Ada Cerita Dibalik Setiap Hijab Muslimah
Hijab buat saya bukan barang baru. Saya mengenakannya secara konsisten saat usia SMP. Keluarga yang berada di lingkungan religius alhamdulillah memudahkan saya membiasakan diri dengan hijab sejak kecil. Hmm masih suka buka tutup juga sih waktu itu. Jauh lebih konsisten sejak beranjak SMA.
Lingkungan keluarga yang mendukung tidak berarti saya tidak mengalami tantangan berhijab. Duluu saking lamanya pemandangan perempuan berhijab tidak sesemarak sekarang. Masih teringat di pelupuk mata, saat berangkat atau pulang sekolah yang kebetulan lebih sering berjalan kaki meski jaraknya sekitar 3 km dari rumah. Saya dan teman-teman yang juga berhijab sering diteriaki ninja dan ledekan yang tidak nyaman didengar. Perempuan muda berhijab masih sangat jarang saat itu.
Tantangan berhijab juga datang saat saya berkesempatan mendapat beasiswa ke Melbourne di tahun 2006. Peristiwa 11 September masih meninggalkan efek yang tidak nyaman bagi seluruh muslim di berbagai belahan dunia terutama di negara minoritas muslim. Belum lama sebelum keberangkatan kami bahkan beredar kasus kekerasan isu SARA yang menimpa mahasiswi muslim Indonesia. Jujur salah satu kekhawatiran saya adalah menjadi international student dan tetap mengenakan hijab di tengah suasana yang masih agak panas.
Bahkan salah seorang teman saya yang semula berhijab, namun saat berangkat dan belajar di Melbourne "terpaksa" melepas hijabnya karena suaminya hanya memberi izin jika Ia melepaskan hijabnya selama berada di Australia. Hmm munculnya kasus kekerasan terhadap muslim dan terutama muslimah di sana beberapa waktu belakangan saat itu tampak menjadi alasan keputusan suami teman saya. Seperti buah simalakama. Sekembalinya ke tanah air setelah menyelesaikan studi teman saya kembali berhijab.
Saya juga pernah beberapa kali mendapati sikap yang kurang menyenangkan. Meski tidak sampai kekerasan fisik namun kekerasan verbal pernah saya alami selama di sana. Mostly saya mengalaminya saat berada di luar lingkungan kampus. Rasanya tidaknya nyaman diteriaki dengan kalimat-kalimat yang kurang menyenangkan. Menyudutkan agama dan keyakinan saya karena kasus oknum yang mengatasnamakan agama dan keyakinan saya.
Tapi tidak jarang banyak yang bertanya justru karena penasaran dengan hijab yang saya kenakan. Mengapa di musim panas yang buat mereka berpakaian lengkap saja sangat tidak nyaman bahkan saya menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Tidak sedikit juga yang bertanya bagaimana saya mengenakan scarf di kepala saya. Hmm sesekali saya mempraktikkannya ala tutorial. Kebetulan saya type pemakai hijab yang praktis. "Owh ternyata mudah yaa," sebagian besar mereka berkomentar seperti itu.
Saya kemudian bersyukur karena pengalaman menjadi muslimah berhijab sebagai minoritas sangat membekas pola pikir pentingnya toleransi dan solidaritas. Beberapa kali berkunjung ke beberapa belahan dunia lain dengan tetap berhijab. Bertemu, bergaul, dan berinteraksi dengan beragam manusia berbeda agama, suku bangsa, bahasa, dan latar belakang membuat saya merasa sangat beruntung berada di Indonesia. Menunjukkan identitas sebagai muslimah sama sekali tidak membatasi komunikasi saya dengan banyak orang baru.
Bahkan saya sempat sedemikian dekat bersahabat dengan Kang, seorang gadis manis nan lembut dari Korea Utara yang sering mengajak diskusi tentang Islam dan Hijab yang saya kenakan. Persahabatan yang terjalin saat mengikuti international training sekitar satu bulan di negara Skandinavia, Swedia. Semua partisipan menghargai pilihan saya berjilbab dan segera mengenali keyakinan saya karena hijab yang saya pakai. Saat jalan-jalan ngebolang misalnya mereka menjadi lebih aware bahwa kami harus makan di tempat yang menyajikan makanan halal atau setidaknya "no pork" karena menghargai saya.
Setiap muslimah punya kisah tersendiri dibalik hijab yang menutupi auratnya. Sebagian punya kisah manis seperti yang saya alami. Tidak sedikit yang harus menjalani masa yang berat karena hijab yang mereka yakini. World Hijab Day, hakikatnya membangun energi positive untuk mendukung setiap muslimah menjalankan kewajibannya. Sesuatu yang menjadi bagian dari diri mereka yang tidak bisa mereka lepaskan. Karena ini bukan soal pilihan.
