Menulis Vs Bicara di Depan Umum


Sahabat Mom of Trio pernah gak dengar kalimat ini: "Dia memang jago nulis, tulisannya udah terbit di mana-mana tapi kalau  dia bicara kok kayaknya susah ya kita memahaminya."  Sebaliknya, ada pula kasus di mana orang yang terlihat sangat piawai bicara di depan publik tapi saat harus menuangkannya dalam tulisan ternyata merasa kesulitan. 

Saya jadi teringat salah satu senior yang saat bicara di depan publik sangat sat set sat set dan biasanya mencuri perhatian pendengar. Nah lain waktu saat harus menuangkan buah pikirnya secara tertulis dia merasakan tidak semudah mengeluarkannya secara lisan. "Ophi paham kan maksud saya, coba deh tolong dituangkan dalam bentuk tulisan."

Nah memang kedua keahlian ini tidak harus berbanding lurus. Banyak public figure yang jago bicara di depan publik tapi ketika melahirkan buku, membutuhkan bantuan ghost writer. Sebaliknya mereka yang menulis berjilid-jilid buku atau  ratusan naskah tapi berada di depan publik dan menyampaikan pemikiran belum tentu lancar seperti ketika menuangkannya di atas tuts keyboard. 

Apakah artinya orang yang pandai menulis tidak mungkin jago orasi? demikian sebaliknya? Hmm sependek pengalaman saya tidak juga. Memang kemudian tergantung kebutuhan (profesi) setiap orang. Keahlian menulis tidak harus dipertentangkan dengan kepandaian bicara di depan umum. Keduanya pun dimungkinkan dimiliki oleh satu orang yang sama. Waah paket lengkap sekali, sudah pandai menulis, cakap pula menyampaikannya di depan publik. Tidak jarang ada orang juga yang memiliki keduanya. Saya pun percaya kalau kedua bukan soal bakat semata. Keduanya merupakan keahlian yang dapat dipelajari dan diasah.

Terkadang tuntutan profesi yang mengharuskan kita bisa menguasai keduanya. Kondisi ini juga yang terjadi pada saya. Pekerjaan saya menuntut setidaknya saya bisa menguasai keduanya. Bisa menulis dengan baik termasuk tulisan ilmiah yang bersifat akademik dan harus mampu berbicara di depan publik dengan baik juga. Berdasarkan pengalaman bekerja pada bidang ini, saya melihat ada beberapa hal yang ternyata menjadi faktor penting dalam proses kemahiran menulis dan berbicara di depan publik.

Hal minimal yang harus ada dalam hal public speaking dan menulis adalah penguasaan kita terhadap materi/substansi dari apa yang kita tulis atau akan kita sampaikan kepada audiense. Selanjutnya yang kedua kemauan untuk berlatih dan membiasakan diri atau apa yang saya sebut sebagai "jam terbang", dan yang ketiga ada kemauan mempelajari dan mengetahui teknik menulis dan berbicara yang baik. Ketiga hal ini berlaku untuk kedua hal tersebut ya, baik untuk menulis maupun berbicara di hadapan publik. Namun saya ingin sharing secara lebih spesifik tentang bagaimana membangun kapasitas diri agar bisa menulis dan berbicara dengan baik tanpa harus mempertentangkan keduanya. 

Jadi menurut saya, menulis YES! Bicara di depan pubik WHY NOT!

Kegiatan menulis yang harus saya lakukan bukan semata menulis tulisan populer atau tidak formal seperti blogging atau bahkan nyetatus hehehe. Namun tuntutan pekerjaan menuntut saya menulis berbagai naskah yang sifatnya "official" dengan baik, ilmiah, dan akademis. Tentu penggunaan bahasa antara kedua jenis tulisan ini berbeda, namun justru perbedaan ini membuat saya merasa semakin kaya. Kekhasan bahasa hukum dan perundang-undangan, bahasa ilmiah dan akademis, dengan bahasa yang lebih santai khas blogging menjadi semacam penyeimbang antara keduanya. Pun ada kaidah dasar/umum bahasa Indonesia yang tepat berlaku pada kedua ranah tulisan ini.

Well, disclaimer ya! Saya bukan sosok yang menguasai dengan sangat baik kedua skill ini. Namun sepanjang menjalani profesi saat ini ditambah hobby blogging, saya merasa kemampuan saya pada kedua skill tersebut jauh membaik bersama waktu. Nah memang basically saya punya kecintaan dan senang pada kedua hal ini sehingga menjalaninya menjadi hal yang membuat saya bisa tetap "hidup" di tengah belantara daily activity yang sering eh kadang melelahkan.

