Lelaki-Ku, Bapandaku


Lumayan sedih mengingat dulu sempet menulis tentang tema ini di blog Multiply dan tak menemukan file-nya. Entah dimana, yang pasti saat menulisnya bener-bener dari hati terdalam. Kalau tidak salah tidak lama berselang setelah lelakiku itu berpulang ke pangkuan Sang Maha Kasih. Yang justru saat ketiadaanya membuat aku tersadar bahwa dialah - saat itu -  satu-satunya lelaki yang sangat memberi kesan dalam hati.



Kepergiannya, saya terima dengan tegar,  setidaknya demikian yang disampaikan teman-teman terdekat saat melakukan ta'ziyah. Iya, sejak sekitar 4 hari sebelum berpulang, saya menemuinya di Rumah Sakit. Terpukul melihatnya di ruang ICU, menangis tapi tak bisa berkata-kata. Dua hari berikutnya Bapak sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Saat kondisinya sudah mulai membaik dan tumbuh harapan akan pulang bersama kami. Minta dibikinkan jus melon seperti yang disajikan kemarin. Saya cari ke mall terdekat, dengan tanpa gula. Karena saya tahu gula akan merangsang sesak dan batuknya. Ternyata beliau sedikit protes, rasanya tidak seenak yang disajikan Rumah sakit. Iya memang plain.


Sehari sebelum hari terakhirnya saya menemani Ibu memandikannya dengan air hangat, menggunakan handuk lembut membersihkan seluruh bagian tubuhnya, bersih. Bahkan Bapak minta disikatkan giginya. Disisir rambutnya dipakaikan minyak rambut. Minta dipakaikan baju batik lengan pendek, disemportkan sedikit minyak wangi. Beliau memang lebih suka memakai baju lengan pendek, berbahan katun. Meskipun koleksi baju-bajunya didominasi oleh Baju safari dan Batik Semi Sutera.

Berjanji tidak akan minum "coke" lagi setelah pulang dari Rumah Sakit. Meminta kami membacakan ayat-ayat terkahir surat al Baqarah, surat Ar rahman dan al Bayyinah *tak tahan rasanya, saat itu pikiran kami sudah macam-macam. Bercampur antara optimisme melihat Beliau sudah tampak segar dan sehat serta keinginan kuatnya untuk pulang ke rumah, namun permintaanya membacakan ayat-ayat suci seperti sebuah pertanda.

Di subuh yang tenang itu saya menemaninya pergi, saya tak begitu pasti karena Beliau seperti sedang tertidur. Semua sedang kelelahan karena sepanjang malam terjaga dan bergantian mengaji termasuk kakak-kakak lelaki saya. Hanya saya dan Mimi yang masih terjaga. Saya hanya melihat wajah tenangnya seolah terlihat membiru, begitu juga tangan dan kakinya menjadi dingin. Saya tidak yakin kapan saatnya Beliau benar-benar pergi, mungkin sesaat setelah shalat shubuhnya.

Terekam kuat di ingatan, "salah satu do'a dan permohonan" Bapak pada Allah adalah agar di masa tua menjelang kepergian Bapak, Bapak tidak mau menyusahkan kalian dan Ibu kalian. Kalau ingin diambil, semoga tidak harus diberi sakit yang berbulan-bulan karena akan membosankan dan membebani bagi yang merawat. "Bapak tidak mau Bapak pergi dengan meninggalkan kesan kerepotan pada kalian. Sudah cukup selama ini Bapak dan sakit bapak merepotkan Ibu dan kalian. "

Doa bapak terkabul, tidak lebih dari satu minggu kami menungguinya di Rumah Sakit. Beliau pergi dalam kondisi bersih dan tenang, dengan memberi pengharapan bahwa Bapak akan segera pulang. Ternyata Bapak memang akan pulang, bukan ke rumah. Tapi kepada Pemilik Kehidupan.



للهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واكرم نزله ووسع مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد ونقه من الخطايا كما ينق الثوب الابيض من الدنس وابدله دارا خيرا من داره واهلا خيرا من اهله وزوجا خيرا من زوجه وادخله الجنة وقه من فتنة القبر وعذاب النار


Beliau bukan seorang yang sempurna, selayaknya manusia tentu ada banyak kekurangannya termasuk sebagai ayah. Tapi Beliau lelaki terbaik dalam hidup saya, setidaknya sampai hari ini. Meskipun 12 tahun telah berlalu sejak kepergiannya.

Baca Juga: Lelaki-Ku (2)

No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.