Friday Night Accident - Akhirnya harus dijahit



Walaupun bukan yang pertama kali melihat anak-anak terluka karena jatuh atau kecelakaan lainnya, tapi setiap kali terjadi rasanya tetap seperti pertama kali. Dag Dig Dug Jedderr, apalagi kalau kejadian di depan mata dan darah bercucuran kemana-mana *tutup mata dan tahan nafas...jujur gemeteran sebenarnya :)


Ini sudah kedua kalinya Ka Alinga (6 thn) jatuh dan kepalanya terantuk bebatuan di sekitar rumah yang kebetulan bebatuannya cukup tajam. Kalau soal jatuh dan terluka lutut, kaki dan telapak tangan, ketiga krucilsku rasanya sudah biasa. Menangis sebentar, lalu diobati baik dengan antiseptik kadang-kadang cukup diolesi dengan getah/lendir lidah buaya. Tapi kalau sampai kepala robek/bocor dan bercucuran darah, alhamdulillah (smoga tidak terjadi lagi) baru Ka Alinga yang mengalamai, dan kejadian Jumat malam kemarin merupakan kali kedua.

Kalau 2 tahun lalu, kepalanya robek dan berdarah cukup lumayan, kami masih bisa tangani di rumah, dibersihkan sendiri, diberi antiseptik  lalu di perban, ada bekas luka kecil di kening si cantik ini. Tapi kejadian yang kemarin, saya yang melihat langsung kejadian dan mengangkat dia ke rumah, menahan darah yang keluar serta melihat, lubang lumayan besar di keningnya, sungguh membuat panik dan gemetar. Berusaha kuat dan tabah menenangka si kaka. Merasa yakin kalau tak bisa menangani sendiri, Kami larikan ke RS terdekat. Dan alhamdulillah, keputusannya tapat, krn setelah ditangani di IGD, dibersihkan lukanya memang luka Kaka kali ini harus dijahit. ada luka parut juga dihidungnya, karena posisi jatuhnya yang "nyusruk"...



Kondisi saya yang memang kelelahan, karena dua malam sebelumnya harus begadang karena rapat yang berlangsung sampai larut dan dilanjutkan dengan kesulitan tidur, karena harus tidur di kamar hotel sendirian. Selain kangen pada para krucils di rumah, suasananya agak-agak spooky  membuat saya memilih menyalakan TV sepanjang malam dan akhirnya baru tertidur setelah tak bisa lagi menahan kantuk, dan hari sudah menjelang pagi… Selain dipicu lelahnya fisik, tangisan si kaka, membuat saya sejujurnya makin  panik, bahkan sebetulnya hampir pingsan, atau itu sebenarnya sudah pingsan yaa?

Iya saat harus memeganginya, dan menutup matanya agak proses penjahitan di dahinya bisa berjalan lancar. Melihat lukanya disuntik beberapa kali untuk mematikan rasa, membuat saya ngilu dan merasa pusing. Saya malah terduduk lemas, mata berkunang-kunang dengan tangan menutupi matanya. Namun saya masih tersadar, karena masih mendengan tangisan dan teriakan si kaka saat obat bius disuntikkan. Saya terus mensupport kaka untuk mebaca Zikir dan menyebut nama Allah.


Kalau diingat-ingat rasanya lucu juga, saat ditemui dokter dengan histeris dan masih menangis si Kaka menawar pada pak Dokter untuk tidak disuntik dan dijahit. Dokter menerangkan bahwa kalau tidak dijahit lukanya bisa makin parah, tidak tertutup dan bekas luka bisa menimbulkan cacat. “Dokter aku takut, aku takut disuntik, aku takut di jahit,” “ jangan disuntik dok, jangan dijahit, akau takuut sakit”, Saya, ayahnya dan dokter berusaha menenangkan. Saya bilang,” Ibu juga pernah dijahit (operasi Caesar) tiga kali waktu melahirkan Kaka dan adik-adik”, lalu “Najwa teman Kaka di komplek pernah kecelakaaan dan dijahit”. “Sakitnya cuma dua kali saat disuntik obat bius dan suntik tetanus, janji…selain itu tidak terasa apa-apa”kata Dokternya.

Kaka tetep histeris dan agak susah didiamkan, bahkan dia menawar “Tapi kan bu, aku kan masih anak kecil aku takut dijahit…” kalimat itu pula yang berkali-kali disampaikan pada Dokter “aku kan masih anak-anak dok, aku kan masih kecil, aku takut dijahit” … jujur kami tak bisa menahan senyum mendengar ini. Setelah saya agak “tegas” menyampaikan bahwa ini untuk kebaikannya, dan supaya cepat sembuh dan memintanya banyak sebut Nama Allah, akhirnya tidak lama proses menjahit luka, dengan total 6 jahitan selesai. Saya masih terduduk lemas, saat proses selesai.

“Sudah selesai bu? Aku dijahit gak bu? Aku jangan dijahit yaa, aku kan masih anak kecil…” “hmm tidak terasa ya klo sudah dijahit, sudah selesai kok dijahitnya, ini lagi dirapihkan, diberi perban dan plester.” Tampaknya belum percaya, Kaka bertanya lagi pada Dokter, “Dokter aku dijahit gak dok?” Dokter menjawab “Hmmm, ada deh…” “aku gak mau dijahit dok…dokter aku kan masih kecil..”Mungkin yang terbayang di kepalanya, dijahit itu seperti menjahit baju…


Memang luka seperti ini harus dijahit, pass banget pagi hari saat buka twitter ada tweet dari @blogdokter yang mengupas soal itu, kenapa luka perlu dijahit. Saya ceritakan pada si Kaka, kenapa lukanya harus dijahit.

Seharian di hari Sabtu, kaka tidak mau keluar rumah, hanya main game,  menggambar dan menulis. Ini dia karyanya kemarin 



“Aku diajak Ibu dan ayah ke Pasar. Aku melihat banyak orang yang sedang membeli ikan, ayam, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. “

“Sejak lama Ibu membeli (tampaknya yg dimaksudkan adalah: “setelah lama Ibu berbelanja”), Aku, Ibu dan ayah pulang. Ibu melihat tukang es buah. Ibu membelikanku. Aku sayang Ibu dan Ayah. Ibu dan Ayah sayang   aku”

1 Desember 2013.”

4 comments

  1. cepat sembuh ya kaka alinga cantik....#big hug#

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin, makasih Tante, hug juga buat dek Mikaila ...thx dah mampir shan

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.