Perjuangan Ka Alin Masuk Kampus dan Program Studi Impian

Pengalaman pertama mengantarkan anak sulung ke bangku kuliah sungguh penuh warna dan super mendebarkan. Meski sempat gagal di SNBP, alhamdulillah di SNBT Kakak bisa lolos di pilihan pertamanya. Alhamdulillah, MasyaAllah Tabarakallah. Jujur masih mengharu biru hatiku jika mengingat segala prosesnya. Penuh rasa syukurku mengingat, Ia dan kami bisa melewatinya. Perjalanan yang tidak mudah juga, terlebih ini pengalaman pertama. Rasa syukur kami, Kakak akhirnya mendapatkan kampus dan program studi pilihan yang diimpikannya. 



Baca: Buku Pertama Kakak

PTN atau PTLN?

Dulu saat akhirnya masuk ke Program Cambridge MAN 4 Jakarta (setelah gagal di tahap akhir seleksi MAN IC), Ibunya ini berharap Kakak mau mencoba peruntungan di beasiswa luar negeri. Profil kakak-kakak kelasnya di program ini juga sudah banyak yang lolos di berbagai perguruan tinggi luar negeri (PTLN). Sebagian bahkan mendapatkan beasiswa dari beragam jalur dan program. Tapi apa mau di kata, meski di awal dia bilang "Iya bu, nanti aku nyoba". Ternyata sampai akhir, Ia sama sekali tidak menunjukkan minat ke arah sana. Bergeming dan tak menunjukkan antusias sama sekali.

Jujur sempat terbersit rasa kecewa. Apa yang saya harapkan dan tawarkan tentu bukan sekedar "ambisi seorang Ibu". Yang pertama, karena Ia sesungguhnya punya potensi. Kedua, lingkungan sekolahnya sangat support dan mendukung secara nyata anak didik yang berminat kuliah ke PTLN, baik secara akademik maupun teknis. Ketiga, informasi dan peluang cukup banyak didapatkan sepanjang siap untuk berjuang.  

Pada akhirnya pernyataan Kakak "Ibu aku gak siap kalau harus kuliah di luar negeri, aku ga bisa terlalu jauh. Kayaknya aku belum berani jauh dari Ibu dan Ayah. Mungkin nanti kalau S-2 bu." Memperkuat saya untuk akhirnya "mengalah" dan menghentikan harap saya pada pilihan kuliah PTLN untuknya.  Menganulir perencanaan yang sudah disusun sejak setidaknya di semester awal kelas XI. Saya juga sudah berhenti membagikan berbagai informasi seputar kuliah S-1 PTLN. 

Awalnya kami sepakat Kakak mencoba kedua jalur tersebut. PTLN yang biasanya dimulai lebih dahulu dan tetap bersiap untuk PTN di awal tahun di kelas XII. Namun karena putusannya sudah bulat, maka kamipun lebih realistis dan mendukungnya fokus pada persiapan masuk PTN. Terlebih hingga kelas XII, Ia masih sangat sibuk dengan kegiatannya di MPK sekolah dengan seabrek kegiatan.

Program Studi Pilihan?

Salah satu perbincangan yang cukup mendalam adalah terkait dengan program studi pilihan. Sebelum mengerucut ke pilihan akhir yakni Teknologi Bioproses Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kakak sempat mengalami perubahan preferensi yang cukup dinamis. 

Saya ingat di awal kelas XI, saat mulai dilakukan identifikasi minat oleh sekolah, Kakak menjawab dia ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan. Saya lumayan sangsi dengan pilihannya waktu itu, tapi alih-alih membuatnya down. Saya hanya meng-iya-kan dan tetap mensupport pilihan tersebut. Meskipun sempat ada pertanyaan: "Kakak yakin dengan pilihan ini?"

