mak ophi..
    itu dek paksi mungkin minta dipijit jg kali mak, dipijit bundanyq, hihihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iyaah..dia mah begituuu, ibunya ndak boleh sama orang lain. sm ayahnya aja ga boleh #eh

      Delete
  2. Abis mandi makan mendoan anget. alhamdulillah nikmatnya...

    ReplyDelete
  3. Wah, deket sama tempatku di Kebumen dong, boleh tuh kapan kapan pelesiran kesana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayoo pelesiran ke sini..kebumen deket bgt dr purwokerto

      Delete
  4. Udah lama banget nggak kesini, apalagi dulu gak mampir pijat cantik. Cuma di taman nya aja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayoo sini lagi biar bisa pijat pijat mbaa..
      enaknya sih santai2 gt..klo ga bawa krucils lama2 di situ enak siih

      Delete
  5. Huuaaaa ngebayangim dipijetnya itu lo.enak banget pasti ya apalagi abis perjalanan jauh lgs seger lagi deh

    ReplyDelete
  6. Mau jugaaaa pijat bwlerang..abia itu pasti enak makan enak tidur

    ReplyDelete
  7. Aku ke Baturaden udah lama banget. Waktu kecil. Nggak inget kayak apa tempatnya hehehe. Kapan-kapan ke sana lagi deh. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah punya memori ttg baturraden jg mba...sok atuuh napak tilas

      Delete
  8. Setelah dipijat belerang pastinya seger lagi ya Mba.. Liburan akhir tahun tadi aku ke Danau Ranau yg ada sumber air panas belerang.. Sayangnya aku gak berani nyeberang ke sumber air panas belerang, aku takut krn airnya lagi tinggi.. Cuma bisa dengerin ponakan cerita aja ttg keseruan mandi air belerang..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ke badan jadi enak sih mbak..aku beberapa kali mandi air panas belerang gn.
      IBuku kan punya remathik, klo diajak ke tempat gini2 seneng beliau

      Delete
  9. boleh juga nih mba...kalau kalau lewat situ yah

    ReplyDelete
  10. Wuahhh penasaran banget. Baru tahu ada yang ginian. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. eank di badan deh..ngilangin pegel...seger juga

      Delete
  11. Gx kbayang gmn sejuknya udara dingin disana...

    ReplyDelete
  12. warna airnya gak bening ya mba
    tapi pemandangan alamnya keren banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. bening kok..cuma memang ada endapan dan aroma belerangnya..itu terlihat coklat krn endapannya iarnya sih bening

      Delete
  13. Wah seger ya, kapan-kapan coba kesana ah pasti asyik

    ReplyDelete
    Replies
    1. asik mbak mandi air panas, pijat, di pegunungan yg dingin

      Delete
  14. batu raden memang mempersona ya mbak ;)

    ReplyDelete
  15. Pengen coba pijatnyaaaa, tp saya suka gelian

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha kayak dek paksi gelian
      tp krn pake bubuk belerang gak terlalu geli kok

      Delete
  16. Pemandangannya bagus, bisa jadi referensi kalau pingin liburan.

    ReplyDelete
  17. Kangen tempat ini. Dulu ke siniudh lama bgt, thn 99 *ga ada yang nanya ya* hihihi

    ReplyDelete
  18. asik banget iiih.. kalo ke purwokerto yang diingat cuma baturraden doang..

    ReplyDelete
  19. Ngeliat poto2nya adeem banget ya...di pengen ke sana.

    ReplyDelete
  20. Murah bgt masuknya.. ada tempe mendoan pula..hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. tempe medoan(dan gorengan) panas digoreng saat kita mau beli..maknyoss

      Delete
  21. wah lama banget mbak udah gak ke sini lagi hehe

    ReplyDelete
  22. Dulu sd sempet ke baturaden, tp cuma fuduk di pendoponya sja, karena kejebak ujan n ga bisa ke aer pancurannya

    ReplyDelete
  23. wah.. itu air terjunnya persis di gambar gambar yang ada di buku dongeng ya mbak

    ReplyDelete
  24. Libur lalu nggak sempat pijat belerang karena hujan :(

    ReplyDelete
  25. berendam di air panas itu menyenangkan ya mbak..
    tapi kalau sepanas 70 derajat ya nggak berani deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha langsung mateng eh setengah matenf deh klo berendem di 70 derajat mah

      Delete
  26. Enaknya dipijat pakai air belerang. Kulit jd tambah halus dong mak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kulit rasanya lebih bening, kinclong dan alus sih mak

      Delete
  27. Dipijat dengan belerang? Hmmm baunya gimana Mak? Menyengat idung gak? Tapi yang namanya dipijat mah tetep eneak yakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. biasanya memang menyengat bikin pusing...tp yang ini malah sy bilang baunya lebih soft kok ga terlalu menyengat

      Delete
  28. Dek Paksi kayal Rayyaan deh. Kalau Mamanya lagi diurut malah maunya nggandul2 hehehe

    ReplyDelete
  29. Aku paliiiiiing suka traveling ke wisata alam seperti ini. Aduuuh pgn banget, alamnya indah nian.

    ReplyDelete
  30. Aaah enaknya mbak dipijit, udah lama gak pijit >_<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iyaaah ini juga dah lama ga pijit trus ketemu pijat belerang...maunya lama2.

      Delete
    2. Hihi iyaaah ini juga dah lama ga pijit trus ketemu pijat belerang...maunya lama2.

      Delete
  31. alhamdulilah,,,,, tempat itu sy sudah tujuh,, supaya menjadi berkah,,,,memory 30.11.2017..bersama saudara di purwokerto

    ReplyDelete
  32. ada karomah nya kenal tukang pijat di pancoran tujuh,,,salam firman jakarta,, insa allah ktemu lg ya

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.