indah n damainya Hassleholm |
Oleh-oleh lain yang ingin saya bagi kali ini tentang bagaimana perhatian dan concern pemerintah daerah di Swedia terhadap kelompok masyarakat dengan keterbelakangan intelekutual (disable people, terutama intellectually disabled), benar gak ya, sebutannya? atau tepatnya person with an intellectual disability.
Pada sesi kunjungan ke daerah, pada minggu ke tiga training, kami selama seminggu melakukan studi visit ke salah satu kota/kabupaten di Selatan Swedia yakni Hassleholm, Ini dia gambaran Hassleholm Municipality. Kenapa pihak penyelenggara mengadakan sesi ini Hassleholm? Karena terkait dengan praktik Desentralisasi di Swedia. Mereka ingin menunjukkan secara langsung bagaimana praktik tersebut berjalan. Di hassleholm kami mendapatkan gambaran sekaligus melihat ke lokasi tentang penyelenggaraan beberapa sektor pembangunan di Daerah.
Yang ditonjolkan saat itu adalah bagaimana Badan Usaha Milik Daerah atau Perusahaan Daerah milik Municipal Hassleholm di bidang distribusi air dan pengolahan limbah, serta pengelolaan sampah dan daur ulang berjalan. Selain mendapatkan materi di dalam kelas, kami juga diberi kesempatan untuk datang langsung ke lokasi dan menyaksikan berjalannya ke dua badan usaha tersebut. Selain itu kami diajak berkenalan dan belajar dari seorang petani dan peternak yang menggunakan teknologi canggih dalam mengelola peternakannya. Yakni mengelola peternakan sapi dengan jumlah sekitar 400 ekor sapi hanya dengan 4 orang karyawan (2 diantaranya adalah suami isteri pemilik peternakana) dan 4 unit robot, 2 robot pembersih dan 2 robot pemerah susu.
di lokasi pengolahan sampah
pengolahan sampah
Robot Pemerah Susu
Fakta lain yang sangat menarik bagi saya adalah bagaimana kebijakan dari pemerintah daerah setempat untuk memberdayakan warga masyarakat yang tergolong terbelakang secara intelektual. Jika kita membayangkan mereka akan dikumpulkan dalam satu tempat atau bahkan dikucilkan, maka hal ini tidak terjadi di Hasslehom. Pemerintah Daerah memberikan pelatihan-pelatihan bagi param Intellectually Disabled Persons dan memperkerjakan mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan oleh layaknya orang-orang normal (tanpa kekurangan). Sehingga selain membuat mereka terlatih mereka dapat tetap bersosialisasi dengan khalayak ramai dan diperlakukan selayaknya pekerja.
Sang Assisten Deputy Mayor, mengajak kami mengobrol pada saat break untuk sekedar menikmati coffee, tea, buah dan snack di kantin kantor walikota tersebut. Lalu beliau menyampaikan bahwa semua makanan yang kami santap merupakan hasil karya dari para Intellectually Disabled Persons tersebut. Mereka menjaga kantin, menyiapkan dan menyajikan makanan, membersihkan kantin bahkan menghitung dan memanage uang di Kasir. Selain itu, ada pula yang bertugas sebagai petugas kebersihan dan penjaga mesin photocopy.
ngobrol dengan deputy mayor di kantin balaikota
Mereka diberdayakan dan dimanusiakan selayaknya warna Negara lainnya. Bukan dengan memberikan fasilitas khusus semata, tapi menjadikan mereka sebagai warna Negara yang bisa turut berkontribusi bagi diri dan masyarakat sekitarnya. Sangat berkesan bagi saya, bagaimana mereka sangat concern terhadap hal tersebut dan tidak menafikan kelompok masyarakat dengan keterbelakangan intelektual ini. Beginilah “indah”nya Negara maju yang harusnya memang membuat kita “iri” dan terpacu untuk memperbaiki kondisi…semangat !!! mari berjuang di garis manapun kita berada, bahkan melalui tulisan dan kata-kata sekalipun.
No comments
Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.