Ketika Ka Alinga Harus Menjalani Perawatan Akar Gigi



"Gigi tetap dok? Bukannya gigi susu?"
"Ini gigi tetap bu, geraham nomor 6 dan sudah permanen"
"Oh gigi nomor 6 itu geraham yang sudah permanen dok?"
"Iya bu, dan gigi nomor 6 ini sudah tumbuh sejak anak usia 6 tahun."



"Whaaat?"
Duuh Ibu macam apa aku ini? Baru tahu kalau ternyata ada gigi tetap yang sudah tumbuh di usia anak 6 tahun. Gigi geraham pula yang fungsinya sangat signifikan.

Saya pikir semua gigi yang tumbuh di masa kanak-kanak adalah gigi susu dan akan tanggal pada waktunya untuk kemudian berganti dengan gigi tetap. Siapa yang punya pemahaman seperti saya?

Ternyata banyak, malah hampir semua Ibu muda yang saya kenal juga memiliki pemahaman seperti saya. Pemahaman yang ternyata keliru. Gigi susu hanyalah gigi 1 sampai dengan 5. Gigi 6, 7, 8 sejak tumbuh pertama sudah merupakan gigi tetap. Hmm cara menghitungnya mulai dari gigi seri yang paling depan ya Mom. Hitungan 1 sampai berikutnya baik ke kanan atau ke kiri.

Sumber: sainsbiologi.com

Jadi ada dua gigi seri di tengah depan kan? Nah kalau kita urutkan ke kanan (demikian pula ke kiri, dan berlaku pula bagi gigi atas maupun gigi bawah) maka urutanya adalah ke-1 gigi seri tengah (dentis insisivus), ke-2 gigi seri samping (dentis insisivus), ke-3 gigi taring (dentis kanisus), ke-4 gigi geraham depan pertama (pramolar), ke-5 gigi geraham depan kedua (pramolar), ke-6 gigi geraham belakang pertama (molar), ke-7 gigi geraham belakang kedua (molar), dan ke-8 gigi geraham belakang ketiga (molar).

Perbedaan susunan gigi ini ternyata dipengaruhi oleh bentuk gigi, akar yang menunjang masing-masing gigi dan tentu saja fungsinya.

Sungguh saya merasa sangat bersalah saat saya harus menemani Ka Alinga ke Dokter gigi beberapa waktu lalu. Pasalnya karena ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman saya kemudian menggampangkan kondisi kerusakan gigi Ka Al. Iya karena saya pikir beberapa gigi gerahamnya yang bolong merupakan gigi susu yang akan tanggal dan digantikan dengan yang tetap sehingga saat pertama kali Ka Al mengadukan bolongnya giginya saya kemudian tidak melakukan tindak lanjut secara serius.


Karena memang susunan gigi Ka Alinga juga agak kacau. Maklum tidak seperti adik-adiknya yang giginya rapih dan sehat, Ka Al merupakan "korban" dari ketidakpahaman saya akan pengaruh susu formula terhadap gigi anak. Ka Al hanya menyusu ASI efektif 3 bulan. Setelah itu mulai dicampur antara ASI dan Formula. Bahkan sejak usia 9 bulan sudah tidak mau menyusu pada saya karena ternyata saya sudah hamil Ka Zaha. Otomatis kemudian Ka Al hanya mengasup susu formula.

Daan karena kebodohan saya, malam-malam bahkan sambil tidur Ka Al ngedot susu. Duuh, maafkan Ibumu ini ya Nak.... Dulu masih jahil hikss. Setelah lahir Ka Zaha barulah susunya diganti dengan susu UHT. *Ibunya telat belajar dan dapat ilmu hiks*

Singkat cerita, gigi susu Ka Al jelek sekali. Pasti karena gula dari susu formula yang diasupnya waktu baby dulu dan memang Ka Al sangat suka manis hingga hari ini. Saya sering bingung menandai giginya. Mana yang susu dan mana yang sudah tumbuh tetap. Susunannya kacau dan tidak rapih. Gigi gigi susunya gerigis hitam dan tanggal tidak beraturan. Tumbuh gigi tetapnya pun tidak secara bersamaan.