Saya kemudian menyarankan agar Kakak banyak mencari tahu dan mendalami berbagai program studi di perguruan tinggi yang sejalan dengan minat dan latar belakang akademiknya.  Mengingat Ia anak IPA, maka dipastikan kecenderungannya tentu pada program studi bidang IPA. Untuk pilihan kampus, saya juga membebaskan. Campus Tour dari sekolah juga sangat membantunya mempertajam pilihan kampus yang Ia minati.

Dari kehutanan, kelautan, lalu ke teknologi pangan. Sempat mempertimbangkan saran Ibunya kedokteran atau kedokteran gigi. Namun dengan alasan "biayanya mahal bu kedokteran, sekolahnya juga lama." Karena saya dan ayahnya anak IPS, jadi gak bisa kasih banyak referensi untuk anak IPA. Maklum pertama kali juga. Trus anak IPA ini ogah pindah ke jurusan yang berbau IPS atau sekarang sebutannya soshum. Padahal Ibu pernah sarankan juga gimana kalau Hubungan Internasional? atau komunikasi? Tentu dengan mempertimbangkan kapasitas Kakak di kedua bidang ini. 

Hmm kemudian journey pencarian program studi pilihannya sempat jatuh ke kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Ayahnya sempat sarankan juga program studi K3, which is kami juga hasil hunting info baru-baru ini. Secara uniknya Kakak mau ambil jurusan IPA tapi gak mau yang ada fisikanya. Artinya dia gak mau di teknik. Apapun IPA asal jangan teknik. Hmm yang kebayang sama Ibunya ya kedokteran, farmasi, seputar itu lah yaa.

Entah bagaimana kemudian pilihan dia jatuh pada teknologi bioproses Universitas Indonesia. Yes, UI karena teknologi bioproses ada juga di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Tapi kata dia "beda". Kalau Teknologi bioproses di UI itu ada di bawah Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UI. Jadi memang lebih ke kimia sih yaa. 

Nah kalau teknologi bioproses di UB tuh ada di bawah Fakultas Pertanian. Jadi agak mirip ke teknologi pertanian atau teknologi pangan. "Kalau yang di UI lebih luas sih bu.." Fokusnya ga cuma ke pangan tapi bisa ke medicine/health, cosmetics, selain foods. Lebih ke bio-engeneering atau bioprospecting kali ya.

Jujur saya agak kaget dengan pilihannya tersebut karena sebelumnya dia "say NO to" teknik karena dia merasa berat di fisika. I prefer biology and chemist, rather than physics. Ukurannya dari penilaiannya pribadi terhadap kemampuan atau nilai saat sekolah di tiga mata pelajaran tersebut sih. Namun rupanya Kakak lumayan detail memperhitungkan banyak hal sampai akhirnya jatuh ke teknologi bioproses.

Well, ini memang di Fakultas Teknik, tapi banyak materi biology dan chemist-nya, meskipun namanya teknik gak bisa lepas dr physics. Ia mempelajari struktur kurikulum beberapa program studi dengan pertimbangan tersebut dan akhirnya hatinya mantap memilih teknologi bioproses UI.



Apalah yang bisa orang tua lakukan selain mensupport, terlebih anaknya cukup serius melakukan riset dengan sungguh-sungguh. Tidak masalah beda jalur karir dengan orang tuanya, tetap kami doakan yang terbaik. Saya jadi teringat saat kelas 2 SD, Kakak lebih memilih science club ketimbang Seni baik lukis atau tari yang saya pilihkan ukskulnya. Dia selalu excited sepulang ekskul dan memamerkan hasil belajar dan bahkan mengajak kami bereksperimen di rumah.

Postingan terkait eksperimen di science clubnya saya tulis di postingan khusus dan sejauh ini merupakan salah satu most popular post di Blog saya yang masih banyak dibaca pengunjung. Alhamdulillah, yuk baca postingan tentang percobaan ilmiah sederhana Ka Al dulu.

Gagal SNBP, Bangkit! Gas Poll di SNBT!

