Eksotisme Sheki: Kota Kuno di Azerbaijan

Dari Baku (Ibukota Azerbaijan) menuju Sheki atau Shaki harus ditempuh dengan perjalanan darat yang cukup panjang. Jarak keduanya sekitar 300 km lebih. Tapi bagi yang punya waktu cukup lama di Azerbaijan tampaknya wajib menyempatkan diri mengunjungi kota tua yang sangat khas dan indah ini. Kota kecil di sebelah utara Azerbaijan ini berbatasan dengan Rusia. Di masa lalu Sheki merupakan salah satu kota yang dilalui oleh jalur sutra perdagangan dunia yang menghubungkan Dagestan (Rusia) dengan pegunungan Kaukakus.



Baku menuju Sheki ditempuh dengan perjalanan darat yang akan memperlihatkan kepada kita indahnya kota-kota di kaki pegunungan Kaukakus dengan salju abadi di puncaknya. Cuaca sangat dingin saat itu. Membuat kita malas keluar dari kendaraan meski hasrat ingin berphoto di beberapa spot sepanjang jalan demikian menggoda.

Baca: Destinasi Wisata Kota Baku Azerbaijan yang Cantik

Diri Baba Turbesi




Kami sempat berhenti beberapa kali di perjalanan. Pertama di sebuah monumen yang merupakan kuburan atau pemakaman tokoh yang dianggap suci yang disebut sebagai Diri Baba.  Diri Baba Mausoleum (Azerbaijan: Diri Baba mÉ™qbÉ™rÉ™si) - Mausoleum Sheikh Diri Baba, yang terletak di Qobustan (kota) Gobustan Rayon Azerbaijan. Terletak di seberang kuburan kuno - dalam perjalanan dari Baku ke Shamakhi.


Monumen unik ini serupa masjid. Mausoleum dua lantai dari abad ke-15. Sejak lama penduduk setempat percaya pada legenda bahwa seseorang yang suci bernama Diri Baba dimakamkan di sini dan tetap tidak bisa binasa. Namun, banyak legenda dan peristiwa mistik terkait dengan monumen ini. Itulah sebabnya makam menarik banyak peziarah dan orang yang ingin tahu sejak abad ke-17. Keunikan konstruksi adalah bahwa itu ditanamkan di tebing oleh arsitek.

Mausoleum berdiri menempel (tampak seperti menggantung) di sebuah tebing dari bukit bebatuan. Berbentuk  bujur sangkar yang terletak di tebing glyptic. Bangunan itu berlantai dua. Lantai pertama memiliki aula yang tertutupi oleh ogive, yang memiliki lorong menuju cungkup oktahedral dari ruang depan yang sempit. Rasanya hanya muat satu orang, hmm dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi atau besar. Tangga menuju aula lantai ke dua telah diukir di tebing. Kubah bulat dengan ujung runcing memiliki hiasan berhias ornamen tanaman.



Arsitektur Diri Baba Mausoleum tampak harmonis dengan lingkungan bangunan yang indah serta pemandangan dengan latar belakang bebatuan dan pepohonan hijau. Bangunan mausoleum adalah karya agung sekolah arsitektur Shirvan dan ciptaan seni master kuno yang indah. Monumen ini dilindungi oleh pemerintah Azerbaijan.

Masjid Juma' Shamakhi




Pemberhentian kedua sebuah Masjid yang sangat besar. di Jalan Nariman Narimanov St. tepatnya. Di Kota Shamakhi. 106 km dari ibu kota Baku, Shamakhi atau Samaxi, adalah sebuah distrik di Azerbaijan yang memiliki sejarah panjang perkembangan Islam di kawasan Kaukasus.

Masjid Juma' Samakhi, Masjid besar dan luas ini tampak dingin meski sangat memukau. Selain besar dan luas, bunga mawar yang sebagian tengah mekar di halaman Masjid membuatnya makin cantik. Meski sangat sepi namun tidak dapat melunturkan kesan monumental dari bangunan berwarna kream yang megah dan luas ini.



