Qadarullah, kalimat di atas lewat beberapa kali di lini masa instagram-ku. Since I totally agree, jadilah ku repost di story. Karena hakikatnya hidup ini adalah ujian, hidup tidak akan pernah ideal dan semudah itu. Hidup akan selalu ada tantangannya. Semua ada perjuangan yang harus diupayakan, yang terlihat indah, mudah, dan menyenangkan sekalipun, akan mewujud hanya jika diupayakan, diperjuangkan, dijalani berat dan sulitnya
Kalimat-kalimat ini secara pribadi memberikan energi tersendiri. Sudah melewati empat dekade lebih menjalani kehidupan, dan senyatanya langsung menyetujui kalimat-kalimat tersebut. Menjadi dewasa dan mengalami banyak hal dalam hidup membuat saya menyadari bahwa begitulah hidup. Hidup ada untuk kita dengan segala warnanya. Pun hidup sedianya harus dijalani dengan segala skenarionya.
Jadi pingin membahas dan elaborasi setiap kalimatnya nih. Tentu saja dengan perspektif dan background dari apa yang ku alami, ku rasakan, dan ku pelajari dari perjalanan hidup sekian puluh tahun ini. Begitulah hidup, tentu berat dan harus ada yang diperjuangkan namun berat bukan berarti tak mungkin dipikul atau dijalani. Hakikatnya berat atau sulit akan menjadi pilihan pikir kita untuk menjalaninya atau lari pada pilihan lain yang sebetulnya punya konsekuensi dan beban tersendiri.
Marriage is Hard. Divorce is Hard. Choose Your Hard!
Saya sih yakin semua pasangan yang pernah menjalani pernikahan apalagi yang sudah memasuki masa belasan tahun, bakal setuju banget dengan dengan kalimat ini. Pernikahan siapakah yang tanpa masalah? pernikahan siapakah yang tanpa kerikil dan bebatuan? pernikahan siapakah yang tanpa ujian? Dalam berbagai bentuk dan skalanya.
Kala didera ujian dalam pernikahan dengan tingkatannya yang beragam. Mulai kerikil ringan hingga yang terasa berat dan overwhelming. Setiap masalah coba diselesaikan, beberapa selesai namun ada yang tak kunjung membaik. Beberapa teratasi namun ada yang berulangkali menggedor kesabaran diri. Pernah pastinya terpikir untuk menyudahinya. Berpikir bahwa selesai - berpisah adalah salah satu solusi. Hmm bisa jadi.
Baca: Anger Management: Self Healing Therapy
Semua tentu bergantung kepada seberapa berat persoalan dalam pernikahan. Kita tak bisa menyamaratakan semua persoalan pernikahan yang kita hadapi dengan yang orang lain hadapi. Berat bagimu, mungkin tak seberat itu baginya. Berat baginya, bisa jadi bagimu biasa saja. Menggunakan kaca mata orang kita atau sepatu kita untuk mata dan kaki orang lain tentu tidaklah tepat. Setiap mata dan sepatu punya ukuran dan bentuknya sendiri.
Melihat ada yang harus memilih selesai dari pernikahannya. Kulihat lebih bahagia dan damai. Mungkin tetap ada yang berat yang harus dijalani, namun bisa jadi tidak lebih berat dari saat masih bersama. Bagi sebagian lain, yang memilih tetap menjalani beratnya pernikahan dengan berbagai motivasi, latar belakang, dan cerita tentu juga sudah punya hitungan bagaimana beratnya saat harus menjalani perpisahan. Hidup adalah pilihan. Berat dan ringan akhirnya kembali pada kebijakan kita. Karena semua punya nilai dan konsekuensi.
Sebagai hamba Allah, akhirnya dengan penuh kesadaran dan iman pada Nya. saat pilihan manapun yang kita putuskan untuk kita jalani, semoga Allahlah alasan dan sandaran kita. Percayalah tidak ada yang lain yang pantas untuk jadi alasan dan tempat bersandar. Terlebih dengan urusan pernikahan yang merupakan ibadah dan ujian terlama dalam kehidupan kita. Choose Wisely!
