Sisi Lain Pulau Nusakambangan



Nusakambangan. Apa yang terlintas di kepala saat mendengar nama pulau yang terletak di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah ini. Hmm pasti Lapas -Lembaga Pemasyarakatan, narapidana, narkotika, teroris atau hukuman mati. Ih serem yaa... ngapain juga ke sana. Apalagi belum lama ada eksekusi hukuman mati kasus Bali Nine. Waah makin gak oke deh ke sana. Eh tapi saya sih agak nekat tetep pingin ke sana. Bukan mau ke Lapas tentunya tapi ke tempat wisatanya yang dari sedikit informasi yang saya dapatkan, terdapat beberapa pantai cantik dan juga benteng peninggalan Portugis di sana. Bagaimana caranya? Simpang siur informasinya. Kita lihat saja nanti, begitu pikir saya.

ini apa ya???



Hari itu hari ke tiga sekaligus hari terakhir tugas saya dan beberapa rekan di Cilacap. Beberapa sudah kembali ke Jakarta, sebagian termasuk saya memilih kereta siang jam 2.45 WIB dari Cilacap untuk kembali ke Jakarta. Lumayan ada setengah hari sebelum chek out hotel dan ke stasiun. Saya kekeuh dan mengompori rekan-rekan untuk bisa menyeberang ke Nusakambangan.

"tersesat" ke Wijaya Pura, tetep narsis

Dengan informasi yang minim kami kemudian diantar ke penyeberangan Wijaya Pura. Dari plangnya tampaknya penyeberangan ini milik Kemenkumham, pasti bagian dari wilayah kerja Lapas. Hmmm tapi kami mendapat informasi tempat inilah satu-satunya tempat penyebrangan ke Nusakambangan. Memang banyak orang di sana, beberapa tengah dalam antrian dan pemeriksaan. Banyak diantaranya wanita mengenakan busana khas bercadar hitam. Mereka tampaknya keluarga para narapidana yang dipidana terorisme.
tawar menawar... deal!
Kami yang saat itu berlima langsung menyebar. Saya yang melihat loket informasi langsung menuju kesana dan setelah agak lama tak diperhatikan oleh petugas di bagian dalam akhirnya ditanya . Mbak mau ngapain...? tanya petugas berseragam kemenkumham tersebut. "Mau tanya pak kalau penyeberangan untuk wisata lewat sini gak pak?...". Ah saya malah ditertawakan dan ditanya dari mana dan dengan siapa ke sini. Pertanyaan seolah-olah saya orang lugu yang salah alamat. Sambil tertawa petugas itu kemudian menjawab bahwa saya salah tempat. Salah satu petugas yang tengah sibuk di loket lain malah menunjukkan wajah angker . "Bukan di sini bu...ga bisa nyebrang buat wisata". "Hmmm biasa aja keless... kan saya gak tahu pak. Makanya nanya." ih ngapain juga menggerutu yaa. Kan mau seneng-seneng nih.

Saya kembali pada teman-teman yang bergerombol. Salah satu rekan malah ditanya nomor urutnya dan dikira hendak menjenguk salah satu napi saat bertanya. Tengah kebingungan, seorang ibu yang tampaknya mendengar kehebohan diskusi kami menuela, "kalau mau wisata bukan dari sini mbak...dari pantai teluk penyu. Di sana ada perahu nelayan yang bisa disewa untuk menyeberang." Ibu yang kiranya hendak menyebrang untuk menjengyk salah sati napi ini berbaik hati memberi info kepada kami. "Ooh memang bukan di sini ya bu...". "Bukan... di sini memang khusus untuk keluarga napi yang ingin menjenguk... di Pantai Teluk Penyu biasanya sewanya 25ribu perorang samapai ke pantai di Nusa Kambangan. Nanti ditawar saja..." "waah lengkap sekali infonya. Makasih Ibuuu".
melaju menuju Nusakambangan
Sambil ketawa ketiwi akibat nyasar kami langsung kembali ke Pantai Teluk Penyu, yup kami tadi sudah melewati tempat dimakaud sebelum sampai ke penyeberangan Wijaya Pura ini. Tak lebih dari 5 menit kami sudah sampai. Beberapa perahu ukuran sedang tampak bersandar di bibir pantai. Sejak kami memarkir mobil tampaknya penyewa perahu telah siap menyambut kami. Segera setelah kami turun, kami langsung tawar menawar bertransaksi. Akhirnya deal...25ribu/orang pulang pergi pantai Teluk Penyu ke salah satu pantai di Nusakambangan Timur, kalau tidak salah Pantai Karang Pandan.
Perahu yang kami sewa sebetulnya muat sampai 17 orang. Saat itu bukan hari libur, tak banyak pengunjung ke sana. Bahkan kami tampaknya customer pertama. Butuh tiga orang nelayan mendorong perahu ke dalam air. Waah kasian banget yaa...kelihatannya berat. Untuk mendapat uang 25ribu perorang tepatnya 100 ribh karena kami berempat para nelayan ini mengeluarkan tenaga cukup besar. Saya langsung berbisik pada temen saya..."kasian yaa... nanti kita lebihin aja yaa. 30rb perorang seperti yang dia tawarkan tadi". Teman saya langsung sepakat.
jejak pertama di Nusakambangan- Pantai Karang Pandan