Sayapun kepo mencari tahu tentang sejarah dari Masjid ini. Dari beberapa sumber disebutkan bahwa Masjid ini peninggalan kekuasaan Daulah Bani Umayyah I dari abad ke-8.  Masjid Shamakhi dibangun pada  743-744 Masehi. Beberapa penelitian arkeologi megungkapkan, masjid ini merupakan bukti monumental kedaulatan Islam Dinasti Umayyah I yang telah mencapai kawasan Kaukasus. Juma demikian namanya disebabkan karena masjid ini menjadi pusat berkumpulnya umat Islam pada pelaksanaan shalat Jumat.

Kami berhenti karena selain memang Masjid ini salah satu spot wajib yang harus dikunjungi juga sekaligus menunaikan sholat yang kemudian kami jamak qashar untuk zhuhur dan ashar.  Kami mengambil air wudhu yang terasa sangat dingin dan membekukan anggota wudhu. Waktu Zhuhur sudah masuk tapi lazimnya masjid-masjid di Azerbaijan yang sepi. masjid ini juga sepi.



Saya sholat di bagian perempuan. Seorang nenek tua yang tengah membersihkan ruangan dan membawa sapu kemudian menyapa kami dan meminta sedekah. Ia adalah satu-satunya orang yang kami temui di Masjid yang sangat cantik ini. Sayangnya saya tidak mencoba masuk ke aula utama tempat para laki-laki sholat. Tapi saya bisa tetap melihat interior aula utama dari ruang perempuan. cantik dan memukau.



Masjid Shamakhi ini juga dianggap sebagai bangunan masjid pertama yang berdiri di kawasan Kaukasus. Salah satu peran penting bangunan masjid ini di antaranya menjadi bagian awal dari penyebaran Islam di kawasan Kaukasus serta Asia Tengah.



Masjid Juma Shamakhi pada awal berdirinya mengalami berkali-kali kehancuran akibat bencana alam dan perebutan kekuasaan. Setelah sekian lama hancur dan terbengkalai, terakhir Presiden keempat Republik Azerbaijan Ilham Aliyev memulai proyek pembangunan kembali pada 2009 hingga 2013.
Sejarah mencatat masjid ini setidaknya mengalami lima kali renovasi dan pemugaran. Setelah berdiri pada abad ke-8 oleh Dinasti Umayyah I, Masjid Juma Shamakhi mengalami penghancuran oleh raja Georgia pada 1123. Pada abad ke-17, Dinasti Safawid yang berkuasa di kawasan Persia hingga Kaukasus membangun kembali Masjid Juma Shamakhi. Dinasti Safawid mengubah banyak struktur bangunan masjid sehingga mengubah bentuk awal masjid. Pada abad ke-18 ketika wilayah Kaukasus-kini Azerbaijan di tangan Kekaisaran Rusia, Masjid Juma Shamakhi diguncang gempa yang meluluhlantakkan struktur bangunan masjid.

Rekonstruksi ketiga dilakukan pada 1860 untuk memperbaiki sebagian struktur yang hancur akibat gempa. Pada rekonstruksi ketiga, struktur dan desain bangunan masjid ditangani oleh arsitek Kaukasia Hajibbabeyov atas usul gambar arsitektur dari rancangan Pangeran Rusia, Yuri Gagarin. Pada 1902 bangunan Masjid Juma Shamakhi dipugar dan dibangun kembali untuk keempat kalinya.

Desain rekonstruksi masjid untuk yang keempat kalinya ini dipercayakan kepada arsitek lokal Kota Shamakhi, Ziverbey Ahmadbeyov. Kemegahan arsitektur dan eksterior masjid kemudian disempurnakan oleh Józef Ploko. Ia menambahkan kesan megah pada masjid, meniru Istana Shirvanshahs di Kota Baku. Ia juga menambahkan struktur kubah masjid yang besar, menara, dan balkon terbuka serta gaya paviliun yang luas.

Namun, ketika pengerjaan masjid belum sepenuhnya rampung dikerjakan, penghancuran masjid kembali terjadi. Penghancuran masjid dilakukan oleh milisi Armenia setelah pecah perang kemerdekaan dari Kekaisaran Rusia pada 1918 dan kerusuhan etnis dan agama terjadi di seluruh Federasi Kaukasia. Kondisi bangunan Masjid Juma Shamakhi yang hancur dan porak poranda ini terus dibiarkan hingga era Soviet.