Nah jadi sharing saya berikut ini bukan untuk yang sudah jago menulis apalagi penulis puluhan atau ratusan buku atau para orator yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi. Well, ini sharing untuk yang masih maju mundur mendalami kedua skill tersebut.

Mahir Menulis, Bisa Kok!

1. Camkan bahwa Menulis itu Tidak Sulit, Menulis Menyenangkan!

Ih kok susah ya. Kenapa susah banget ya mba. Hmm apa iya. Sebetulnya mungkin tidak mudah bagi yang belum terbiasa atau sesuatu hal yang baru.  Mindset "menulis itu susah," membuat kita berat untuk memulai. Padahal bisa jadi tidak sesulit itu lho. Apa iya? 

Menulis bisa menjadi hal yang menyenangkan. Terlebih jika kita pemula, kita mulai dari menulis hal-hal yang kita sukai. Banyak manfaat dari menulis yang bisa dirasakan oleh mereka sudah melakukannya secara rutin.

Baca: Belajar Menulis di antara Ribuan Rusa di Nara Park

Buat saya misalnya menulis sebagai tugas dari kantor tentu menjadi kewajiban dan manfaatnya konkrit untuk pengembangan karir profesional saya. Sementara menulis sebagai bagian dari hobby antara lain melalui media blog juga memiliki banyak manfaat yang tidak hanya bersifat materiil namun banyak yang sifatnya immateriil dan tidak bisa dinilai secara nominal.

Menulis terkadang menjadi media healing untuk saya. Alih-alih curhat kepada pihak yang kurang tepat lalu muncul boomerang. Menuliskannya membuat kita merasa lega tanpa harus menambah masalah baru karena salah tempat curhat misalnya. Menulis juga seperti berkomunikasi dengan diri sendiri. 

Jadi tidak sulit kok, hanya butuh waktu untuk terbiasa dan mengalirkan kata lewat tulisan.




2. Pelajari Teknik Menulis

Untuk mengatasi kekhawatiran kesulitan menulis, alangkah baiknya kita membekali diri dengan pengetahuan tentang teknik menulis. Tidak harus ilmu menulis yang tingkat tinggi juga atau yang terlalu teoritis. Tapi setidaknya tips atau teknik menulis untuk pemula. Minimal ini akan memberikan gambaran kepada kita secara konsep apa dan bagaimana yang harus kita lakukan untuk mulai menulis.

3. Punya Target 

Nah memiliki target juga bisa menjadi pemicu kita serius mulai menulis. Well, gak langsung target yang sangat ideal tentunya. Target sederhana misalnya dalam sehari kita bisa menulis sekian paragraf. Menyusun tema untuk menjadi target bisa menjadi langkah yang menarik juga. 

Misalnya minggu ini kita akan mulai mencoba menulis tentang hobby, minggu berikutnya menulis tentang kuliner,  berikutnya tentang komunikasi dengan pasangan, berikutnya tentang rencana liburan dan seterusnya. Jika kita punya media untuk menulis secara rutin seperti blog tentu akan memudahkan kita menyusun target dan lebih konkrit dalam mewujudkannya.

4. Membaca, Perkaya Diri terkait Materi/Substansi yang akan Ditulis

Teknik dan pengetahuan tentang menulis sudah ada di kepala, tema tulisan dan targetnya sudah disusun tapi mau menulis apa yang dari tema yang disusun? Hmm apanya ya yang mau ditulis? Nah untuk memperkaya wacana kita dan tentu saja memperdalam pengetahuan tentang apa yang akan kita tulis tentu membaca menjadi cara yang harus dilakukan.

Selain membaca materi atau subtansi yang terkait dengan pilihan tema yang akan kita tulis, membaca juga membuat kita belajar gaya penulisan orang lain. Kita mengenali gaya bahasa, diksi, cara penuturan atau berkisah dari para penulis yang lain dan banyak lagi yang bisa kita dapatkan dari membaca. 

Membaca juga memberikan ide-ide baru bagi kita. Kira-kira apa lagi yang akan kita tulis atau materi apa yang sekiranya menyenangkan untuk dituangkan sekaligus menarik untuk dibaca orang. Rasanya gak mungkin kita bisa memperkaya diri dalam menulis jika kita tidak suka membaca. Jadi yuk membaca! Supaya tak ada lagi alasan "Duh kok stuck ya! mau nulis apa ya?"