Alhamdulillah Kakak memang sejak  awal masuk sekolah sudah concern dengan nilai. Ini bukan tanpa tujuan. Ia memang menjadikan hal tersebut sebagai target agar bisa masuk ke dalam daftar eligible SNBP. Alhamdulillah sekolah kakak juga masuk akreditasi A.  Akreditasi A mendapatkan kuota cukup banyak yakni 40% siswa terbaik di sekolahnya. Sejak awal sayapun cukup optimis kakak masuk eligible meskipun di sekolahnya rombongon belajar (rombel) cukup banyak.

Untuk yang belum familiar, SNBP adalah singkatan dari Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi.
Ini adalah salah satu jalur masuk perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia yang menilai prestasi siswa selama sekolah, baik akademik maupun non-akademik, melalui nilai rapor dan prestasi lainnya, tanpa ujian tertulis.

SNBP menekankan pada penilaian prestasi siswa, bukan pada hasil ujian tertulis. SNBP sering disebut juga jalur undangan karena seleksi dilakukan berdasarkan nilai rapor dan prestasi lainnya, tanpa tes. Hanya siswa yang memenuhi syarat (eligible) yang dapat mendaftar SNBP. Pendaftaran SNBP gratis, tidak dipungut biaya. Namun demikian saat kuliah tetap dikenai biaya UKT atau Uang Kuliah Tahunan.

Setelah perjuangan yang cukup mendebarkan menunggu keluar list peserta eligible, alhamdulillah Kaka masuk ke dalam list. Perjuangan tidak berhenti di sana. Pemilihan universitas dan program studi menjadi tantangan berikutnya. Karena saat lulus di porgram studi dan kampus yang dipilih maka ada kewajiban untuk mengambil. Karena jika tidak diambil akan berpengaruh pada kredibilitas sekolah. Sekolah bisa kena blacklist jika siswa yang lolos SNBP tidak mengambilnya. 

Nah karena kakak sudah fix dan firm dengan pilihannya yakni FT UI, Teknologi Bioproses, maka saran kami untuk mencoba strategi memasukkan pilihan lain untuk pilihan kedua dan seterusnya, ditolak Kakak. "Aku ga mau kuliah di jurusan lain, nanti klo lulus di pilihan lain aku gak mau bu. Aku maunya di situ aja". Hmm berat yaa. Jadi isunya bukan hanya lulus SNBP namun harus di prodi pilihannya.

Saya tidak masalah dengan pilihannya. Namun secara strategi agak mengkahwatirkan karena berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya  Teknologi Bioproses FT UI hanya memberi 1 kuota untuk siswa dari sekolah kakak dan ada anak lain di list eligilbe yang kebetulan posisi eligiblenya lebih tinggi dari kakak. Namun kakak masih percaya diri, siapa tahu ada tambahan kuota atau tidak apa-apa bersaing saja, mengingat SNBP juga memperhitungkan prestasi lain di luar nilai akademik.

Dinamika SNBP juga cukup membuat kami ketar ketir karena sangat dinamis hingga akhir masa pendaftaran. Ternyata kemudian anak yang  akan mengambil  pilihan prodi yang sama dengan kakak kemudian mengganti pilihannya tapi ada anak lain yang posisi di atas kakak juga yang kemudian mengambil prodi tersebut. Hufth....

Selain dukungan dari pihak sekolah yang luar biasa, kami juga meminta bantuan coach di tempat Bimbel kakak untuk memberikan pertimbangan. Coach IO menyampaikan bahwa jika Kakak memang sudah merasa firm atas pilihan prodinya dan tidak punya alternatif pilihan dan tidak mau mengambil yang lain, sebaiknya jangan dipaksakan. Khawatir tidak sesuai dengan minatnya dan jika tidak diambil akan berakibat pada pihak sekolah. 

Berdasarkan pemantauan terhadap skor try out di Bimbel, Coach optimis Kakak bisa lolos di prodi tersebut lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan memaksimalkan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Jadi masih ada peluang besar untuk bisa lolos lewat jalur SNBT, jikapun tidak lolos lewat SNBP. 

