Generasi Zaman Now, Siap Jadi #GenLangitBiru Kan?




Suasana cerah dan cukup terik saat mobil kami memasuki kawasan Pantai Cemara. Pantai di Kabupaten Banyuwangi yang dulu tidak terpelihara dengan baik kini berubah wajah. Keluar dari mobil dan menyusuri jalan setapak yang hanya muat kendaraan roda dua kami kemudian melewati jembatan yang menghubungkan sungai atau lebih tepatnya muara. Di kanan kiri dan sepanjang sungai tampak mangrove yang menghijau.


Diantar oleh salah satu pegawai Dinas Perikanan Banyuwangi, kami bertemu dengan Kelompok Pengawas Masyarakat atau Pokwasmas Pantai Cemara. Satu kelompok nelayan yang memiliki program pemberdayaan komunitas nelayan yang sangat bagus. Ketua Pokwasmas Pak M Muhyi dan rekannya  Pak Iwan mengajak kami berbincang di bawah naungan pohon cemara sambil menikmati air kelapa muda. Langit biru membentang sejauh mata memandang dihiasi gerombolan awan putih. Angin pantai berhembus semilir.

Suasana panas dan terik berubah lebih nyaman dengan hembusan angin pantai yang menerpa daun-daun cemara dan air kelapa yang menyentuh tenggorokan kering kami.


Pak Muhyi dan 23 orang teman-temannya adalah nelayan di Pantai Cemara Banyuwangi yang giat melakukan konservasi wilayah pantai. Apa yang mereka lakukan? Mereka melakukan konservasi kawasan Pantai Cemara dengan menanam dan bahkan saat ini juga membiakkan cemara udang di kawasan Pantai Cemara. 

Jadi proses pencangkokan dan penanaman pohon cemara udang mereka lakukan di kawasan ini. Cangkok cemara udang bahkan sudah bisa dijual selain untuk kebutuhan konservasi mereka sendiri. Saat ini zona inti kawasan konservasi ini luasnya sekitar 4,5 hektar.

Para nelayan ini mengembangkan kawasan Pantai Cemara yang semula kumuh (layaknya kawasan pantai pada umumnya) menjadi kawasan ekowisata. Selain melakukan konservasi vegetatif mereka juga melakukan melakukan penyelamatan terhadap jenis penyu yang berhabitat di sekitar pantai.


Bapak-bapak ini sehari-harinya masih melaut layaknya nelayan. Namun kesadaran akan kelestarian lingkungan bagi keberlanjutan anak cucu mendorong mereka ikut berkontribusi aktif dalam melakukan gerakan konservasi kawasan pantai.

Rutinitas kelompok bukan hanya didominasi oleh para Bapak lho. Para isteri menjadi bagian dari kegiatan ini. Para Ibu bergabung untuk ikut menjadi penggerak ekonomi di ekowisata Pantai Cemara. Iya, kelapa muda yang kami minum merupakan salah satu produk yang ditawarkan di warung-warung makanan yang ada di kawasan pantai  yang digawangi oleh para Ibu, isteri dari para nelayan tersebut. Totally mereka punya 23 warung, sedangkan perahu ada 15 buah perahu milik kelompok ini.


Salah satu kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap minggu selain melaut adalah kegiatan “Jumat Bersih”. Melakukan kegiatan bersih-bersih di kawasan tersebut, mengingat sampah tidak hanya yang berasal dari darat namun juga dibawa oleh air laut yang berlabuh di pantai. Selain itu juga mereka mengawasi adanya pukat pantai yang mungkin masih digunakan di kawasan sekitar Pantai Cemara.

Dalam hal konservasi penyu,  para nelayan ini bergiliran melakukan patroli setiap malam untuk menyelamatkan telur-telur penyu yang ditetaskan induknya di sepanjang kawasan pantai. Mereka sudah memiliki tempat khusus untuk penetasan telur-telur penyu yang ditemukan. Ada dua jenis penyu yang biasa berhabitat di kawasan tersebut yakni penyu hijau yang tubuhnya lebih besar dan penyu lekang yang jumlahnya jutsru lebih banyak ditemukan.

Dari satu sarang yang berasal satu induk penyu, bisa ditemukan 60 hingga ratusan telur. Pak Muhyi teman-temannya menyebutkan bahkan ada yang sampai 160 hingga 225 telur. Waaw banyak sekali yaa. Umumnya penyu-penyu ini menetaskan telur pada bulan Maret dan Oktober.  Dua kali dalam setahun.


Tempat penetasan dibuat sedemikian rupa menyerupai habitat aslinya. Hal ini demi keamanan dan kenyamanan telur calon penyu, mengingat masa penetasan cukup lama yakni 46-50 hari. Jadi pasir pantai digali dengan kedalaman 40cm dan kemudian ditutup. Kedalaman lubang harus sama dengan lingkungan aslinya.

Selain adanya edukasi dari para akademisi, kelompok nelayan ini juga mendapat support dari dinas perikanan kabupaten dan juga mendapat bantuan fasilitas dari CSR (Corporate Social Responsibility) dari beberapa perusahaan termasuk dari PT Pertamina.

Keren kan yang dilakukan oleh Pak Muhyi dan kawan-kawannya! So inspiring.

Saya bersyukur bisa bertemu dan berbincang dengan mereka. Menurutmu mereka pantas kan disebut sebagai #GenLangitBiru. Mereka berkontribusi nyata untuk menjaga lingkungan sekitar pantai dan habitat di dalamnya yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar pantai tapi juga bagi masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya.

