Santri (pun) Belajar Wirausaha


Ada yang berbeda dari weekend anak santri dalam sebulan terakhir ini. Para santri yang mayoritas berada di kelas VII - XII tengah sibuk di dapur umum. Ada yang mencuci ikan bandeng, membersihkannya, ada yang mengulek bumbu, menyiapkan daun pisang dan sebagainya. Biasanya akhir pekan saat libur, selain beres-beres kamar dan cuci-setrika baju, para santri menghabiskan waktu semacam "me time" mereka. Macam ragam kegiatan dari olahraga, membaca, bersenda gurau, atau hanya sekedar leyeh-leyeh.


Mereka adalah sekelompok santri di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qurán di Desa Dukupuntang, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. *Kampung saya lahir dan dibesarkan. Pondok Pesantren ini memang memililki kekhususan pada materi menerjemahkan Al-Qurán bagi para santrinya. Tentu saja selain tahfidz dan tahsinul Qurán. Pemahaman yang komprehensive akan nilai agama secara keseluruhan tentu berawal dan penafsiran yang tepat terhadap al-Quran. Kemampuan menafsirkan berangkat dari kemampuan menerjemahkan Al-Quran. Al Qurán tidak sekedar rangkaian kata berbahasa arab, namun setiap katanya memiliki makna mendalam. Filosofis, tekstual, dan kontekstualnya. Demikian kira-kira gambaran sekilas Pondok Pesantren ini.


Secara umum, kegiatan santri layaknya di berbagai pondok pesantren dimulai dari dini hari. Sholat malam dan kajian subuh. Kemudian mereka menyiapkan diri untuk keperluan sekolah. Tergantung level pendidikan, mereka ada yang menghabiskan pagi hingga petang di SMP IT, Madrasah Tsanawiyah,  SMA, atau Madrasah Aliyah. Beberapa bahkan ada yang masih di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Selepas menjalani sekolah formal kegiatan mengaji berlanjut sejak dari ba'da ashar, berlanjut maghrib,  dan isya. Sholat berjamaah merupakan bagian dari rutinitas wajib.

Selain membekali santri dengan ilmu agama, Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin ini ternyata memiliki komitmen untuk juga membekali santrinya dengan ilmu kewirausahaan. Materi entrepreneurship menjadi sebuah materi tambahan yang diberikan kepada santri. Bapak Achmad Kholiq, pengasuh Pondok Pesantren menegaskan bahwa  pelatihan kewirausahaan sebagai bentuk tanggung jawab pesantren untuk membekali santri terjun kelak ke masyarakat.


Santri dilatih dan belajar untuk membangun jiwa kreatif dan skill sebagai fondasi awal memasuki kewirausahaan, kelak saat mereka membaur dan membangun di masyarakat. "Bismillah ya anak-anakku... Islam dan Rasul mengajarkan kerja mandiri dan kewirausahaan... semoga berkah." Demikian beliau memotivasi anak-anak didiknya. Sebagaimana kita ketahui tauladan kita Nabi Muhammad SAW merupakan entrepreneur yang sukses di masa mudanya bersama sang Isteri Khadijah yang juga merupakan woman entrepreneur  yang sangat inspiratif.

Pelatihan diberikan selain dalam bentuk penyampaian teori dan motivasi dari beberapa praktisi bisnis juga dilengkapi dengan praktik langsung. Beberapa bulan lalu para santri diajak praktik langsung pembuatan baso daging sapi , baso ikan, krupuk ikan,dan mie ayam ceker. Sambil terus mencari bentuk yang pas, pelatihan dilakukan secara rutin dan berkala. Santri juga dibekali dengan managemen pengelolaan, manajemen produksi, dan manajemen pemasaran. 