Qadarullah, ternyata memang Kakak belum ada rejeki dari jalur SNBP. Saya mendampinginya saat membuka pengumuman SNBP. Saya bahkan belum notice ketika tiba-tiba dia menangis saat warna merah tampak dominan di layar. Rupanya warna merah artinya tidak lolos dan warna biru lolos. Entah bagaimana, namun saya sangat tenang saat itu. Seperti sudah ada feeling meskipun tentu support full dan doa yang selalu melangit untuknya.

Kakak cukup terpukul karena memang berharap lolos di SNBP dan bisa di posisi aman. Well, kecewa dua detik katanya. Ia kemudian segera bangkit dan berjuang keras di jalur SNBT. Hari-hari ia lewati dengan latihan soal yang tiada henti. Lebih sering datang ke Bimbel. Lebih banyak di kamar dan tak mau diganggu. Kadang-kadang saya merasa kasihan tapi di sisi lain saya memahami motivasi kuatnya.  Kakak gas poll untuk persiapan SNBT.

SNBT menggunakan hasil  UTBK untuk menyeleksi peserta. SNBT bertujuan untuk menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi dan mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Seleksi melalui UTBK, dilakukan melalui ujian yang mengukur kemampuan akademik, skolastik, dan potensi kognitif.  Materi UTBK meliputi Tes Potensi Skolastik (TPS), Literasi Bahasa Indonesia, Literasi Bahasa Inggris, dan Penalaran Matematika. SNBT dapat diikuti oleh siswa lulusan SMA/SMK/MA/sederajat dan Kejar Paket C dari berbagai tahun kelulusan. 

Hari H UTBK, Bismillah Semoga Allah Ridho

Dini hari sekali kami sudah bersiap. Meskipun lokasi UTBK kakak di UPN Veteran Pondok Labu tidak terlalu jauh, namun dipastikan akan ada kemacetan luar biasa di jalan-jalan seputar lokasi. Daripada terjebak macet dan bisa menyebabkan keterlambatan, kami memilih berangkat lebih pagi. Saya izin kepada atasan untuk hari itu tidak masuk kantor untuk menemani Kakak UTBK. Suami mendrop kami di lokasi. Ada rekayasa lalu lintas sehingga kami di drop agak jauh.

Suasana kampus dan gerbang sudah padat dan ramai. Di depan gerbang banyak orang tua yang menunggu anak-anaknya. Kakak langsung saya arahkan masuk ke dalam mengikuti prosedur sebelum masuk ke ruang ujian. Saya mengamati dari luar pagar sambil menikmati sarapan buah yang sengaja saya bawa. Duduk berdesakan (alhamdulillah bisa nyempil) sambil membuka bekal potongan buah, sambil sesekali mengintip suasana di dalam pagar di mana anak-anak mengantri untuk pemeriksaan berkas sebelum masuk ruang ujian.

Setelah bunyi sirene panjang pertanda ujian segera dimulai saya segera beranjak. Bergeser mencari tempat yang lebih proper mengingat waktu ujian cukup panjang. Lama ujian UTBK 2025adalah 195 menit untuk seluruh sesi tes tanpa jeda istirahat resmi dengan rincian:
  • Tes Potensi Skolastik (TPS): 90 soal, total waktu 90 menit.
  • Tes Literasi: 70 soal, total waktu 67,5 menit.
  • Penalaran Matematika: 20 soal, total waktu 42,5 menit.
Alhamdulillah sebelum ke lokasi, saya sempat melihat masjid di komplek sebelah kampus. Saya memang meniatkan untuk menunggu di sana. Lokasinya tidak terlalu jauh dan alhamdulillah dibuka untuk umum. Masjid cukup ramai oleh orang tua, terutama ibu-ibu yang juga menunggu anak-anak mereka. Saya tunaikan sholat hajat dan dhuha dilanjutkan dzikir pagi. 