Sekitar 10 menit saja akhirnya perahu kami mencapai bibir pantai Pulau Nusakambangan. Hmmm kesan pertama agak angker, bukan pantai yang asyik untuk dinikmati atau untuk berpoto,sepi pula. Ada plang besar dengan tulisan: "selamat datang di obyek wisata benteng peninggalan portugis, Nusakambangan Timur". Oh bentengnya peninggalan Porttugis ternyata bukan belanda. Setelah mengambil gambar kami naik dan mendapati waring-warung bambi dan membayar karcis 5ribu perorang. Ada beberapa objek yang bisa dinikmati beberapa gua, benteng dan pantai-pantai.

Untuk mencapai salah satu pantai yang recommended kami diarahkan untuk berjalan kaki mengikuti jalan setapak. Lurus saja ikuti jalan ini yaa. Nanti sampai ke sisi pulau yang lain ada pantai pasir putih yang bagus untuk berfoto. Sekitar 50 meter dari gerbang membayar karcis kami sudah menemukan penunjuk arah dua buah gua. Tapi kami sepakat kami ke sana setelah kembali dari pantai.

Jalan Setapak
Jalan yang harus kami lalui layaknya tracking naik gunung di tengah hutan. Jalanan tanah dan batu yang naik turun berkelok. Suasana masih asri dan sejuk. Kawasan ini memang masuk hutan lindung. Kami masih melihat banyak pepohonan hutan, suara binatang hutan. Seorang rekan bahkan melihat sejenis kera atau siamang bergelayutan di pepohonan besar di tengah hutan. Sisi kanan dan kiri jalan yang kami lewati memang merupakan hutan asli yang ditumbuhi pohon-pohon yang besar dan rindang. Udara segar dan bersih menyeruap di ruang dada. Segar dan bersih. Sekitar 20 menit berjalan, mungkin sekitar 3 km kami akhirnya bisa mencapai Pantai Pasir Putih.

salah satu sisi benteng portugis
Sebelum sampai ke Pantai ini kami sempat melewati bangunan yang tampaknya bekas benteng Portugis yang dimaksud. Tidak terlalu terawat, namun ada beberapa orang yang tengah membersihkan jalanan di sekitar benteng. Kami juga melihat tanda plang "odong-odong", mungkin dulu sempat ada kereta odong-odong yang beroperasi di sini. Hmm saya membayangkan rasanya yang naik turun berkelok cukup terjal dilewati dengan odong-odong, pasti seru dan mendebarkan. Kami saja jujur cukup tertantang melewati jalur tadi. Ngos-ngosan dan lumayan melatih otot betis. Maklum emak2 beranak tiga hehehe. Aaah tapi saya bangga bisa melewatinya. Jiyaah berasa prestasi.

yippiiii... I am here
Setelah menanjak menurun dengan medan menantang kami disambut oleh debur ombak pantai selatan yang menerjang karang-karang besar di bibir pantai yang berpasir putih. Cuaca layaknya pantai, terik dan menyilaukan. Namun pepohohan di sekitar pantai dan beberapa gubuk penjual minuman mampu meneduhkan teriknya siang itu plus angin laut yang melenakan. Pantai berpasir putih ini memang terlihat masih alami. Masih seperti apa adanya. Pemandangan laut lepas dihiasi kapal-kapal besar, tangki minyak milik Pertamina. Deburan ombak menyentuh karang dan dihempaskan kembali ke laut. Ahhh sayangnya kami tak punya banyak waktu. Setelah berkeliling sebentar, berpoto, menikmati minum di bawah teduhnya pepohonan kami harus kembali.

