Declutter Your Space: Sebuah Seni Menata Isi Ransel Emosi.

Undangan seminar online dari Teh Diah tentu saja tak ingin saya lewatkan karena materinya sangat "berisi". Kalau sudah membaca buku atau setidaknya mengikuti workshop Anger Manajemen, pasti sudah terbayang ya soal bagaimana mengelola atau menata ransel emosi.




Ransel Emosi? Apa tuh?

“Istilah yang mengacu pada kondisi psikologis seseorang yang membawa berbagai penghayatan emosi pada ragam kejadian, yang terjadi di masa lalu, masa kini, juga masa depan.

Nah seminar online di hari Sabtu lalu yang digawangi langsung oleh  Pak Dandi Birdy dan Teh Diah Mahmudah membahas salah satu bagian dari proses mengelola anger atau rasa marah, declutter your space. Dari judulnya saja sudah menarik banget kan ya? Bagaimana menata isi ransel emosi dengan membuang sampah-sampah emosi.

Apa itu Clutter?

Clutter is not  just stuff on your floor, it is anything that stand between you and the life you want to be living - Peter Walsh

Jadi Clutter itu bukan sekedar barang-barang yang berantakan di lantai. Clutter adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang antara dirimu dan kehidupan yang ingin kamu jalani. Dalem yaa...

Makanya bisa dipastikan bentuk clutter bukan hanya berupa barang fisik, namun juga data atau arsip digital. Bahkan untuk clutter yang bersifat mental bisa berupa kenangan atau ekspektasi. Keduanya kalau menimbun bakal memenuhi ransel emosi. Ransel yang akan membebani diri karena terasa berat dan menganggu.

Decluttering

Decluttering, Hmm ini juga mungkin sudah banyak yang memahami dan bahkan mempraktikkannya ya. Decluttering pada dasarnya memiliki arti "remove unecessary items from an untidy or overcrowded place".  Declutter artinya menyingkirkan barang-barang yang tidak dibutuhkan dan hanya menyimpan barang-barang yang memang dibutuhkan.

Nah sesuai dengan jenis dan bentuk clutter-nya maka metode untuk merapikannya atau declutter-nya juga disesuaikan tentunya. Barang-barang bisa di-declutter dengan metode “Five Box” (Keep, Repair, Donate, Recycle & Thrown away). Jadi simulasi sederhananya saat kita melakukan declutter atau beberes, kita siapkan 5 box dengan 5 kategori tersebut. 

Nah kita pilah setiap barang untuk kita masukkan ke dalam masing-masing box sesuai kategorinya. Metode lainnya misalnya “Packing Party”, dimana kita berpikir seolah-olah kita akan bepergian sehingga benar-benar hanya akan memilih barang-barang penting yang wajib dibawa saja. 

Metode “Buy 1, Give 2” juga bisa dipilih. Saat kita membeli 1 barang baru dan membawa ke rumah maka kita harus mendoansikan, memberi, atau mengeluarkan 2 barang lainnya dari rumah. Metode yang juga belakangan banyak disebut-sebut adalah metode KonMari. Metode KonMari pertama kali diperkenalan oleh pengarang buku The Life-Changing Magic of Tidying Up yaitu Marie Kondo. Cuss googling ya kalau mau tahu detailnya. 

Untuk data atau arisp digital bisa dilakukan dengan scanning atau defragment intinya bersihkan file storage di gadget kita dari sampah digital yang tidak perlu. Otomatis saya teringat PC di kantor yang luar biasa lemot gara-gara kepenuhan data dan program dan jarang didefrag. Upss... Nah untuk ransel emosi yang penuh dengan sampah kita bisa lakukan metode psikoterapi.

Baca juga: Anger Management - Self Healing Therapy

Konsep decluttering bukan hal baru namun manfaatnya bagi kesehatan makin sering dibicarakan akhir-akhir ini. Dan ternyata efek decluttering juga  pada akhirnya akan memberikan atau meningkatkan kesehatan jiwa/mental lho. Sebaliknya hoarding atau menumpuk barang yang tidak perlu bisa menimbulkan gangguan mental atau kejiwaan.

Beberapa pertanyaan awal yang menjadi refleksi kita semua. Semua punya jawaban personal terkait pertanyan ini, kira-kira jawabanmu apa untuk pertanyaan berikut?

  • “Kapan Anda terakhir beres-beres? Beres-beres apa? Apakah memakai cara/teknik tertentu?”
  • “Apa yang mendorong Anda beres-beres hal itu?”
  • “Perasaan setelah Anda beres-beres?”
  • “Hal apa yang biasanya menunda Anda untuk beres-beres? Apa akibat dari penundaan itu?
Well decluttering sendiri tidak sekedar beres-beres sebetulnya. Namun ada proses memilah dan memilih barang yang kemudian ternyata tidak kita butuhkan dan bisa kita singkirkan. Menata mana yang perlu, mana yang tidak perlu. Mana yang memang masih harus disimpan, mana yang seharusnya sudah direlakan. Bisa dibuang karena memang sudah tidak ada manfaatnya untuk disimpan atau bisa diberikan kepada orang lain, atau bahkan dijual? Seperti metode five box tadi.