Obesity is Hard. Being Fit is Hard. Choose Your Hard!
Kadang berpikir bahwa yang sulit dan berat itu menjaga pola hidup sehat. Membangun kondisi raga yang fit dan sehat itu berat dan sulit? harus jaga pola makan, pola pikir, pola istirahat, dan tentu saja olah raga yang rutin dan konsisten. Berat dan sulit? Apakah artinya hidup bebas dan cuek, tanpa aturan makan, pikiran, dan tak pernah berolahraga bakalan mudah? simply kita bakal bilang: "iyalah!"
Tapi coba deh cermati lagi, mudah menjadi "obesitas"? iya, tapi efek dari obesitas juga bukan hal yang mudah. Bisa jadi pada akhirnya lebih berat dan sulit dari kedisiplinan kita menjaga pola makan, istirahat, pikir, dan olahraga, ye kan? Lagi-lagi keduanya bukan hal yang semudah itu sehingga kita bisa memilih untuk menjalani yang mana.
Menjalani sulit dan beratnya pola hidup sehat atau menjalani sulitnya hidup akibat kesemrawutan pola hidup kita? Apalagi kalau sudah obesitas tuh susyyah deh turun lagi berat badan kita. Plus entah kenapa mudah ditempeli beragam keluhan kesehatan kan ya. Semuanya berat kan? Tapi kita bisa pertimbangkan mana yang akan kita pilih untuk jalani.
Jadi pilih yang mana? Choose wisely!
Being in Debt is Hard. Being Financially Disciplined is Hard. Choose Your Hard!
Sebelum menjadi hamba Allah tanpa hutang seperti sekarang dan semoga seterusnya, bi idznillah insyaAllah. Aamiin. Daku juga pernah mengalami masa menjadi hamba penghutang. Rasanya gak enak bangeet. Hutangku pun bukan hutang konsumtif gak jelas sebetulnya. Iya dulu punya rumah diawali dengan mencicil kan yaa. Dulu awal-awal beli mobil juga modal nyicil.
Punya rumahnya alhamdulillah terasa enak. Saat membutuhkan kendaraan dan pas ada, itu juga enak. Tapi pas awal bulan gajian lalu langsung terpotong dan tinggal tersisa sedikit itu rasanya ge enak banget. Belum lagi mengingat banyaknya bunga yang harus kita bayar karena cicilan. Gak enak banget! Enaknya punya rumah dan kendaraan meski sederhana tapi gaji utuh bisa untuk kebutuhan yang lain. Nah kan, maunya serba enak. Tapi hidup kan pilihan ya!
Saat sudah tercerahkan dan menghentikan semua jenis hutang, apakah semudah itu? tentu tidak fergusso! Perlu perjuangan dan komitmen. Apalagi kita berada dalam ikatan rumah tangga. Mindset pasangan dan kita yang belum tentu sama. Pasti deh pernah denger "kalau gak ngredit, gak akan kebeli". Trus kalau mau apa-apa jadinya kredit alias ngutang alias nyicil. Nah sebetulnya apakah ini memudahkan atau justru memberatkan? coba deh timbang sendiri. Mindset seperti itu ternyata memudahkan kita berhutang dan memberatkan beban hidup kita setelahnya Hahayy!
Sebaliknya, saat akhirnya memilih "Hutang No More!" itu godaan dan ujiannya ga semudah itu gais! Saat itu artinya harus disiplin membedakan mana yang butuh dan mana yang cuma pingin atau mau. Beda banget sih prinsip kebutuhan dan kemauan.