World Hijab Day (WHD)
Hari Hijab Sedunia ini merupakan event tahunan yang diperingati setiap tanggal 1 February. WHD mengajak masyarakat dari semua keyakinan dan agama untuk menunjukkan solidaritas kepada seluruh muslimah di dunia. Misi utamanya adalah menciptakan kedamaian dunia dimana penduduk dunia saling menghormati satu sama lain. WHD kemudian mendapat banyak dukungan dari seluruh dunia.
WHD digagas oleh Nazma Khan pada tahun 2012 di Kota New York. Saat ini sudah ada ribuan volunteer dan lebih dari 70 duta WHD dari lebih dari 45 negara dan juga sudah di-endorse oleh banyak kalangan baik akademisi, politisi bahkan selebrity di seluruh dunia. Khusus untuk tahun ini WHD menggunakan hashtag #IStand4HIjab untuk menunjukkan dukungan melawan Islamophobia dan diskriminasi terhadap muslimah terutama di barat, yang sayangnya semakin kencang belakangan.
Aidijuma X World Hijab Day
"Thank you to the founder of World Hijab Day. It is a smart idea. I am looking forward for hijabi receiving and giving respect. We unite with one intention- Blessing of Allah. Hijab is not about fashion movement nor profit-oriented business only, but truly reflection of life choice, lifestyle and life with principles. These matter the most to Aidijuma Scarf in organising and joining WHD- we are sharing the same aspirations,"
Demikian Datin Norjuma Habib Mohamed menyambut baik kolaborasi dengan WHD, demikian sebaliknya pendiri founder WHD, Nazma Khan mengekspresikan apresiasi serupa.
"World Hijab Day is proud to collaborate with Aidijuma to bring awareness about hijab."
Kolaborasi keren ini ditandai dengan diproduksinya Aidijuma Scarf khusus dan ekslusif untuk WHD. Datin Norjuma mencetak 10.000 scarf dengan exclusive design khusus untuk WHD dan dibagikan kepada muslimah di 5 negara melalui event Aidijuma X World Hijab Day untuk charity event dengan tema bulan Februari #SpreadLove. Sebagain scarf ada juga yang dijual dan hasil penjualannya untuk charity.
Aidijuma Scarf merupakan salah satu leading scarf brand di Malaysia yang sejak 2012 telah memproduksi beragam produk bawal (voile) dan hijab atau jilbab satin dengan motif print yang canti, multy style karena bisa dipaka dengan beragam pilihan model dan corak, desain yang inovatif dan harga yang juga asyik. Bahkan Aidijuma Scarf ini telah meroket menjadi salah satu dari "the most selling scarf brand" di Southeast Asia.
Kerennya Aidijuma Scarf ini secara konsisten berpartisipasi dalam beragam event charity dan women empowerment. Makin keren dengan tagline ‘Wear It As You’ dan trending hashtag #scarfwithsoul. Aidijuma juga berpartisipasi dalam beragam fashion show dan pameran-pameran berskala internasional seperti Plitz New York Fashion Week, London Muslim Lifestyle Show dan Istanbul Modest Fashion Week.
Senang sekali bisa menjadi bagian dari semangat dakwah mensupport muslimah untuk bebas berekspresi dengan hijabnya. Aidijuma X World Hijab Day merupakan kegiatan charity dan empowerment dari Aidijuma yang diselenggarakan secara berturut-turut di Bulan February 2017. Pada Tanggal 5 February, Aidijuma X World Hijab Day diperingati di London, UK. Turkey, Indonesia, dan Brunei menyusul pada tanggal 19 February. Rangkaian puncak World Hijab Day diselenggarakan di Malaysia pada tanggal 26 February 2017.
Aidijuma X World Hijab Day diselenggarakan dengan konsep yang beragam. Di UK support terhadap hijab dilakukan dengan pre love bloggers event serta meet and greet para bloggers. Turkey dan Brunei menggelar hi-tea dan sharing session, sedangkan Indonesia memeriahkan event ini dengan sharing session dan tutorial hijab yang dihadiri para blogger dan awak media serta influencer muda berhijab Shirin Al Athrus, Safinah Darin Al Athrus, dan Nesa Aqila Putri Muslimah 2015. Last but not least gema Aidijuma X World Hijab Day dimeriahkan dengan Hijab Buffet Aidijuma- Game Activity, Sharing session, Meet and Greet with Datin Norjuma di Malaysia.