Yang pasti kita sudah tidak perlu menyimpannya, apalagi kemudian menimbun tumpukan barang yang ternyata tidak kita perlukan.


Hoarding Disorder


Tanpa kita sadari kebiasaan menimbun barang-barang dengan alasan apapun ternyata bisa berujung pada hoarding disorder. Adakah kita sudah masuk pada kelompok si penimbun atau hoarder? Kita bisa mendeteksi tanda atau gejala dari "gangguan suka menimbun" ini dari beberapa indikasi berikut ini:

  • Menyimpan barang yang sering kali dianggap tidak bernilai seperti koran, majalah, kantung kertas dan plastik, boks karton, foto, peralatan rumah tangga, makanan, pakaian, dan lainnya. Mungkin kita semua pernah atau sedang menjalani kondisi seperti ini? Coba dicek lagi :)
  • Kesulitan mengorganisir barang dan membuat keputusan. Kenapa? karena bagi seorang hoarder, semua barang kepunyaannya dianggap bernilai dan mungkin akan digunakan di kemudian hari. Oleh karena itu, hoarder kesulitan untuk memilah barang mana yang perlu disimpan dan dibuang.
  • Sangat terikat dengan barang kepunyaannya. Alih-alih menyimpan barang yang penuh kenangan. Hoarder biasanya akan marah jika seseorang mencoba membuang dan merapikan barang-barangnya. Bahkan, hal sederhana seperti menyentuh atau memindahkan tumpukan barangnya bisa membuat seorang hoarder marah.
  • Memiliki kualitas hidup yang buruk. Barang yang menumpuk tanpa aturan juga tidak dapat dibersihkan sehingga menimbulkan masalah higienitas rumah yang buruk. Tentunya, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan. Selain itu hoarder juga dapat mengeluarkan dana terus-menerus untuk membeli berbagai barang sehingga bisa saja terlilit masalah keuangan. Duh sudah mulai menyeramkan ya kondisi yang ini. Hati-hati nih!
  • Memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga dan teman. Keluarga dan teman terdekat mungkin berusaha membantu hoarder untuk membereskan barang-barangnya. Namun hal ini malah menimbulkan masalah akibat keterikatan hoarder dengan barang-barang tersebut. Yang berusaha membantu jadi malas deh kalau malah dapat masalah dan jadi runyam kan.

Well ujung-ujungnya hoarder sangat rentan mengalami konflik sosial dengan orang di sekitarnya.

Penyebab hoarding disorder sendiri  adalah masalah psikologis, bisa karena trauma berupa kecemasan, kesepian, dan depresi yang mendalam. Bisa juga krean grieving: permasalahan psikologis karena
kehilangan orang yang disayangi. Namun juga bisa karena "hasil belajar"karena hoarder di tempat
tinggal kita. 



Beberapa prinsip yang kiranya penting untuk kita camkan agar bisa mengelola emosi dengan lebih baik adalah bahwa:
  • Setiap manusia mengalami kejadian di 3 masa: masa lalu, masa kini, dan masa depan.
  • Kejadian menyenangkan mudah diterima dan kejadian buruk tidak mudah diterima.
  • Setiap kejadian itu netral, yang membedakan adalah penghayatan seseorang pada kejadian. Penghayatan inilah yang akan mempengaruhi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ingat : 90/10 Principle (Steven Covey) !
  • Penghayatan ini ditentukan oleh kualitas kecerdasan emosi.“Apakah emosi yang mengendalikan diri atau diri yang mengendalikan emosi?”
Terkait dengan prinsip tersebut maka kita seharusnya fokus pada poin 3 tentang bagaimana kita mengelola diri kita dalam menyikapi, bereaksi, dan menghayati kejadian yang kita temui. Poin 1  dan 2 ada suatu kemestian. Kita semua memiliki masa lalu, masa kini, dan masa depan. Setiap kejadian akan datang baik senang maupun susah. 

Kita pasti mudah menerima kesenangan namun pasti sulit menghadapi peristiwa buruk. Yang perlu kita tempakan pada diri adalah kesadaran untuk menyikapi setiap kejadian/kondisi. Inilah apa yang disebut sebagai emotional quotient. 




Satu peristiwa yang sama dihadapi oleh dua orang dengan kualitas kecerdasan emosi yang berbeda bisa jadi disikapi secara berbeda. Bahkan menghadapi satu persoalan yang berulang, saat kondisi kelola emosi kita sedang baik, mungkin akan menyikapi sesuatu dengan lebih santuy ketimbang saat kita tengah penuh dengan sampah emosi.

Lalu bagaimana mengelola ransel emosi dan menatanya dari clutter yang tidak perlu? Kita perlu mengenali terlebih dahulu penyebab mental clutter.