Butuh mobil baru gak sih? padahal mobil lama juga masih bagus banget baru 2-3 tahun? Tapi pingin deh pakai yang model terbaru. Kan yang lama bisa dijual buat DP yang baru. Nah lho, padahal uangnya gak ada. Jadi pakai mobil baru dengan memperpanjang hutang? Hmm kayaknya kita sendiri yang bikin berat hidup ya. Ternyata kepinginan dan kemauan yang bikin berat bukan kebutuhan.
Membeli hanya jika kita membutuhkan dan ada budget yang tersedia. Jika tidak, tahan dulu sayang! Tak usah memaksakan diri. Jalani dan syukuri saja yang ada, sambil pintar-pintar kelola dan sisihkan rezeki untuk "kemauan atau keinginan" yang insyaAllah kelak bisa kita penuhi tanpa pakai hutang. Berat? Iya dung, gak mudah. Kembali lagi kita pilih berat berhutang atau berat disiplin keuangan? Choose wisely!
Communication is Hard. Not Communicating is Hard. Choose Your Hard!
Ada gak yang merasa capek ngomong sama seseorang. Entah pasangan, entah anak, entah adek, kaka, saudara, orang tua mungkin, rekan kerja, atasan? Hmm capek karena kok gak ngerti-ngerti! Hmm atau gak berubah juga! Gak ngaruh! Gak ngertiin aku! Gak working! Gak worth it! Capek, cuma bikin kesel?
Naah komunikasi, terlebih komunikasi efektif memang gak semudah itu bukan? Buktinya ada fakultas tersendiri untuk belajar komunikasi di tingkat perguruan tinggi. Ada ilmu khusus mempelajari komunikasi. Jadi kalau gagal maning gagal maning. Ya memang tidak semudah itu memang menyukseskan proses komunikasi.
Baca: Komunikasi Suami Isteri
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat efektifitas suatu komunikasi. Pun sebaliknya ada banyak hal yang bisa menjadi penghambat suksesnya suatu proses komunikasi. Jadi memang wajar kalau keberhasilan proses komunikasi agak random. Kayak gini misalnya, kok bisa aku ngomong sama si A tuh nyambung banget. Ngobrolin hal berat aja jadi ringan. Eh tapi saat harus ngobrol sama si X, susssyaaah banget deh. Gak pernah working dan malah jadi pabalieut. Nah, kadang faktor manusianya menjadi hal yang sangat menentukan gak sih?
Nah tapi namanya hidup dalam suatu "skenario" sosial, ya gak mungkin lah kita tidak berkomunikasi. Terlebih dengan manusia yang memang mau gak mau mengharuskan kita berinteraksi secara intensif. Keluarga, rekan kerja, atasan. Well sekarang nambah malah abang gojek/grab, kurir paket, you name it lah!
Berat dan sulitnya komunikasi terutama karena memang yang harus kita hadapi adalah orang yang punya arti bagi diri dan hidup kita. Iya dong, kalau orangnya gak penting-penting banget ngapain coba kita meneruskan diri dalam kesulitan. Tinggalin aja. Nyiksa diri dan bikin lelah mental aja, rugi dong! hahaha. Tapi begitulah hidup. Komunikasi sulit, tidak komunikasi juga sulit lho. Jadi pilihlah dengan bijak!
Tapi, bukankah hidup memang tak semudah itu. Serasa selalu sulit buat kita menjalani hari-hari dalam hidup dengan segala lika likunya. Cuma ya gak sesulit itu juga kan? selalu ada kemudahan dan kebaikan yang kita terima dan jalani dalam sulit dan struggling-nya hidup. Duh gak ada apa-apanya dung dibandingkan kehidupan saudara kami di Palestina saat ini.
Sesulit-sulitnya hidup, kita masih bisa memilih kesulitan mana yang kita jalani. Sesulit-sulitnya, kita masih sangat mungkin memilih pola pikir atau mindset untuk membuat masalah semakin terasa sulit dan berat atau justru membuatnya sedikit banyak lebih ringan. Kiranya pola pikir sangat signifikan menentukan seberapa berat masalah yang kita hadapi dalam hidup. Nyatanya menghadapi masalah yang sama, bisa jadi berbeda masing-masing orang menyikapi dan menjalaninya.