Banyak orang tua yang juga melakukan hal yang sama di sini. Hmm malaikat sibuk mencatat alunan doa-doa yang dipanjatkan. Saya menduga doa-doa itu berbunyi seragam. Semua mendoakan keberhasilan dan kelancaran ujian anak-anak di gedung sebelah. Aaamin ya rabb... kabulkanlah doa baik kami.

Setelah tiga jam lebih menunggu, saya mendengar bunyi sirene penanda waktu ujian telah usai. Saya bergegas kembali ke arah gerbang kampus, setelah sebelumnya membeli minuman dan camilan di kantin kecil sebelah masjid.


Saya menunggunya keluar gerbang. Silih berganti anak-anak keluarga. Hmm mana dia? Dari kejauhan dia mulai muncul dan tampak mencari-cari saya juga. "Ibu mana ya?" Mungkin itu yang ada di pikirannya. Sempat memvideokan gadis kecil yang sudah bertambah tinggi ini keluar gerbang. Dengan malu-malu menutup wajahnya. Selalu menolak didokumentasikan, sementara Ibunya kekeuh tak mau kehilangan momen hahaha.

"Gimana sayang?" Pertanyaan pertama saya. "Ya gitu deh bu..." Meski ada soal-soal yang menurut dia cukup sulit dan tak terduga, namun secara garis besar dia merasa optimis banyak soal lain yang bisa diselesaikannya dengan cukup percaya diri. "Bismillah aja ya bu, doain ya bu..." "Pastinya nak! Selalu!" Sesuai janji, kami tidak langsung pulang, Cari mall terdekat karena Kakak minta ditraktir sushi dan ramen sepuasnya. Baiklah sayang.

Alhamdulillah Lolos di Kampus dan Program Studi Impian

Hari berlalu, saatnya pengumuman UTBK. Waktu itu saya tengah di kota kelahiran. Menemani Mimi, Ibu saya keluar makan. Saya duduk di kursi depan mobil yang dikendarai keponakan. Kursi belakang Mimi, Adek dan Keponakan. Hari itu bahkan sejak semalam, jujur saya luar biasa gelisah. Kepikiran terus, mau ngapa-ngapain gak tenang. Serba salah hahaha. Iya se-nervous itu! Rasanya lebih mendebarkan dari menunggu hasil ujian sendiri.


Jam pengumuman akhirnya tiba. Saya meminta Kakak mengirimkan data diri agar saya bisa mengecek via website. Sayangnya dia kirimkan poto kartu ujian, yang artinya saya harus bolak balik mengingat nomor. Which is saya lemah sekali soal ini. Padahal maksud saya, Kaka bisa wa nomor identitasnya supaya saya lebih mudah login. Bolak balik dari WA ke website, sebelum berhasil masuk tiba-tiba ada WA dari Ayah mengabarkan hasilnya. Alhamdulillah.

Saya langsung lemes banget. Nelpon kakak dan kami bertangis-tangisan berdua. Alhamdulillah selamat ya nak! Usaha tak mengkhianati hasil ya nak. Terima kasih ya Allah!

Skor UTBK kamu juga cukup tinggi untuk jurusan yang kamu pilih, Alhamdulillah 730. Strategi yang jauh lebih matang dengan pertimbangan berbasis data dari tempat bimbel membantu pemilihan jurusan dan kampus menjadi lebih terukur. Plus kamu juga tampak cukup bisa mengukur kemampuan kamu dan peluang di program studi pilihanmu. 

Alhamdulillah ala kulli haal semua jerih payah dan perjuangan itu membuahkan hasil. Terima kasih ya Rabb.

Bismillah ya nak! Ini bukan akhir, ini justru awal perjuangan Kakak menuju ke academic journey kakak berikutnya. Apapun Ibu doakan yang terbaik, Kita support semampu kita. Tuntut ilmu untuk bekal masa depanmu. Kami tak bisa mewariskan apapun, kami percaya dengan ilmu dan pendidikanlah kalian bisa berdiri di atas kaki sendiri kelak. 