Khusus untuk event Aidijuma X World Hijan Day di Jakarta yang alhamdulillah bisa saya hadiri, suasana sharing membuat saya, perempuan di "usia cantik" dengan anak perempuan yang mulai remaja ini makin bersemangat untuk menularkan semangat berhijab pada mereka.
Sharing Session & Hijab Tutorial
Aidijuma X World Hijab Day di Jakarta diselenggarakan di BeBop Food Studio. Event yang dimotori oleh Think Fashion Istanbul Turki sebagai organizer ini hangat sekaligus meriah. Diawali makan siang dengan menu BeBop yang yummy. Suasana hangat terasa sekali dengan dress code "lovely white" dan deretan bouquet cantik yang ditata di meja peserta event yang terdiri dari awak media dan para bloggers. Acara diawali dengan opening speech dari Wardah Fajri mewakili BloggerCrony sekaligus ThinkFashion.co.
Sharing session selain bikin seger karena menghadirkan tiga narasumber yang seger #eh juga beneran bikin saya makin semangat untuk menularkan aura positive mereka pada Ka Alinga dan Ka Zaha, duo gadis kecil saya. Saya sudah lama berhijab dan insyaAllah semoga selalu Allah tetapkan saya pada apa yang saya yakini sebagai bagian dari Ibadah dan ketundukan saya pada Sang Maha Baik, Namun menularkan keyakinan dan pandangan yang sama pada duo krucils cantik saya bukan hal kecil meski saya yakin bukan hal yang sulit.
Ka Alinga (9 tahun), Ka Zaha (7 tahun), keduanya mengenakan hijab di sekolah karena memang bersekolah di sekolah Islam. Di rumah mereka belum mau menggunakan kerudung. Ka Alinga hampir selalu mengenakan hijabnya saat kami bepergian. Sebaliknya Ka Zaha belum mau menggenakannya kecuali di sekolah. Saya memilih untuk tidak memaksa mereka mengenakannya. Saya memilih membiarkan mereka berproses untuk memilih Yes or No. Yang penting saya contohkan.
Ka Zaha sempat juga selalu mengenakan hijab sebagaimana Ka Alinga saat bepergian. Tapi lama kelamaan, dia lebih sering membiarkan rambutnya tanpa hijab. Meski saya selalu membelikan hijab/jilbab yang senada untuk mereka berdua. Kadang Ka Alinga juga tergoda untuk tidak mengenakan hijab saat kami bepergian keluar rumah. "Saya hanya bilang, bawa aja dulu jilbabnya di mobil nanti pas mau turun Kakak boleh pikir-pikir lagi mau pake atau enggak." Well mostly kemudian Kakak mengenakannya.
Alasan Ka Al berhijab juga bukan karena dia paham betul bahwa hijab ini kewajiban. Karena memang di usianya saat ini Ia belum dikenai kewajiban juga. Awalnya karena malu kalau nanti ketemu teman sekolah atau guru tanpa hijab di kepalanya. Lama kelamaan tanpa disadari dia melakukannya dengan kerelaannya sendiri dan menjadi terbiasa.
Tantangan mengenalkan berhijab pada dua gadis kecil saya adalah saat mereka kadang menilai bahwa berhijab bisa mengurangi kecantikan. Hmm sejenis itulah... Mereka sering sekali bilang, Ibu lebih cantik kalau gak pake hijab, Ibu lebih cantik kalau pergi keluar rambutnya diurai, pakai baju "seksi", rambutnya dicat. Itu yang disebut keren.
Well, trend setternya ternyata Agnez Mo, sodara-sodara! Dan saya langsung nyungsep! Well saya memang suka sama Agnez Mo, terutama musik, lagu, dan totalitasnya bermusik. Tapi soal penampilan tentu saya tidak berkiblat padanya. Hmm tapi tak bisa disalahkan juga anak-anak di usia dini, semua dari sang idola wajib ditiru tanpa dipilah.
Tapi kemudian saat melihat tiga sosok muda, wanita muslimah, berhijab, cantik, berpretasi, dan memiliki banyak follower yang merupakan narasumber dalam sessi sharing membuat saya menemukan sosok yang bisa saya tawarkan pada dua gadis kecil saya sebagai alternatif "panutan". Seusai event saya langsung menceritakan tiga sosok narasumber tadi pada anak-anak. "jadi nak, berhijab itu tidak menghalangi kalian untuk jadi keren lhoo, buktinya kakak-kakak cantik ini." sambil saya tunjukan photo-photo mereka.