Bahkan,ketika Uni Soviet runtuh dan Azerbaijan memperoleh kemerdekaannya pada 1991, masjid ini dibiarkan terbengkalai. Dalam perjalanannya, setelah hampir 20 tahun Azerbaijan merdeka, pada Desember 2009 Pemerintah Republik Azerbaijan melakukan pembangunan kembali Masjid Juma Shamakhi.

Di bawah Presiden keempat Republik Azerbaijan, Ilham Aliyev, pemugaran masjid yang kelima kalinya ini dilakukan secara besar-besaran hingga bentuk megahnya saat ini. Kini Masjid Juma Shamakhi telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Azerbaijan sebagai salah satu monumen bersejarah penting dalam penyebaran Islam di kawasan Kaukasus.
Sumber:  https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/05/24/p987ja313-masjid-samakhi-warisan-umayyah-di-kaukasus

Xan Bagi Ismayili Restaurant





Pemberhentian selanjutnya di sebuah rumah makan. Rumah makan dengan dua pilihan konsep. Makan di dalam ruangan-ruangan yang hangat atau taman terbuka. Restaurant  ini juga tidak begitu ramai. Kiranya musim dan cuaca yang sangat dingin membuat pengunjung tidak memilih waktu ini untuk berwisata ke sana. Namun sekali lagi rumah makan ini salah satu tempat yang wajib dikunjungi.


Terlebih jika cuaca lebih hangat. Suasana makan di kebun dengan bunga-bunga mawar yang bermekaran dilengkapi dengan pemandangan bukit-bukit dan pegunungan yang tidak kalah eksotis. What a perfect one.


Menunya? Hmm ini juga yang membuat saya memastikannya masuk dalam daftar rekomendasi. Meski makanan yang disajikan adalah menu khas Azerbaijan namun rupanya guide kami sengaja memesankan sup ayam hangat untuk menyambut kedatangan orang asia tenggara yang tidak pernah merasakan musim dingin.


Menu sangat lengkap diawali dengan semangkuk sop hangat dan roti tawar. Kemudian makanan utama  dan dilengkapi dengan beragam buah-buahan yang sangat cantik dan menggoda. teh hangat dan kue manis juga tersedia sebagai penutup. Saya sudah pernah ceritakan bagaimana kekhasan ritual makan ala Azerbaijan. Klik aja untuk baca selengkapnya.

Palace of Shaki Khan 

Shaki Khanate atau semacam kesultanan atau kerajaan Shaki merupakan penguasa di wilayah tersebut selama lebih dari 75 tahun di abad ke 18 dan 19. Kota Shaki merupakan ibukota Shaki Khanate yang menjalankan pemerintahan dari sebuah istana yang juga menjadi tempat tinggal Shaki Khans selama musim panas. Sheki merupakan cagar arsitektur Azerbaijan. Salah satu kota paling kuno yang terletak di kaki Gunung Kaukasus.


Benteng dan Istana Khan, dibangun antara abad ke-18 dan ke-20 terletak di pusat kota bersejarah Sheki. Struktur Istana terbuat dari kombinasi bata merah dengan batu merah dan tidak mengandung paku tunggal. Istana, menghadap ke Selatan, memiliki bingkai kisi dengan seperangkat shabaka berwarna-warni (mosaik tradisional).

Kami masuk ke dalam Istana dan mendapatkan penjelasan mengenai ruang-ruang di dalamnya. Bangunan dengan arsitektur yang sangat khas, unik, dengan hiasan yang sangat detail ini sayangnya tidak boleh diambil gambar kecuali dari bagian luar dan depannya. Bagian depan bangunan ini juga terdapat taman sederhana dengan pepohonan besar dan sudah tampak tua.


Kami juga diminta menanggalkan alas kaki sebelum memasuki istana. Aura klasik menyergap, bentuk yang unik dan motif hiasan dinding dan atap yang ramai, cantik, khas, dan detail seperti melempar kita ke beberapa abad ke belakang di negeri jauh.

