Lebaran (Tak) Harus Serba Baru



Alhamdulillah, lebaran tahun ini bertepatan dengan tahun ajaran baru. Liburan jadi lebih panjang. Pengeluaran juga jadi ikut lebih banyak, otomatis. Alhamdulillah, masih ada rezeki untuk bisa menunaikan kewajiban memberikan pendidikan anak-anak, terbaik yang mampu dan bisa kita usahakan. Alhamdulillah, bisa menunaikan dan menjalani kesyahduan idul fitri secara bersahaja.


Tahun ajaran baru kali menjadi lebih istimewa lagi karena Ka Zaha masuk SD. Pastinya kebutuhan dana untuk pendidikan menjadi jauh lebih banyak. Biaya masuk SD luar biasa yaa, plus biaya tahunan Ka Alinga yang naik kelas 3 yang ikut-ikutan naik. Hmm tidak selesai di situ, masih ada dana yang harus disiapkan menyambut idul fitri terutama untuk THR orang-orang yang selama ini sudah mensupport berjalannya roda kehidupan sehari-hari dan tentu saja keluarga. Plus bingkisan lebaran dan bekal mudik.

Lebaran Tahun Lalu, saat dek Keisa masih di Indonesia. Ka Alinga dan Ka Zaha berbaju kembar

Dari semua yang ikut-ikutan menguras dompet, ternyata alhamdulillah masih ada yang bisa dikompromikan. Lebaran tahun baru kali ini, saya dan anak-anak tidak heboh soal "baju baru". Selama berpuasa di Ramadhan lalu, isu paling hot justru pada bagaimana duo krucils saya, Ka Alinga (7,5 thn) dan Ka Zaha (6 thn) belajar konsisten menjalani puasa dan sholat tarawih. Tantangan menjadi lebih menantang karena jika tahun lalu saya fokus mensupport Ka Alinga yang untuk pertama kalinya belajar berpuasa full sehari, kali ini saya harus mensupport dua orang. 

Terkadang berdua akan menjadi lebih 'challenging". Saat yang satu terlalu banyak meminta kompensasi karena masih balajar, sehingga mempengaruhi yang lain yang sebetulnya dulu sudah lebih disiplin. Ka Zaha harus mulai belajar menjalani puasa, sedangkan Ka Alinga harus belajar memelihara proses belajarny. Proses yang sudah dilalui tahun lalu dengan sedikit godaan karena melihat kelonggaran yang diterima Ka Zaha. Belum lagi soal tawar menawar sholat tarawih, rasanya entah mengapa selama ramadhan kemarin kami bahkan tak membincangkan soal baju lebaran.

Alhamdulillah baju lebaran mereka tahun lalu masih sangat bagus. Jarang dipakai, salah satunya memang karena waktu itu ukurannya sedikit lebih besar dari ukuran asli mereka. Pun waktu itu, masing-masing mereka saya belikan dua pasang baju muslim. Dua-duanya saya rasa masih sangat bagus untuk dipakai lagi lebaran kali ini.

Naah dua pasang baju tersebut, tergantung manis di lemari. Amat sangat jarang dikenakan selama setahun ini. Bisa dihitung, sekali atau dua kali saja pernah dikenakan. Ka Alinga dan Ka Zaha, tidak protes saat saya tidak membelikan mereka baju baru. Hanya baju Dek Paksi yang harus saya belikan baru. Dek Paksi sudah besar. Saya mulai membelikan celana panjang dan7 baju lengan panjang agar bisa dipakai saat menemani ayah atau kakung sholat jumat. 

Entah mereka lupa atau memang tak terlalu curious dengan baju lebaran baru, sampai menjelang packing untuk mudik ke Cirebon, -rumah Mide-, mereka tak mempermasalahkan soal baju baru. Bahkan karena mudik menjadi topik pembicaraan mereka sepanjang puasa. Mereka penuh semangat membantu Ibu memilih dan merapihkan baju-baju untuk dibawa selama mudik. Saat packing mereka sempat meminta pertimbangan pada Ibu baju mana yang akan mereka kenakan untuk hari pertama dan hari kedua lebaran. 

Aihh ternyata tak seperti dugaan Ibu, bahkan mereka tidak menyebutkan sama sekali bahwa mereka belum dibelikan baju baru. Mereka malah sibuk memilih baju yang sekiranya 'kompakan" dengan baju sepupu-sepupunya di Cirebon. Beberapa kali pada lebaran sebelumnya mereka sempat kompakan berbaju lebaran. Rupanya soal kekompakan ini malah lebih menjadi concern mereka.