Dengan bekal ilmu dan pendidikan ini pula semoga kalian menjadi bagian dari kemaslahatan umat di masa depan. Menjadilah bermanfaat untuk banyak orang. Semoga berkah kelak perjalanan studimu Nak. 

Semoga Allah bersamai langkahmu ke depan. Semoga Allah jaga, semoga Allah berkahi. Cukup Allah sebaik-baik penjaga, sebaik-baik tempat bergantung. HasbunaAllah.

Jaga semangat mengingat masa transisi dari bangku putih abu ke bangku kuliah tentu punya tantangan tersendiri. Doa Ibu selalu menyertaimu... 

Fly high... 

Reach the stars... 

21 comments

  1. Kisah perjuangannya bikin terharu. Memang jalan menuju kampus impian penuh tantangan, tapi jadi makin manis saat akhirnya tercapai.

    ReplyDelete
  2. Selamat buat putrinya ya Mbak Ophi. Memang bener ini bukan akhir, tapi baru awal perjuangan selanjutnya. Tak ada usaha yang sia-sia. Ketika doa ibu menyertai setiap langkah putrinya. Semangat dan sehat selalu.

    ReplyDelete
  3. Merasakan banget kalau sebagai orang tua hanya bisa melakukan yang terbaik menurut anak, termasuk mensupport.
    Ketika anak menentukan pilihan, terlebih anaknya cukup serius melakukan riset dengan sungguh-sungguh. Kita bisa apa ya selain mendoakan dan mendukung.
    Setiap anak pasti punya jalan kehidupan sendiri-sendiri...
    Semoga berhasil tercapai cita-cita ya

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah Ka Alin sudah lolos jadi mahasiswa ya mbak.. Pasti mba bangga banget akhirnya setelah perjuangan mengerjakan ujian, buah hati bisa lolos dan jadi mahasiswa. Memang sebuah proses suka bikin deg degan tapi hasil akhir yang manis akan teringat selalu

    ReplyDelete
  5. Allahumma baarik. Selamat untuk Kak Alin. Dilancarkan selalu proses belajarnya. Berkah semua ilmunya. Alahumma aamiin

    ReplyDelete
  6. Sukses buat ka Alin ya mbaa...semoga kuliahnya lancar lancar.kereen perjuangannya nih ka Alin....

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah selamat atas kelulusan ya di UI ananda Alin. Keren banget nih perjuangannya untuk bisa diterima di fakultas impian

    ReplyDelete
  8. Masya Allah... terharu bacanya dari awal sampai akhir. Selamat ya Mbak Ophi dan Kak Alin.
    Iyaaa masuk UI susah, lulusnya lebih susah hahaha
    Salut dengan kegigihan Kak Alin dan yakin dengan jurusan pilihannya. So, jadi anak kos di kutek atau gimana nih?

    ReplyDelete
  9. Jadi teringat jaman aku dulu, perjuangan mulai dari SNMPTN Undangan sampai akhirnya jalur mandiri :') trus aku jadi manifest ke masa anakku kelak :') barakallah ga Kak Alin 😍

    ReplyDelete
  10. Keren banget cerita Kak Alin ini! Perjuangannya dari gagal di SNBP terus melaju ke SNBT, sambil dibimbing orang tua dan tetap yakin sama mimpi – itu bikin saya makin yakin usaha nggak akan mengkhianati hasil. Semoga di kampus impian makin lancar, skill makin tajam, dan ilmunya bisa manfaat buat banyak orang. Sukses terus, Kak Alin!

    ReplyDelete
  11. Masha Allah keren banget. Baca cerita mba bikin aku merasakan deg-degan saat menunggu hasil dan syukurlah finally lolos di kampus impian 🤩🤩🤩 congrats buat kakak. Semoga semakin semangat menimba ilmu dan menjadi orang sukses di masa mendatang ya, aamiin.

    ReplyDelete
  12. Luar biasa perjuangan kak Alin ya. Butuh banyak proses dan usaha ya. Semoga kuliahnya lancar dan sukses, mendapatkan nilai terbaik.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.