Prinsip bahwa gigi anak-anak adalah gigi susu dan akan terganti dengan gigi baru yang tumbuh tetap kemudian membuat saya (kami) menyimpulkan sendiri, biarkan dulu semua gigi susunya (yang sudah terlanjur kacau) tanggal nanti akan tumbuh gigi baru dan mulai kita rawat dengan serius. *Hmm garuk tembok* 

Mungkin kalau pemahaman saya ini sejalan dengan pemahaman yang benar tentang mana gigi susu dan mana gigi tetap maka insiden yang terjadi pada Ka Alinga tidak perlu terjadi.

Masalahnya saya salah memperhitungkan mana gigi susu dan mana gigi tetap. Sehinga 4 gigi geraham belakang pertama Ka Alinga (atas kanan, atas kiri, bawah kanan, dan bawah kiri) dalam kondisi yang memprihatinkan. Duuh Moms, jangan sampai terlambat yaa, segera pastikan dan cek gigi anak-anak Moms. karena penyesalan selalu diakhir, kalau di awal namanya pendaftaran :(

Singkat cerita Ka Alinga mengeluhkan salah satu gigi gerahamnya sakit. Lalu kami ke dokter gigi di salah satu rumah sakit. Dokternya masih muda dan lugas. Saya pernah juga ditangani dokter ini untuk tambal gigi.

"Ibu, saya gak bisa tangani nih bu."
"Giginya sudah rusak sampai ke akar nih, saya cuma bisa tangani satu nih yang kiri bawah. Saya bersihkan dulu trus tambal permanen. Yang geraham kanan bawah dan kiri atas harus ditangani sama spesialis konservasi gigi ya bu..."
"Yang masih aman hanya geraham kanan atas aja nih."

Lalu dokter gigi memberi rujukan agar saya membawa Ka Alinga ke spesialis konservasi gigi untuk perawatan akar giginya. dokter gigi dengan gelar drg. SpKG. 

"Emergency nih bu, harus segera ditangani ya bu..."

Lidah saya kelu dan kaku. Penjelasan dokter yang lugas atau entah saya yang baper, rasanya makin guilty feeling karena dokter agak gimana nada bicaranya waktu saya bilang saya gak tahu kalau gigi Ka Al yang bermasalah merupakan gigi tetap. 

Pliss lah dok mana saya tahu itu premolar atau molar. Saya gak paham, dokter juga pasti bingung membedakan konsiderans menimbang dan diktum mengingat dalam suatu undang-undang. *halaah apa sih?

Demi memulihkan rasa bersalah, saya langsung menanyakan jadwal dokter spesialis konservasi gigi di rumah sakit tersebut dan langsung membuat janji. Hmm jamnya tidak cocok karena siang hari di hari kerja dan sekolah. Artinya saya harus izin dari kantor, demikian pula si Kakak. Apa boleh buat demi menolong kondisi giginya kami bolos eh izin dari kantor dan dari sekolahnya.

As usual mengantri di dokter gigi selalu menyita waktu dan kesabaran. Apalagi kalau bawa bocah yang pecicilan dan tak mau diam. Sakit gigi gak menghalanginya untuk diam dan anteng. 
"Aku bosan buu, lama banget..."
"aku keliling dulu ya buu," dan seterusnya

Akhirnya sampailah di nomor urut kami. Dokter gigi yang menggunakan seragam coklat kepolisian. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, kami langsung diminta melakukan rontgen atau photo gigi dan diminta kembali setelah selesai rontgen.

Mengulang antrian juga di tempat rontgen. Setelah mendapatkan photo kami kembali lagi.

Awalnya dokter belum memutuskan untuk melakukan perawatan akar. 
"Hmm kayaknya bisa dibersihkan dan ditambal saja sih, coba yuuk kita periksa dulu ya."

Setelah mengamati hasil photo, diperiksa, dibersihakan, dan dicek kembali dan dokter fokus pada ke dua geraham Ka Al yang bermasalah akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan perawatan akar gigi untuk geraham kanan bawah Ka Al. Dalam proses tersebut Ka Al sampai menangis, namun saya mencoba menguatkan karena memang harus dijalani proses ini. Tidak ada pilihan untuk menolak.