Menempuh jalan yang sama saat kami mencapai pantai. Jalanan terasa lebih sulit karena kami agak lelah dari sebelumnya. Alhamdulillah sampai kembali ke Pantai Karang Pandan di mana perahu yang membawa kami menunggu. Sebelumnya kami menyempatkan diri melihat gua yang termudah dan terdekat dicapai dari jalan setapak. Gua Rangga Lawe. Memang tak terlalu jauh dari jalan setapak, sekitar 200 meter saja. Namun posisinya yang menanjak dengan bebatuan cukup terjal merupakan tantangan kami berikutnya. Hmmm agak-agak spooky juga nih guanya. Tidak terlalu besar namun sulit dinikmati karena di mulut gua, bebatuan besar dan runcing membuat kami sulit turun ke dalam gua. Kabarnya ada satu gua lain yang lebih bisa dinikmati, namun kami putuskan untuk tidak ke sana. Cuapek... dan waktu semakin menipis.

Tak lebih dari 10 menit perahu kami melaju kembali ke Pantai Teluk Penyu, Cilacap. Hmm saya masih penasaran kabarnya sunrise di pantai-pantai Nusakambangan luar biasa indah, hmm itu artinya harus menginap di sana. Hikkks berani gak ya???

22 comments

  1. Aku pikir nusakambangan itu ya cuma tmptnya para napi aja, ntah dipenjara, atau dihukum mati..eee trnyata eikeh salah..untung deh trdampar di sini, jd tau nusakambangan itu trnyata sekeren itu pemandangannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak seru juga buat refreshing...masih perawan hutan dan pantainya

      Delete
  2. Waah ternyata nusa kambangan indah yaa

    ReplyDelete
  3. Alamnya indah ya mba, ada lautan, ada hutan, eksotik sekali.
    Sayang lebih dikenal sebagai penjara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kalah pamor sama lapas dan hukuman mati. Padahal kereen

      Delete
  4. cantik yaaa, aku babarblas belum pernah nyebraaang, padahal asli Cilacap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah ayo mak wajib ke sana klonke Cilacap... klobs agak lama kyknya lbh seru lagi.

      Delete
  5. Dalam bayanganku sebelumnya, Nusa kambangan itu dikelilingi pagar dan forbiden. Ternyata indah ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awalnya saya pikir jg begitu mak. Ternyata ada sisi lain yg tdk dikelilingi pagar dan forbiden.

      Delete
  6. Saya belum pernah. Saya pikir pulau ini cuma pulau tahanan. Jadi kirain seluruh pulau isinya napi semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak semua mak. Mmg ada bbrp lapas di sana. Tp di Nusakambangan timur mmg ada tempat wisata

      Delete
  7. Tahun lalu abang saya pergi ke sana bareng temen2 SMAnya dulu, pas foto-fotonya dipamerin ke saya ternyata emang keren banget tempatnya! huuhuu... pengen banget kesana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa klo mau eksplore lbh banyak pasti bs dpt banyak spot utk poto yg keren mak

      Delete
  8. Ih keren ya mak.. sy br smp benteng pendemnya. Blm smp nyebrang ke nusakambangan:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tanggung mak...dr bentwng pendem tinggal nyebrang hehehe. Sy malah blm nulis yg bentwng pendem nih

      Delete
  9. padahal aku deket ke nusakambangan sekitar 60 kilo, tapi belum pernah kesitu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayooo ke sana mak... seru kok, enak buat istirahat lama2 menenangkan pikiran

      Delete
  10. Saya yang deket aja (Purwokerto) belum pernah sekalipun mengunjungi NusaKambangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah dr Purwokerto deket banget lhooo...monggo mas dibuktiken hehehe

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.