5. Tuliskan Sekarang! Mulai Sekarang!

Nah yang harus dilakukan sekarang adalah mulai menulis. Iyes, sekarang juga. Semua menjadi percuma dan hanya jadi wacana ketika kita tidak memulainya. Mulai saja, bahkan dari sesimpel menulis status, menulis caption IG, atau menulis catatan pribadi. Mulai saja! Jangan pikirkan ini dan itu. Apakah sudah betul tulisanku, apakah tepat penyusunan kalimatnya, apakah akan menarik dibaca? Singkiran semua pertanyaan itu dan mulai saja menulis. Iya, sekarang!

6. Baca Ulang dan Perbaiki! Jangan Lupa  Lanjut Menulis dan Terus Menulis.

Nah setelah tersusun beberapa kalimat lalu akhirnya menjadi paragraf, biarkan tulisanmu mengalir apa adanya. Setelah selesai, baca ulang tulisanmu dan baru lakukan perbaikan. Membaca ulang membantu kita melihat kembali apakah kalimat sudah tersusun secara tepat dan mengalir, apakah ada kesalahan penulisan atau typo, apakah apa yang kita maksudkan sudah sesuai dengan yang kita tulis. Melakukan perbaikan atau editing setelah proof read sangat bermanfaat ternasuk juga melatih ketajaman kita dalam menulis. Jadi tetap semangat meski masih selalu ada yang harus diperbaiki setelah dibaca ulang. Jangan berhenti terus menulis.

Baca juga: Istilah-istilah Blogging untuk Pemula

Lancar Public Speaking? Bisa Dilatih Kok!

Nah bagaimana dengan Memperkuat Kemampuan Bicara di Depan Umum?

Sependek pengalaman saya, menaklukkan Public Speaking kurang lebih sama tantangan dan tipsnya dengan menaklukan "writing".  Meski bukan orator, berbicara di depan publik baik dalam lingkup terbatas, lebih luas, bahkan dalam event terbuka menjadi salah satu tuntutan di bidang pekerjaan saya. 

Sebelum kerja di bidang saat ini, saya juga pernah mengajar dan bahkan punya passion di bidang satu ini. Well, sejak dini saja juga dididik Bapanda almarhum untuk terbiasa berkomunikasi di depan publik, men-deliever pesan, mengajar dan sejenisnya. 

Berdasrkan pengalaman selama ini, bebepa langkah berikut ini sangat membantu saya dalam melakukan public speaking baik sebagai narasumber, moderator, pemimpin rapat, atau sejenisnya.

1. Kuasai Materi/Substansi

Sama halnya dengan menulis, berbicara harus didasari pada penguasaan materi atau substansi yang akan kita sampaikan. Semakin sedikit materi yang kita kuasai, semakin besar kemungkinan pembicaraan kita mencapai tujuan maksimal atau ideal. Boleh dibilang, kurangnya penguasaan bisa berakibat kita tetap bicara tapi "ngaco" atau terpaksa meminimalkan pembicaraan karena tidak menguasai materi.

Semakin paham kita terhadap topik atau isu dari materi  pembicaraan membuat kita semakin bisa menguasai forum dan tentu saja akan secara otomatis membuat kita menjadi lebih percaya diri. Jadi saat kita akan berbicara di depan umum/forum dalam konteks apapun bisa hanya sebagai peserta, moderator, apalagi sebagai narasumber, sempatkan dan pastikan mendalami dulu topiknya atau setidaknya membaca secara intents maupun secara highlighting. Jangan sampai "blank" sama sekali, karena menguasai atau setidaknya memahami isu/topik adalah kunci.

Menyusun poin-poin atau struktur pembicaraan juga akan sangat membantu kita berbicara. Setidaknya pembicaraan kita akan lebh runut, terstruktur, dan sampai kepada audience dengan baik dan tepat. Penguasaan substansi merupakan salah satu bentuk persiapan, kita bisa melengkapinya dengan hal-hal lain yang menurut kita akan membantu kita siap berbicara dengan baik.

2. Ketahui dan Pelajari Teknik Public Speaking

Tentu ada ilmu atau teknik berbicara di depan publik. Jika kita bisa mengetahui dan mempelajarinya tentu saja akan sangat membantu kita berbicara dengan lebih baik di depan umum meskpun bukan dalam konteks sebagai seseorang yang berprofesi di bidang tersebut. Pengetahuan terkait teknik ini berguna bagi pemula yang belum punya pengalaman untuk public speaking maupun bagi mereka yang menggeluti keahlian di bidang yang menuntut harus banyak bicara di depan publik.