Jalani! Terasa Berat? Bersandar Aja!
Lucunya pas ngobrol ngalor ngidul sama anak-anak, kemarin sore setelah makan malam sederhana kami. Anak gadis mengeluarkan kalimat yang relate banget: "Ya begitulah bu. Hidup itu berat bu!" Saya pingin ketawa, apa sih Kak? Cuma sekolah aja kok berat. Namun saya kemudian segera tersadar.
Ya betul, hidup memang berat sesuai dengan episode dan peran masing-masing. Saya tentu tak bisa mengatakan dengan semena-mena bahwa si Kakak berlebihan. Bisa jadi yang harus dihadapinya dengan "levelnya" memang berat. Meskipun sebagai orang dewasa, kita selalu merasa hidup kita lebih berat dari mereka. Kaca mata masing-masing yang mem-value setiap peristiwa dalam hidup masing-masing.
Namun hakikatnya ada ruang bagi kita untuk memilih menjalani yang kita anggap berat itu. Hakikatnya semua berat dengan konsekuensi dan kadar masing-masing. Kasarnya, kalau ga mau berat ya ga usah hidup. Nah lho! Padahal pada yang berat itu sesungguhnya Tuhan jaminkan jalan keluar sepanjang kita berusaha dan tak berputus asa.
Saya sepakat sih kalau yang bikin makin berat itu kadang keluh kesahnya kita atau karena kita membesar-besarkan atau bahkan sekedar terus membincangkannya tanpa melakukan hal yang seharusnya. Penting banget buat menjaga cara pandang dan cara pikir kita terhadap hidup dan masalah serta hiruk pikuknya.
Ketika ada pilihan kadang kita secara responsif ingin memilih pilihan yang tampak lebih mudah dan menguntungkan, dalam kaca mata nalar cepat. Namun dengan kaca mata yang lebih tenang, dalam, dan jernih. Setiap pilihan punya konsekuensi logis masing-masing.
Hakikatnya ada harga dari setiap pilihan. Kebijaksanaan selayaknya membantu mengarahkan kita pada pilihan yang lebih baik di mata Allah. Iyes, dari semua kebingungan dalam hal pilih memilih, saya mendapatkan pencerahan dari para ahli ilmu agar yang menjadi parameter kita adalah "Allah".Hmm apakah kemudian semudah itu kita menerapkannya dalam kehidupan nyata? tentu tidak Fergusso! kalau semudah itu hadiahnya Ciki, nah ini sabar itu hadiahnya Syurga. Iya masa sih gak pakai perjuangan menjalaninya.
Jadi, yang penting banget untuk diparktikan adalah stop complaining! Kehidupan tidak ada yang sempurna. Kehidupan siapakah yang ideal di dunia yang fana ini. Bahkan Rasulullah Shallaallhu alaihi wa sallam saja pun tak punya kehidupan yang ideal. Beliau lahir dalam kondisi yatim, tak berapa lama ditinggalkan Ibundanya. Lalu Kakeknya yang menjaga dan mencitainya menyusul meninggalkannya. Ia hidup di tengah masyarakat arab jahiliyyah. Sepanjang tahun-tahun awal dakwahnya di Mekkah penuh dengan cobaan yang sangat-sangat berat. Bahkan seorang Rasul kekasih Allah menjalani hidup yang demikian berat.
Baca: Hidup yang Tak Sempurna
Jadi, tidaklah elok mengeluhkan kehidupan kita karena merasa berat dan sulit, padahal kita masih bisa memilih. Saya juga teringat kiasan bahwa, seorang penumpang kereta menanggung beratnya beban koper dan bawaannya sejak masuk stasiun hingga menaikkannya ke atas kereta. Padahal jika ia mau berbagi beban bawaannya kepada para porter, tentu bebannya akan terasa lebih ringan. Layaknya kita dalam hidup ini merasa menanggung masalah yang berat padahal ada Allah tempat bersandar, tempat bergantung, dan tempat mencurahkan segala rasa.