"Saya sudah periksa dan cek bu, yang kanan bawah ini ternyata lubangnya sampai ke dalam, tampaknya sudah sampai ke akar dan ada infeksi. Jadi bisa dipastikan yang ini harus kita rawat ya, akarnya. Sekarang saya bersihkan saja dulu dan saya beri obat, lalu saya tutup dengan tambal sementara. Minggu depan kita cek lagi"



"Untuk gigi yang kiri atas, ini akarnya ternyata belum tumbuh sempurna bu, saya gak bisa rawat akarnya"
Lalu dokter menunjukkan photo gigi kaka. 

"Lihat bu bedanya, akarnya belum tumbuh dan membentuk seperti akar gigi yang satunya kan?"
"Setelah saya cek, sambil saya bersihkan tadi ternyata ada polip di sana bu, rupanya polipnya yang menghambat pertumbuhan akarnya karena ditempati oleh polip tersebut"

"Ooh, di mulut atau gusi ada polip juga dok? saya pikir polip cuma di hidung"
""di hidung, bahkan di usus juga bisa ada polip bu..."
"Polip tuh apa sih dok? penyebabnya apa"

"Jadi bisa jadi ini awalnya ada infeksi bu, lalu muncul abses dan akhirnya mengeras menjadi semacam gumpalan daging gitu"

"kalau seperti ini saya gak berani apa-apain bu...kesenggol saja dia berdarah bu..."

"Aku selalu berdarah kalau sikat gigi dan menyikat keras bagian ini bu..." tiba-tiba Ka Al menyela.

"Naah itu karena polipnya"...

"Jadi gimana dok?"
"Saya cuma bisa bersihkan, saya beri obat dan ditutup tambalan sementara dulu"

Long short story, sungguh saya mendapat pelajaran yang sangat berharga dari kejadian ini. Setelah tahu bahwa gigi geraham ke 6 merupakan gigi tetap yang tidak akan terganti saat rusak atau tambal, saya langsung inspeksi gigi Ka Zaha dan Dek Paksi. Ka Zaha baru saja mengeluhkan salah satu gerahamnya berlubang, saya lupa yang mana demikian juga dek Paksi. Alhamdulillah setelah saya cek ternyata dua-duanya mengalami gigi berlubang di gigi premolar mereka dan belum terlalu parah. 

Ternyata gigi geraham ke 6 Ka Zaha juga sudah tumbuh semua. PR saya untuk selalu mengingatkan Ka Zaha untuk menjaganya karena tidak akan terganti saat rusak. Kalau dek Paksi belum tumbuh gigi geraham permanennya. 

"Ya iyalaah bu, aku kan masih 5 tahun..." 
"Hmm tapi kan sebentar lagi 6 tahun dek, gak sampai satu bulan lagi..."

Gigi Ka Zaha dan Dek Paksi termasuk bagus dan sehat. Tumbuhnya pun rapih dan beraturan. Selain karena mereka anak ASI ekslusif dan hanya mengasup susu UHT setelah 2 tahun juga mereka lebih nurut soal gosok gigi menjelang tidur. 


Gosok gigi saat mandi pagi dan sore semua sudah anak-anak praktikan. Tapi, untuk gosok gigi menjelang tidur, memang Ka Alinga yang sering malas-malasan. Sesuatu yang harus dibayarnya dengan mahal. Digalakin sama Ibu juga suka ceek aja. Kalau ka zaha apalagi dek paksi, dengan modal pujian dan ciuman menjelang tidur mereka sudah mau menggosok gigi menjelang tidur. 

Kejadian ini juga mengubah prinsip saya soal gigi susu. Meskipun kelak akan terganti dengan gigi tetap, saat bolong atau bermasalah tetap harus dirawat ke dokter. Jangan sampai merusak yang lain juga. Gigi susu atau gigi tetap semua harus dirawat dan dijaga kesehatannya.