Episode Bandeng Gepuk "LADZIDZAH"

Setelah dilatih pembuatan baso ikan, krupuk ikan, dan mie ayam beberapa waktu lalu. Beberapa minggu terakhir,  beberapa santri secara khusus dan terbatas mendapat pelatihan pembuatan Bandeng Gepuk. Langsung dari praktisi yang sudah memiliki pengalaman dengan produk sejenis. Dari beberapa produk training yang diselenggarakan sepertinya pembuatan Bandeng Gepuk dirasa lebih pas untuk produk pesantren hasil karya anak-anak santri. Pertimbangannya karena lebih praktis, efesien, dan marketnya bisa lebih luas.


Diharapkan pilihan ini akan jadi pembelajaran kewirausahaan santri ke depan. Produk Bandeng Gepuk ini kemudian disepakati memiliki label "Bandeng Gepuk Ladzidzah"  Ladzidzah artinya lezat, enak, atau nikmat. Anak-anak santri Tarbiyatul Banin. Insya Allah telah memulai produksi akhir bulan lalu. Walaupun masih sangat sederhana para santri sudah bisa melahirkan produk ini. Semoga ikhtiar kecil ini menjadi modal skill bagi para santri untuk berwirausaha ke depan disamping tentu saja tugas utamanya mencari ilmu dan mengaji.


Tentu saja proses belajar ini memang masih belum paripurna sebagai bentuk wirausaha. Beberapa kendala seperti modal untuk perlengkapan pembuatan dan proses produksi bandeng gepuk masih menjadi catatan pihak pengasuh pondok pesantren. Jadi, jika ada yang berminat untuk berkontribusi, mereka sangat senang. Intinya, investors are welcomed! Beberapa peralatan yang menunjang produksi namun masih dibutuhkan antara lain lemari pendingin penyimpan produk jadi, freezer portable, dan vacuum seals. 

Bandeng Gepuk ladzidzah ini komposisinya terdiri dari ikan bandeng segar, telur, bumbu rempah-rempah, penyedap dan garam. InsyaAllah dijamin kehalalannya. Bandeng Gepuk Ladzidzah sangat cocok dinikmati sebagai lauk teman makan bersama keluarga. Produk siap dikonsumsi oleh konsumen. Cukup dengan dipanaskan dalam pemanas makanan atau dapat juga digoreng. Jika disimpan di tempat yang sesuai (lemari pendingin) Bandeng Gepuk tahan cukup lama, untuk saat ini ekspektaisnya bisa mencapai ketahanan tiga bulan sejak produksi. Jadi, yang berminat icip-icip rasanya, bisa tinggalkan comment yak. *Sekalian jadi marketingnya ah.


Semoga berkah ya nak... Semangat terus! Semoga tercapai apa yang dicitakan dalam proses pembelejaran ini. Tujuan awal pembelajaran wirausaha ini sekali lagi untuk memupuk jiwa entrepreneurship, kemandirian, dan skill bagi para santri. Kedepannya mungkin akan ada pelatihan jenis usaha yang berbeda. 

Namun langkah kecil ini semoga diberi kekuatan dan keridhoan oleh Allah untuk membentuk pribadi muslim mandiri dan berjiwa wirausaha, dengan tetap mengutamakan pembekalan ilmu agama dan akhlakul karimah. Mabruuuk!  

Oh iya, sekali lagi bagi yang berminat investasi atau mau mencoba kelezatan Bandeng Gepuk Ladzidzah, hubungi saya. *bukan pesan sponsor.  


 “Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”

49 comments

  1. whuaa serunya kegiatan para santri itu yaa..

    masak2 bareng, hmm.. *nyomot bandeng

    ReplyDelete
  2. Masya allah.. Ekonomi islam bisa kuat berawal dari pesantren.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm bnere bnaget itu, santri emang harus di beri pendidikan untuk berwira usaha kak :)

      Delete
  3. metode yang sangat bagus nih, harusnya diterapkan disemua pesantren :)

    ReplyDelete
  4. waaa...berapaan tuh mbak bandengnya?