Teknik sederhana semacam bagaimana membuka pembicaraan, mengatasi rasa grogi, sampai teknik yang canggih misalnya mengatasi hal-hal yang tidak terduga di tengah forum atau improvisasi pada saat kita bicara tentu akan sangat membantu kita membangun kepercayaan diri untuk berbicara dengan terstruktur, menarik, mengena kepada audience, dan bahkan meninggalkan kesan bagi audience. 

Untuk forum yang resmi atau formal tentu ada teknik atau ilmu yang sedikit berbeda dengan saat bicara untuk forum yang informal atau bahkan santai. Jadi sangat penting untuk mempelajari dan mengetahui dasar-dasarnya. Jangan sampai salah tempat ya kan?

Baca: Senangnya Kembali Mengajar

Menonton dan mendengarkan para pembicara handal dari berbagai bidang juga menjadi ilmu tersendiri. Kita bisa mencuri ilmu dari masing-masing pembicara handal. Biasanya masing-masing memiliki teknik dan kekhasan tersendiri, jadi kita tentu bisa mengambil ilmu mereka mencoba menerapkannya dengan penyesuaian tertentu. 

Well, bahkan tidak harus dari pembiara terkenal, saat ada dalam forum tertentu dan kita melihat seseorang (mungkin rekan kita) bicara dengan sangat nyaman dan kita sebagai pendengar bisa memahami dengan mudah dan juga merasa nyaman, pastinya kita bisa belajar juga darinya. Ambil ilmu dari siapapun di manapun. 

Tapi jangan sekali-kali membandingkan diri kita dengan orang lain, karena hakikatnya kita punya karakteristik tersendiri, ambil ilmunya dan sesuaikan dengan personality kita.

3. Berlatih

"Practice makes perfect" berlaku dalam segala bidang. Terlebih dalam hal public speaking. Bagaimana akhirnya kita bisa menguasai panggung, forum, arena,  atau majlis kita kita bahkan tak pernah berbicara. Berlatih mulai dari berbicara sendiri tanpa pendengar, dengan pendengar orang-orang terdekat, hingga berlatih berbicara pada lebih banyak orang mulai dari lingkup yang kecil hingga yang lebih besar. Bicara! dari pengalaman sekecil apapun kita akan mendapatkan banyak pelajaran yang akan berguna untuk memperbaiki cara kita berbicara. 

4. Review/Evaluasi

Seperti halnya menulis, kemahiran berbicara di depan umum pun tentu membutuhkan proses. Salah satu yang cukup penting adalah review. Kalau misalnya ada rekaman, kita bisa melihat kembali rekaman pembicaraan kita. Kalau ada rekan yang hadir, kita bisa tanyakan pendapatnya. Jangan lupa untuk punya catatan dari pengalaman kita berbicara sebelumnya. Misalnya wah tadi saya terlalu terburu-buru. Ada banyak kata "hmmm" yang diulang berkali-kali, atau kayaknya tadi kurang fokus deh. 

Jangan malu untuk minta pendapat atau feedback baik dari circle kita yang melihat kita bicara bahkan jika perlu dari audience secara umum. Catatan dan masukan, bahkan kritik hakikatnya untuk membantu kita menjadi lebih baik, jadi sangat perlu untuk mengintrospeksi diri dan mereview diri. Tapi ingat jangan terlalu berambisi pada kesempurnaan atau perfectionist! Semua catatan menjadi pelajaran tanpa harus membuat kita tertekan. Bahkan dari kesalahan sekalipun kita bisa belajar.

5. Go For It 

Yuk, bicara saja. Kita gak pernah tahu kalau sekian banyak kalimat yang tersimpan di kepala itu ternyata akan bermanfaat atau tidak bagi kita dna orang lain jika kita tidak bicara. Jangan berhenti, melatih diri dan memberanikan diri untuk speak up dalam peran, skala, atau level apapun. Speak your mind up!

Kira-kira Sahabat Mom of Trio punya tips atau pengalaman lain soal menulis dan publc speaking juga? Yuk sharing juga di kolom komentar. Sekali lagi disclaimer ya kalau tulisan ini tidak ditujukan untuk kamu yang sudah jago menulis dan public speaking tapi lebih pada sharing pengalaman bagaimana saya berproses dalam kedua hal tersebut. Meskipun tidak semua orang harus pandai dan mahir dalam kedua hal tersebut, tapi menurut saya kita tidak perlu mempertentangkan kemampuan menulis dan kemampuan bicara di depan publik.

No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.