Adalah Nesa Aqila, Putri Muslimah Indonesia 2015. Meskipun sejak kecil sdh mengenal hijab namun bukan tidak ada tantangan bagi Nesa sampai akhirnya konsisten berhijab. Passionnya di dunia entertainment dan keinginan kuatnya untuk mengikut ajang-ajang peagent menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam konsistensinya berhijab. Kepercayaan bahwa hijab bukan pilihan tapi kewajiban kemudian tetap meneguhkannya untuk tetap berhijab meski kemudian terjun dan menggeluti apa yang menjadi passionnya tersebut. Soal "rezeki", Allah yang atur. Hijab tidak menjadi penghalang mendapat job-job di dunia entertainment.
Sedangkan Shirin dan Darin, kakak beradik yang masih muda belia juga memiliki pengalaman tersendiri dengan hijab. Mereka sudah berhijab sejak umur 9 tahun. Lingkungan keluarga yang membuat mereka kemudian merasa nyaman dan tanpa sadar ikuta-ikutan berhijab. Berhijab juga tidak menyurutkan langkah mereka untuk "eksis". Sebagai influencer muda dengan banyak follower mereka merasa hijab yang mereka kenakan bisa menginspirasi sesama generasi muda bahwa berhijab sama sekali tidak membatasi gerak dan kreatifitas mereka.
WHD bagi Nesa merupakan hari di mana seluruh dunia mengetahui bahwa hijab itu bukan batasan bagi muslimah tapi perlindungan, Muslimah tetap bisa berkarya dan berprestasi meski mengenakan hijab. Kakak beradik Al Athrus menilai WHD sebagai reminder untuk mereka yang sudah berhijab agar bisa mengajak yang muda-muda untuk mau berhijab juga dan tetap stylish dan tanpa perlu merasa ketinggalan zaman.
Selain sharing tentang hiijab, para narasumber juga melakukan tutorial hijab. Nesa mempraktikkan bagaimana mengenakan Aidijuma Scarf ala Nesa. Hmm ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Kakak beradik Al Athrus membagi tips berhijab yang sangat simpel dan parktis ala Shirin dan Darin. Kurang dari satu menit, hijab sudah bertengger cantik di kepala. Tanpa jarum atau peniti pula. Weewww, kayaknya practices make perfect. Jadi harus sering-sering berlatih nih. Ada lomba mengenakan Aidijuma Scarf yang diikuti peserta dan sessi photo bersama. Seru dan insyaAllah bermanfaat.
Semoga konsistensi dan istiqamah menjadi penguat seluruh muslimah di dunia yang berhijab. Semoga inspirasi dan hidayah bagi seluruh muslimah yang belum mengenakannya. Semoga dunia yang damai, penuh toleransi, dan tanpa diskriminasi menjadi wajah dunia ke depan. Karena hijab bukan hanya soal pilihan hidup tapi prinsip dan perlindungan.
Mupeeeeng keren banget acaranya. :D
ReplyDeleteiya mbaa
DeleteBenar2 mengispirasi. :D
ReplyDeleteAcara & pengisi acaranya keren! Mari lawan Islamophobia dan diskriminasi terhadap muslimah dengan cara yang baik :)
ReplyDeleteyuuk semangat, btw kupikir mamih raya ikutan
DeleteAku selalu suka model hijab yang klasik, nggak banyak modelnya...Simple is better kalau aku mbak ;)
ReplyDeleteaku juga type yg klasik itu mba..modelnya bgini aja dr dulu hahaha
DeleteAamiin ya mba, empower each other dan istiqomah selalu dalam berhijab :)
ReplyDeleteamiin, semoga ya aie
DeleteSaya suka warna hijabnya😀
ReplyDeleteunyu unyuu
DeleteWaah...model-model hijabnya bagus-bagus ya...jadi pengen punya :)
ReplyDeleteiya lucu2 dan bagus2 mba model n coraknya
Deletesemoga taun depan aku bisa ikut eventnya, seru ini
ReplyDeleteamiin hehe..aku juga mau ikut lagii
DeleteSetuju. Kita kudu menjadi contoh bagi buah hati.
ReplyDeletesiap mak...
Deletemba Ophiiii, dirimu cantik banget pake aidijumaaa...
ReplyDeletewkwkw makasih mba Zataa
Deletesemoga selalu istiqomah mengggunakan hijab ya mbak.. bagus baget ulasannya...
ReplyDeleteamiin, makasih ya
DeleteMemang kalau hidup di negara minoritas Islam keistiqomahan diuji ya mbak, moga kita selalu istiqomah aamiin
ReplyDeleteamiin, emang mba. ada tantangan tersendiri
Deletekereeen mba...dan jilbabnya cakep-cakeeep :)
ReplyDeletewarna kesukaanmu nih mba, unguuu
Delete