“Ibu... aku mau pakai baju yang ini aja biar bisa samaan sama teteh bla bla bla...” “Hmm belum tentu juga sayang, kan teteh-tetehnya bisa jadi pakai baju lain, mungkin baju baru...”. Ups!, mancing-mancing nih Ibu. “Oh gitu ya, gak papa deh, nanti aku bilang teteh biar pake baju yang ini aja supaya sama-an”. “Ya sudah nanti lihat aja yaa...”

Dua baju lebaran tahun kemarin malah tidak mereka masukkan ke dalam koper. Saya yang menambahkan saat merapihkan. “Masak sih pake baju dua tahun sebelumnya, masih bagus sih tapi itu kan sudah sering dipakai.” Terbersit sedikit rasa tidak nyaman membayangkan anak-anak saya memakai baju yang sudah tidak baru di hari lebaran di mana hampir semua orang mengenakan baju terbaik mereka.

“Hmm baju terbaik, tidak harus baru” Saya membatin. Saya memang tidak membiasakan anak-anak berfikir bahwa lebaran identik dengan baju baru. InsyaAllah saat ada rezeki, kita bisa membeli baju baru. Tidak harus lebaran. Kalau baju lebaran tahun lalu masih bagus, jarang dipakai lagi mengapa tidak memakainya lagi di tahun ini??

Lebaran Tahun Ini, bajunya masih sama yaa?? Masih bagus kok :)

Masalahnya ternyata bukan baru atau lama. Iyess!! Bukan juga tidak boleh memakai baju baru di hari lebaran. Banyak orang yang justru berkesempatan berbaju baru karena datangnya momen lebaran. Tidak heran jika berusaha sedemikian rupa untuk bisa berbaju baru di hari lebaran. Tidak masalah juga kok. Menurut saya sih wajar, asal tidak berlebihan. Bisa jadi momen ini juga digunakan sebagai bentuk apresiasi pada si kecil yang belajar puasa kan?

Teringat dengan masa kecil, lebaran identik dengan baju baru yang dijahitkan senada dan seragam dengan dua adik perempuan saya. Iyess, wajib baru karena biasa hanya di momen inilah kami mendapat baju baru. Alhamdulillah, Saya yakin masih banyak yang memiliki pengalaman atau bahkan menjalani cerita sejenis. Yaa jalani, nikmati dan syukuri, tapi jangan membebani diri.

Rasanya rega sekali saat akhir anak-anak bisa memahami keputusan berlebaran tanpa baju baru kemarin. Saat mereka “menyadari” tak berbaju baru sementara yang lain berbaju baru, sempat tercetus pertanyaan juga.”Ibuu... kok kita gak pakai baju baru?”“Hmm lhoo ini kan baju baru juga, masih bagus banget bajunya. Kan jarang dipakai, Kan gak harus beli baru, kalau yang lama masih bagus jadi masih baru juga kelihatannya.” “Dek Paksi beli baru bu..”

Alhamdulillah mereka kemudian bisa memahami penjelasan saya. Meski ada sedikit proses tanya jawab dan sedikit nada protes. Terlebih Ka Zaha, meski tidak berbaju lebaran baru tapi karena masuk SD, hampir semua keperluan sekolah mulai dari baju seragam, sepatu, buku, otomatis serba baru. Hmm sama saja kan? Dapat yang baru juga.

Ka Alinga alhamdulillah bahkan tidak latah ingin baju yang baru juga untuk seragamnya. Sebagian besar masih bagus dan masih muat, beberapa baru ganti di kelas 2 lalu meski banyak yang masih warisan dari kelas 1. Sesuai kebutuhan hanya dasi, jilbab dan kaus kaki yang baru. Untuk buku tulispun akhirnya Ka Al mau menerima saran saya untuk melanjutkan buku dari kelas 1 yang masih banyak lembar kosong. “Sayang nak, Ibu sudah belikan buku baru tapi karena masih banyak yang belum terpakai halamannya, kita lanjutkan saja.” 