Minggu ini Ka Alinga melalukan perawatan akar gigi yang kedua. Jadi memang untuk perawatan akar harus dilakukan secara kontinyu. Agar tidak mencuri waktu kerja saya dan belajar Kakak, kami janjian dengan dokter malam hari. Untungnya dokter membuka praktik di rumahnya di malam hari dan lokasinya masih terjangkau oleh kami dari Ciputat.

Memang untuk melakukan perawatan akar gigi harus dilakukan ahlinya. Selain memang sesuai kompetensi dan keahliannya, dokter tahu bagaimana men-treat agar pasien tidak merasa trauma. Itu juga sih yang saya amati dari penanganan dokter terhadap ka Al. Meskipun sempat menangis saat perawatan pertama yang kedua kali sudah lebih tenang dan kalem.

Dokternya cukup tegas namun bisa memberikan penjelasan yang logis pada Kakak saat dia mulai menawar seperti: "aku gak mau begini atau aku takut begitu..." Pada perawatan yang pertama dokter menawarkan terlebih dahulu ke kami. Apakah mau langsung disuntik dan dibersihkan hingga ke akar atau dibersihkan saja dulu dan dilihat progressnya selama seminggu. Melihat Ka Al menangis, dokter khawatir  Kakak sampai trauma. Jadi proses dilakukan bertahap saja, begitu sarannya. Saya manut saja.

Proses perawatan masih akan berlanjut. Saya siap saja mensupport Kakak. Baik dari sisi waktu maupun biaya. Karena memang untuk jenis tindakan perawatan akar biayanya lebih mahal dari tindakan lainnya. Selain itu memang akan dilakukan secara kontinyu hingga diputuskan sudah selesai dan bisa ditutup dengan tambal permanen.

Alhamdulillah, Ka Al sudah lebih kooperatif. Selain sudah mau menggosok gigi sebelum tidur tanpa diminta juga dia lebih aware dengan konsumsi makanan yang manis-manis. 

Rupanya masalah gigi juga merupakan salah satu penyebab Ia malas makan. Sejak giginya dirawat dan ditambal, semangat makan kakak bertambah baik. Pipinya yang dulu tirus sekali mulai tampak gembil. Saya happy sekali melihat dia mulai semangat makan dan menikmati makanan. 

Duuh maafkan Ibu ya nak, ternyata salah satu penyebab kamu eaty picker dan malas-malasan makan adalah karena ketidaknyamanan dengan gigimu sayang. Hikmah dan pelajaran yang sungguh berharga buat saya. Pelajaran yang langsung bisa dilihat oleh adik-adiknya, bagaimana pentingnya merawat kebersihan dan kesehatan gigi serta menjaga konsumsi makanan/minuman yang manis. 

Well, semoga cerita tentang perawatan akar gigi Ka Al ini bermanfaat ya Moms. Yuuk cek gigi anak-anak secara berkala, jangan sampai kecolongan seperti saya karena minimnya pengetahuan tentang gigi.  


5 comments

  1. jadi ingat anak-anak sudah due membersihkan giginya..thanks for sharing mba..memang harus rajin dicek yaaa

    ReplyDelete
  2. waah paling ngeri ke dokter gigi, Raissa juga yang kecil seharusnya tambal nih tapi belum sempat ke dokter :(

    ReplyDelete
  3. Wah banyak belajar nih aku baca tulisannya mbak
    Langsung deh cek cek gigi Prema juga

    ReplyDelete
  4. Saya sudah dua kali perawatan akar gigi untuk mempertahankan agar gigi tidak dicabut, ntar ompong kalo dicabut....

    ReplyDelete
  5. Gigi Nai juga kacau susunannya, Mbak. Tadinya saya rutin membawa anak-anak ke dokter gigi. Tapi suatu hari saya melakukan kesalahan dengan tidka membawa Nai ke dokter gigi anak yang biasa menangani dia. Kami bawa ke dokter gigi umum karena alasannya di klinik tersebut menerima asuransi yang kami punya. Eh, gak taunya dokternya gak ramah anak. Nai jejeritan dan bikin dia trauma sampai sekarang. Susah banget diajak ke dokter gigi meskipun ke dokter gigi anak.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.