Mindset! Berat atau Ringan Tergantung Cara Pikir!
Pernah dengar kalimat tadi? Bagaimana kita mensetting pikiran kita akan sangat mempengaruhi bagaimana sikap kita menghadapi suatu hal. Jika kita meyakininya sebagai sesuatu yang berat dan tak mungkin kita tanggung. Kemungkinan besar demikianlah yang akan kita jalani. Sebaliknya jika kita meyakini bahwa seberat apapun akan ada jalan untuk melewatinya. Dipastikan akan ada jalan keluar yang pada akhirnya membuat kita sampai di sebrang persoalan.
Persepsi, mindset, pola pikir sangat membantu kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kabarnya 70% masalah selesai dengan positif thinking yang diterapkan oleh yang punya masalah. Solusi awal dari semua masalah adalah berpikir positif menghadapinya. Kadang berat ringan, baik atau buruk, kembali pada bagaimana kita menanamkannya di alam bawah sadar atau alam pikir kita. Alangkah berbahagianya orang yang menilai segala sesuatu sebagai suatu yang baik. Mampu melihat hal positif dari segala peristiwa, bahkan peristiwa buruk sekalipun.
Seperti halnya semua pilihan dalam hidup. Memilih untuk mengembangkan sikap pikir positif juga tentunya bukan hal yang mudah. Namun bukan tidak mungkin. Kita bisa melatih diri untuk membiasakan berpikir dan merespon secara positif terhadap segala sesuatu. Tujuan bukan untuk siapa-siapa, namun untuk kebaikan dan kebahagiaan kita sendiri. Untuk kewarasan mental dan ketenangan jiwa kita sendiri. Untuk itu kita harus berlatih dan berlatih. Berlatih berpikir positif.
semua yang kita pilih dalam hidup tentunya berdampak dengan apa yang akan kita jalani, so yes chooes our hard wisely
ReplyDeletePilih berat dan susahmu. Kena banget ya mbak. Semua pilihan, pasti ada konsekuensi yang harus ditanggung. Kalau tidak bersandar pada Pemilik Hidup, sudah pasti sempong dan ngeluh terus. Pada akhirnya kita harus sadar bahwa kita butuh Allah SWT
ReplyDeleteKarena sulitnya jaga kesehatan, setelah masuk rumah sakit, jadi harus berjuang banget untuk pulih dan disiplin olahraga juga jaga pola makan
ReplyDeleteMemang semua pilihan itu ada konsekuensinya, tinggal kitanya saja yang pandai menjalankannya agar yang berat jadi lebih ringan. Semoga Allah selalu melancarkan apa yang kita jalani ya.
ReplyDeleteSetuju banget Mbak Ophi, karena apapun keputusan kita pasti akan ada konsekuensi, ga ada yg benar2 free dari masalah, seperti kasus divorce, banyak yg sudah divorce pun akhirnya menanggung banyak masalah. Karena baik menikah atau berpisah sama2 hard, ada harga yg harus dibayar
ReplyDeleteKutipan itu juga lewat di berandaku mbak. Dan aku ingat juga ada kalimat menarik dari Pakar TRE- Pak Gobin bilang bahwa intinya di dunia cuma 2 pilihan. Sakit displin atau sakit karena malas. SO semua adalah pilihan kitaaa...