Sheki Saray Hotel


Hotel bintang 4 dengan nuansa khas dan tampak agal oldies ini menjadi tempat kami berisitirahat selama satu malam di Sheki. Interior hotel yang sangat khas ini melengkapi suasana eksotisme Sheki. Penataan ruang lobby, lift, kamar, kamar mandi, restaurant tampaknya sengaja memberi kesan sebagai hunian bagi tamu di kota "tua" Sheki. Continental style.



Lokasinya sangat strategis berlatar belakang pegunungan Kaukakus yang anggun dan dekat dengan bus stop. Hanya saja menu sarapan bagi terhitung terbatas pilihannya. Para pelayan dan petugas hotel ramah namun tidak seattraktif mereka yang di Kota Baku.




Caravanserai dan Toko-toko Souvenir



Kota Sheki yang cantik juga menyisakan saksi perekonomian masa lalu di sana, Sheki terkenal memproduksi banyak kerajinan tangan yang unik dengan hiasan atau motif khas ala Asia Tnegah atau negara-negara Timur Tengah. Berbagai kerajinan dikembangkan di Sheki, seperti pandai besi, pembuatan senjata, tenun sutra, shabaka dekoratif dan artistik, karpet, barang perhiasan, sutra dan sulaman artistik. Gambaran ini bisa kita lihat dari deretan toko souvenir di sepanjang jalan batu yang tertata rapi, unik, dan memikat hati.


Deretan toko ini berada di bawah hotel Caravanserai. Hotel yang merupakan objek bersejarah di Sheki. Caravanserai adalah rombongan para pedagang yang melewati jalur sutra. Caravan ini pada masanya berhenti di Sheki dan bermukim di tempat yang kemudian menjadi salah satu hotel terbaik di Sheki ini, Hmm mungkin dari aspek historis ya.


Di sepanjang jalan ini ada banyak hotel-hotel juga Namun Sheki Caravanserai Hotel adalah yang paling unik, memorable, historical, dan akan sangat berkesan mengingat sejarah panjang yang melekat di sana. Bayangkan ada tidur di tempat di mana dulu para pedagang di jalur sutra (silk road) beristirahat dalam perjalanan niaga mereka. Caravanserai ini memang dibangun pada awal abad ke-19 untuk mengakomodasi para pelancong di Jalur Sutra.






Kamar-kamar di Karvansaray Hotel (sekarang secara resmi disebut Yukari Karavansarai Hotel) tentu tidak mewah, tetapi suasana dan auranya pasti menebus dan worth it untuk dicoba. Saya tidak tahu kenapa kami tidak menginap di sana. Tapi kami mengunjungi dan masuk melihat-lihat suasana di hotel ini. bentuknya yang unik dengan dinding baru bata tua memang tampak sangat dingin dan kuno. Suasana luar kamar justru lebih menyenangkan dengan taman di depan kamar. Melihat kamar-kamar yang berjajar terasa seperti bangsal kuno.

Sebetulnya ada satu destinasi yang tidak seharusnya kami lewatkan saat ke Sheki yakni Albanian Church namun hari sudah malam dan cuaca sangat dingin sehingga kami tidak sempat ke sana. karena gereja pasti sudah tutup dan mungkin kami hanya bisa berphoto di luar. Saya pikir kami akan mengunjunginya esok sebelum kembali ke Baku. Namun ternyata tidak.

Sheki sebetulnya butuh waktu sedikit lebih lama untuk dinikmati, kabarnya belakangan sering diadakan semacam festival kebudayaan juga di sini. Naah mungkin bagi yang ingin berkunjung lebih lama bisa disesuaikan dengan jadwal festival tersebut.




2 comments

  1. mengunjungi tempat tempat bersejarah memang membuat kita banyak belajar sekaligus merenung ya Ophi

    thanks for infonya, detail banget, semoga one day aku bisa ke sana

    ReplyDelete
  2. Aku pengen banget mba jalan-jalan ke luar negeri, apalagi negara asia barat seperti Azerbaijan atau ke Jordania. Tapi apa daya, kerjaan aku tidak memungkinkan libur panjang dalam setahun huhu

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.