    ReplyDelete
  5. subhanallah anak2 kalian hebat, rajin terus ya mengaji dan berwirausahanya, insyaa Allah penuh barokah

    ReplyDelete
  6. Wow luar biasa. Keren banget mah kalo ini. Nanti keluar dari pesantren udah pada bisa bikin usaha sendiri

    ReplyDelete
  7. saya rasa ini merupakan hal baik yang bisa diterapkan dilingkungan ponpes, dari wirausaha selain kita bisa lebih mandiri dalam mencari nafkah kkita juga dapat mengenal banyak orang, bersilaturahmi.

    ReplyDelete
  8. Replies
    1. Kemasannya msh sederhana nanti bakal terus improve mba

      Delete
  9. subhanallah, mulia banget tenaga pengajarnya, bikin anak mandiri secara lahir dan batin

    ReplyDelete
  10. Menakjubkan. Terobosan hebat mendidik anak-anak santri belajar berwirausaha sejak dini

    ReplyDelete
  11. Bagus tuh Mba... menanamkan nilai2 wirausaha sejak dini kepada anak2.. InsyaAllah menjadi enterpreneur kelak..

    ReplyDelete
  12. dulu pernh pengen nyatri juga neh mbak saya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oooh iya kah. Slain blajar agama di sini di ajari wirausaha jg mba

      Delete
  13. siiipppp, pembekalannya utk akhirat juga dunia, imbang dan insyaAllah barokah amin

    ReplyDelete
  14. Wah, seru banget. Pengalaman tak terlupakan buat para santrinya

    ReplyDelete
  15. Wah hebat kegiatannya. Moga2 menginspirasi sekolah dan psantren lainnya. Jd nanti lulus skolaah ga mikir kerja dimana tp udah tau mau buka usaha apa

    ReplyDelete
  16. Wah hebat kegiatannya. Moga2 menginspirasi sekolah dan psantren lainnya. Jd nanti lulus skolaah ga mikir kerja dimana tp udah tau mau buka usaha apa

    ReplyDelete
  17. Amiin semoga berkah. Bangga lihat anak2 seperti ini, nggak boleh pesimis dg generasi muda alay. Masih banyak yg keren2.

    ReplyDelete
  18. keren ya, anak-anaknya jago jualan gitu, jadi bisa jadi pengusaha deh

    ReplyDelete
  19. Huahaaa keknya enak, praktis soalnya. *.* Coba kalo ganti nama jadi Bandeng Ceples, lucu kali yak :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah usulan namanya kayaknya bakal ngetop tuh...ceples boso suroboyo kah?

      Delete
  20. semoga berkah dunia akhirat ya..dapat ilmu agama utk bekal akhirat dan ilmu wirausaha untuk mandiri

    ReplyDelete
  21. setul mbak, salah satu kelebihan menuntut ilmu di pondok pesantren itu para santri dibekali ilmu wirausaha, jadi pengen balik muda dan jadi santri #eh

    ReplyDelete
  22. Memang keren ya sekolah sekolah dan ponpes skrg, wirausaha sdh jd semacam kurikulum wajib ada. Yaa meski blm smua sekolan/ponpes. Tp seenggaknya udh bnyak. Smoga program semacam ini bs menelurkan banyak wirausaha sukses nantinya. Aamiin

    ReplyDelete
  23. shalat malam dan kajian subuh, pendidikan dan kebiasan yang bisa ngajarin anak untuk lebih ng hargain waktu :) luar biasa pesantren ini, membuat anak didiknya belajar jadi pengusaha.. semoga bisa menjadi anak yang soleh dan solehah, dan berguna untuk sesama.. amiin

    menjaga kesehatan persendian juga penting, silahkan -> obat pengapuran tulang belakang

    ReplyDelete
  24. Nah bener tuh,, :3 meskipun dia santri akan tetapi juga harus d ajarkan wirausaha :3

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.