ReplyDeleteBetul banget sih, The Power of Pilihan. Apapun pilihan kita pastinya memiliki konsekuensi, dan benar tidak ada yang ringan. Semua berat, maka pilihlah yang beratnya masih mungkin untuk dipikul. Hidup memang penuh dengan pilihan-pilihan, bahkan saat kita merasa tak ada pilihan pun sebenarnya itu adalah sebuah pilihan. Terima kasih remindernya. :)
ReplyDeleteBuat aku yang suka overthinking, baca tulisan ini kepala rasanya kayak digetok. Iya ya yang bikin berat masalah tuh sebenarnya pikiran kita sendiri. Kan ada Allah ya. Kalau sudah gak kuat mikir dan gak ketemu jalan keluarnya. Barulah muncul ucapan terserah Allah saja lah. Nurut sama maunya Allah.
ReplyDeleteMasyaallah setuju banget sama quote dan elaborasinya mbak ophi jd inget kata Allah aku sesuai persangkaan hambaKu kalo kita selalu positif sesulit apapun keadaan pasti at the end of the day pertolongan Allah itu nyata dan akan datang.
ReplyDeleteHiduo memang penjb demgan pilihan tinggal kita mau berada di sulit yg mana ya dan pilihan kita akan menentukan juga jalan kehiduoan kita ke depannya. Makasih sharingnya mbak
Aaah bagus bangeeet...sebelum baca tulisan (baru baca judul), saya pikir ini maksudnya apa sih kok suruh choose our hard. ternyata yaaa...pilihan kadang2 sama2 hard, tapi ujungnya bisa beda banget. Oh iya, yg sebelah hard tapi tetap ada sisi menyenangkan karena memuaskan ego/kemalasan (misal silent treatment sama pasangan..itu kan hard, tapi ego lebih puas ketimbang kudu membuka komunikasi).
ReplyDeletesementara, di sisi sebelah, hard-nya karena harus melawan ego /kemalasan, seperti membuka komunikasi dan rutin olahraga hehehe.
Nice writing. Thanks mb Ophie..
Setuju banget, nggak boleh menertawakan kata-kata anak yang bilang hidup itu berat padahal hanya sekolah ya nggak cari duit. Kalau dipikir waktu sekolah juga berat karena pelajaran banyak dan pr numpuk. Semoga kita bisa jadi hamba Allah yang lebih kuat dan positive thinking
ReplyDeleteYa ampun makjleb banget sama gambar pembuka di atas. Terus ku coba versi hardku sendiri yang related sama kondisi beberapa waktu yang lalu. Kehilangan putri tercinta, tapi dia udah ga sakit lagi is hard. Lihat dia kesakitan juga is hard. Tapi.. kami ya maunya choose sakitnya pergi (sembuh), tapi dianya jangan pergi. Itu sih maunya kami ya, tapi di luar itu, kematian adalah hak prerogatifnya Allah. Dan tugas kita adalah, percaya dengan Qadha dan Qadarnya.
ReplyDeleteBTW, nulisnya kek gini..ntar lagi lihat pakaiannya bayik, ya nangis lagi :")
Saya sepakat dengan kondisi hidup ini, tentu berat dan harus ada yang diperjuangkan namun berat bukan berarti tak mungkin dipikul atau dijalani. Jalani saja dan banyak bersyukur, InsyaAllah jadi ikhlas menjalaninya.
ReplyDeleteTentang memilih jalan mana yang akan ditempuh dalam kehidupan. Ada jalan jalan yang lurus ada jalan yang berbelok dan berliku yang pada akhirnya akan menuju pada akhir kehidupan yang sama.
ReplyDeleteIntinya sih nggak ada yang mudah di dunia ini. Semua ada kesulitannya tersendiri. Kalo aku pribadi lagi berusaha menguruskan badan nih mba, ternyata sangat syulit sekaliii
ReplyDeleteEveryone has their own problems, cuma emang tergantung cara nyikapinnya sih. Mau meromantisasi kesedihan atau cari yang bikin happy. Jadi pengen cerita nih,
ReplyDeleteaku sedang di fase stoic nih mbak gara-gara tahun lalu kehilangan kucingku 2 ekor sekaligus dalam waktu 3 bulan. Rasanya berat banget buat jalanin hidup, ya kata orang mah cuma kucing. Tapi mereka keluarga buat aku. Jadi intinya, kita nggak bisa mengendalikan sesuatu yang nggak bisa kita kendalikan (ketetapan-Nya) yang penting udah berusaha semaksimal mungkin (memberikan perawatan yang terbaik untuk kucing2ku), sisanya tinggal berserah sama yang maha kuasa.