Gerakan nyata eco-friendly mereka disupport juga oleh PT Pertamina yang tengah menggulirkan Proyek Langit Biru.

Well Proyek Langit Biru dilakukan di Pertamina RU IV Cilacap. Pada intinya, proyek ini dilakukan guna meningkatkan produksi bahan bakar RON 88 menjadi RON 92. RON ( Research Octane Number) merupakan  nilai oktan yang terkandung dalam bahan bakar. Contohnya Premium memiliki RON 88, Pertamax dengan RON 92 dan Pertamax Plus dengan RON 95. Nilai RON ini menunjukkan kualitas bahan bakar yang kita gunakan. Semakin tinggi nilai oktan, semakin murni bahan bakar yang digunakan.


Apa hubungannya dengan Langit Biru? Tentu saja  ada. Peningkatan nilai oktan berarti menjadi lebih ramah lingkungan dan memenuhi standar Euro IV. Pertamax dengan RON 92 lebih eco-friendly dibanding premium karena proses pembakaran bahan bakar lebih optimal dan tidak menyebabkan knocking pada mesin, sehingga gas buang yang dikeluarkan lebih sedikit. Polusi udara berkurang dan langit kembali biru dan cerah.


Efeknya dengan mesin kendaran sendiri bagaimana? Penggunaan RON 92 justru membuat mesin kendaraan lebih awet lhoo! Kok saya tahu? Iyaa, kan saya diskusi sama Ayahnya Krucils yang juga menggunakan Pertamax untuk mobil dan motor kami. Hmm awalnya saya agak protes, “kok pilih yang lebih mahal sih yah?”

Lalu ayah menjelaskan bahwa kualitas Pertamax lebih bagus untuk mesin kendaraan. Bonusnya udara jadi lebih bersih karena polusi bisa berkurang. Intinya lebih ramah lingkungan, udara juga lebih bersih kan? Well akhirnya saya sepakat dan mendukung pilihannya. Selisihnya tentu lebih bernilai jika kita konversikan dengan manfaat jangka panjang yang didapat.

Oke, sekarang kamu generasi zaman now, sudah jadi #GenLangitBiru beluuum? Jangan ngaku-ngaku kekinian yaa kalau belum ikut berkontribusi membirukan langit Indonesia. Hahaha...

Gak susah kok,  cukup dengan melakukan hal-hal kecil namun berarti di lingkungan kamu dalam kegiatan sehari-hari. Sesimpel membuang sampah pada tempatnya, menanam dan merawat tanaman, menghemat penggunaan energy (listrik, air, minyak dan gas, dan lainnya), lebih sering menggunakan moda transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi, dan tentu saja mengganti bahan bakar kendaraanmu ke RON 92. Seperti kami *teteuuup*



Jadi siap kan menjadi bagian dari #GenLangitBiru seperti pak Muhyi dan kawan-kawannya? Yuuk mulai dari sekarang. Saya percaya kita adalah #GenLangitBiru yang lebih mementingkan kualitas hidup untuk masa depan yang lebih baik. Untuk langit yang selalu biru bagi anak-anak kita generasi masa datang.

11 comments

  1. Salut bwt pak muhyi dan kwn2. Smoga apa yg pak muhyi lakukan menular ke nelayan lainnya di negeri ini. Sementara kita, bs turut andil dg memakai bahan bakar yg ramah lingkungan. Betul begitu kan ya Mbk ? 😊

    ReplyDelete
  2. Jumat Bersih itu kegiatan yang wajib dipiara. Sekarang jarang2...banyak malasnya, huhu.

    Pengen ikutan selamatkan para penyu juga. Eh selamatkan bumi dulu deh, pakai pertamax yg ramah lingkungan

    ReplyDelete
  3. Wah belakangan aku sering baca tentang gen langit biru nih.
    ternyata ini untuk lombablog ya
    Semoga si tetehnya terpilih sebagai salah satu pemenang ya,
    tulisanya sangat layak menang eta

    ReplyDelete
  4. Yes siap Mba! Generasi gen langit biru!!
    Hidup Indonesiaa.. Sukses yaa Mbaa :)

    ReplyDelete
  5. keren sih bapak ini sangat menginspirasi banyak orang

    ReplyDelete
  6. Sejak premium dibatasi, saya pun beralih ke Pertamax. Meski mahal, tp lbh ramah lingkungan.

    ReplyDelete
  7. Aku cintaaa langit biru! And we have to do more to keep our clean blue sky!

    ReplyDelete
  8. Buat motor aku pakai pertamax nih mba, karena info dari suami memang bagus buat mesin dan lebih ramah lingkungan. dan lebih awet menurutku mba walau mahal.
    Buat Pak Muhyi salut banget aku mba.

    ReplyDelete
  9. Pertamax bikin kendaraan jadi wus-wus tarikan gasnya oke, respond nya cepet.. di mesin bagus..

    ReplyDelete
  10. Aku juga pakai pertamax untuk bahan bakar mobil dan motor. Harga sesuai kok dengan kualitas dan mesin kendaraan pun lebih awet dan cuuuuzzz jalannya. Hebat sekali ya bapak2 nelayan ini. Bekerja dari hati demi kepentingan masyarakat. Nice story mbak Ophi 😊

    ReplyDelete
  11. Kalok sekarang pakai Pertalite untuk motor saya, karena pertalite kabarnya tidak menghasilkan gas buang berupa timbal yang berbahaya seperti pada premium. selain itu harganya tidak terpaut begitu jauh dengan premium. kalok pertamax menurut saya harganya lumayan mahal.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.