Awalnya dia menolak dengan alasan adeknya semua serba baru. “Nah, sampulnya saja yang kita ganti baru yaa. Nanti klo sudah habis kan kita ganti baru juga sayang...” Saya membayangkan betapa mubazirnya harus menggunakan buku tulis baru padahal masih banyak buku dengan halaman yang belum terpakai. Kakak jarang menggunakan buku tulis karena quiz biasanya dijawab langsung di buku paket atau disediakan worksheet khusus. Alhamdulillah akhirnya dia bisa paham, “ya sudah terserah Ibu aja yang baik menurut Ibu”.

Ada hikmah dibalik lebaran dan tahun ajaran baru yang datang bersamaan. Anak-anak bisa belajar tentang makna lebaran dan tahun ajaran baru. Boleh saja semua serba baru, tapi bukan sebuah keharusan. Bersama waktu semoga kalian belajar makna di balik semua peristiwa ya nak, ahh Ibupun sesungguhnya masih terus belajar.



Artikel ini diikutsertakan dalam#GiveAwayLebaran yang disponsori oleh Saqina.comMukena Katun Jepang Nanida, Benoa Kreati, SandermDhofaro, dan Minikinizz
Dan memenangi Juara III

18 comments

  1. Lebaran x ni memang berasa "spesial" kaeena barengan sama tahun ajaran ya mak hehehhe.... sampe merelakan ga mudik karena banyak pengeluaran utk dana pendidikan. Nadia jg tahun ni ga bli baju baru yg thn kmr alhamdhulilah masih pas n dia jg ga nuntut harus baru.
    Tooss ahh ma kak alinga dan zaha.. pinter2 deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss Nadia...
      Alhamdulillah banget yaa pada ngertiin mereka.
      Liburan sekolah, tahun ajaran baru plus libur lebaran memang pasangan yang cucok hahahA

      Delete
  2. Hebat ih,, udah bisa punya konsep kalau lebaran gak mesti yang baru-baru,, padahal masih anak-anak :)

    ReplyDelete
  3. setuju mak...dan sejak kecil memang sudah harus diterapkan agar anak-anak mengerti benar yaa:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. diberi pemahaman sejak dini semoga bisa leih mudah mengerti dan membekas mak

      Delete
  4. yang penting rapi dan bersih ya mak :)

    ReplyDelete
  5. Ih...terrnyata sama ya dengan anak-anak saya, Lebaran kali ini lebih memilih membeli buku-buku dan peralatan sekolah. Tas sama sepatu malah pake yang lama. Bersyukur ya mba...diberi anak-anak yang pengertian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah mak... mrk bisa ngerti dengn kondisi yang ada. mdh2n sih jadi hal yang mrk terapkan terus kedepannya

      Delete
  6. saya juga sebenarnya tidak membiasakan berlebaran harus baju baru. Cuma karena anak-anak masih tumbuh kembang jadi mau gak mau harus ada baju baru karena yang lama sudah sempit. Tapi belinya setahun sekali. Biasanya saya pasin sama momen lebaran hehehe. Cuma memang lebaran tahun ini istimewa karena berbarengan sama tahun ajaran baru :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah saya biasanya suka membelikan baju satu ukuran diatas ukuran asli mereka mak, spy bisa lama kepakenya. jadi gak yang ngepas gt..krn mrk bakal cepet tumbuh

      Delete
  7. Saya juga lebaran gak (sempat) beli baju baru Mak. Cuma anak-anak saja, kan bajunya sudah sempit :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha..., ini kebetulan malah anak2 yang ga dibelikan baju baru mak. saya biasanya suka membelikan baju satu ukuran diatas ukuran asli mereka spy bisa lama kepakenya. jadi gak beliin yang ngepas gt..krn mrk mmg lg masa pertumbuhan jg

      Delete
  8. Masyaa Allah.

    Kesederhanaan itu indah.

    Jadi lebih dapat menikmati artinya bersyukur ya, Mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mudah2an jadi sikap mereka nih. Pelan2 diberi pemahaman spt itu mba

      Delete
  9. salam kenal mak ophi :D

    iya mak, taun ini setiap ketemu bunda-bunda yang diobrolin dekatnya lebaran dengan kebutuhan kenaikan kelas hihihi :) alhamdulilah juga ya, kalo anak-anak bisa mengerti dan belajar lebih sederhana lebaran kali ini...

    makasih yaa mak udah ikut #GiveAwayLebaran, sering2 main ke blogku yaa.

    =Dee=

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga...

      Hahaha isu hangat lebaran kali ini buat emak2 ya itu td pas bgt jatuhnya sm masa ajaran baru

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.