Suka banget sama tulisannya, kak..
ReplyDeleteJadi perenungan untukku bahwa "Kadar berat" seseorang ini sudah ditetapkan sama Allah. Dan aku masih bersyukur bahwa masih diberi pilihan. Terkadang, ketika hidup sudah gak ada pilihan, itulah hal yang paling berat.
memang saat melakukan apapun segalanya tergantung mindset. Segalanya butuh kesadaran dalam melakukan tindakan supaya kita bisa mempertimbangkan keuntungan atau kerugian dan gak menyesal saat sudah melakukannya ya mbak. Kalau perlu libatkan Tuhan. Kyk dalam islam ada istikhoroh setelah kita berusaha keras.
ReplyDeleteBelum belasan tahun, tapi aku setuju bahwa Marriage is Hard. Walau begitu apapun rintangan dan permasalahannya harus dilewati bersama dengan pasangan. Dengan begitu pernikahan dapat bertahan dan langgeng.
ReplyDeletesejak awal nikah ujianku hutang, semoga segera dimudahkan melunasi. Pernah jatuh bangkrut, tapi kini disyukuri aja deh. Alhamdulillah masih bisa anak-anak sekolah dan makan cukup setiap bulan. Baca artikel ini berkaca untuk terus bersyukur dalam semua nikmat-Nya.
ReplyDeleteMasyaallah mbak ophi, tulisannya menohok banget loh. Apalagi pas baca "berhutang itu berat, disiplin finansial juga berat" dan saya lebih memilih disiplin finansial karena seberat apapun itu, berhutang bikin gak bisa tidur nyenyak. Kalau sekedar gak jajan sebulan aja masih bisa tidur nyenyak kok, hehehe
ReplyDeleteMbak Ophi, terima kasih banyak untuk suntikan semangat positifnya. Iya, kalau misal mau ngeluh tuh ga akan ada habisnya. Hidup memang berat, sist... Tinggal gimana kita membuatnya jadi terasa ringan dan selalu ada solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi.
ReplyDeleteHidup memang penuh dengan pilihan ya, Mbak. Pilihan apapun bisa berat entah di awal atau di akhir. Intinya pola pikir kita harus dilatih untuk berpikir positif, dan bersandar pada Allah saja.
ReplyDeleteMakasih sharingnya, Mbak :)
Choose your hard wisely, setuju banget maaaaaak.. Yah namanya juga hidup, ga mungkin tanpa tantangan yaaa.. jadi ya kita emang mesti siap memilih dan menerima tantangan yang ada. makasi remindernya ya maak
ReplyDeleteLangsung jleb bacanya mba ❤️❤️. Jadi malu Krn terkadang suka komplain dengan masalah, yg kalo dipikir2 ga ada apa2nya. Apalagi kalo dibandingin Ama warga Palestina yg bahkan tidak bisa memilih. Sementara kita masih bisa memilih apa yg baik bagi kita.
ReplyDeleteSetuju ttg mindset. Dulu bos ku juga pernah bilang, segala sesuatu kalo kita pikir berat, pasti akan berat nantinya. Tp kalo di awal kita semangat utk mencari solusi, insyaallah jalannya akan ada. Dan kalo msh bingung, kita masih ada Allah utk memohon pertolongan apapun.
Berkali2 aku ngerasain terbantu, bisa menemukan solusi setelah khusyuk berdoa. Itu artinya kita memang hanya perlu fokus dan meminta pada Nya. Hidup pasti berat, tapi itu menolong kita utk jadi lebih kuat.