  • Life stress: tekanan hidup yang bisa muncul dari pekerjaan, perubahan, aktivitas harian atau ekspektasi sosial. Well dari apapun yang kemudian membuat kita merasa stress.
  • Too much clutter: Rumah kita dipenuhi oleh barang tidak kita butuhkan. Pikiran kita dipenuhi oleh data yang tidak berguna. Waktu kita dipenuhi oleh distraksi yang “sepele”. Kondisi yang sungguh kontraproduktif. 
  • Too much choices: Terlalu banyak pilihan rentan menimbulkan internal konflik yang bisa memicu kecemasan, ketidakpuasan atau lamban membuat keputusan.
“Too much choices, too much conflict, too much energy consumption"
  • Negativity as reality: Reaktif, mudah panik dan terpantik untuk melihat sisi buruk dari suatu kejadian. Hal negatif dihayati sebagai kenyataan. Dalam bahasa agama bisa disebut sebagai su'udzon. 

Dalam seminar online ini, kami juga diajak mengecek level stress. Well, sahabat Mom of Trio juga bisa mencobanya. Cukup klik tautan "Skala Stres Holmes dan Rahe" ini  dan pilih jawaban ya untuk peristiwa yang terjadi pada diri kita dalam setahun terakhir. Masing-masing peristiwa ada nilainya. Peristiwa apa saja dan berapa nilai/scoring dari masing-masing peristiwa tersebut? Kurang lebih sebagai berikut: 

  • Kematian pasangan (100)
  • Perceraian (73)
  • Perpisahan pernikahan (65)
  • Jangka waktu penjara (63)
  • Kematian anggota keluarga dekat (63)
  • Cedera atau penyakit pribadi (53)
  • Pernikahan (50)
  • Dipecat saat bekerja (47)
  • Dipecat saat bekerja (47)
  • Pensiun (45)
  • Perubahan kesehatan anggota keluarga (44)
  • Kehamilan (40)
  • Kesulitan seks (39)
  • Keuntungan anggota keluarga baru (39)
  • Penyesuaian kembali bisnis (39)
  • Perubahan keadaan keuangan (38)
  • Kematian teman dekat (37)
  • Ubah ke jenis pekerjaan yang berbeda (36)
  • Perubahan jumlah pertengkaran dengan pasangan (35)
  • Hipotek atau pinjaman besar (31)
  • Penyitaan hipotek atau pinjaman (30)
  • Perubahan tanggung jawab di tempat kerja (29)
  • Putra atau putri meninggalkan rumah (29)
  • Kesulitan dengan mertua (29)
  • Prestasi pribadi yang luar biasa (28)
  • Pasangan mulai atau berhenti bekerja (26)
  • Memulai atau mengakhiri sekolah / perguruan tinggi (26)
  • Perubahan kondisi hidup (25)
  • Revisi kebiasaan pribadi (24)
  • Kesulitan dengan bos (23)
  • Perubahan jam kerja atau kondisi (20)
  • Perubahan tempat tinggal (20)
  • Perubahan di sekolah / perguruan tinggi (20)
  • Perubahan rekreasi (19)
  • Perubahan dalam kegiatan gereja (19)
  • Perubahan dalam kegiatan sosial (18)
  • Pinjaman atau hipotek moderat (17)
  • Perubahan kebiasaan tidur (16)
  • Perubahan jumlah kumpul keluarga (15)
  • Perubahan kebiasaan makan (15)
  • Liburan (13)
  • Natal (12)
  • Pelanggaran hukum ringan (11)
Nah kemudian klik hitung totalnya untuk mengetahui berapa score keseluruhan. Adapun scoringnya sebagai berikut:

11-149 You have only a low to moderate chance of becoming ill in the near future.
150-299 You have a moderate to high chance of becoming ill in the near future.
300-600 You have a high or very high risk of becoming ill in the near future.

Well, saya sendiri mendapat nilai 269, Hmm cukup tinggi dan memang punya resiko atau kemungkinan menderita stress karena beberapa peristiwa tersebut. Sahabat Mom of Trio sudah mencobanya? Berapa total score-nya?

Nah setelah tahu skala stress tentu kita kemudian bisa menentukan solusi apa yang akan kita pilih karena untuk mereka dengan skala stress yang cukup tinggi bisa jadi butuh bantuan ahli untuk membantu mengurai masalah dan menemukan solusinya.


Mengapa Ransel Emosi Penuh?

Secara garis besar ada dua penyebab kenapa ransel emosi kita penih dan membebani diri. Pertama, tanpa disadari melakukan tujuh paradigma keliru dalam memandang dan menyikapi emosi dan yang kedua kita tidak memiliki ilmu memproses emosi. Di sinilah pentingnya kita terus belajar dan menggali dari berbagai sumber yang saat ini sudah makin terbuka dan mudah bisa kita akses.

Nah terkait dengan 7 kekeliruan paradigma emosi ini dikupas di Buku Anger Manajement karya Pak Dandy dan Teh Diah, apa sajakah?
  • Tabu laki-laki menangis: Well hampir di kepala kita semua laki-laki yang menangis dianggap cengeng?
  • Mengalihkan VS mengalirkan: seharusnya emosi bukan dialihkan namun dialirkan. Pengalihan tidak pernah menyelesaikan masalah dan menuntaskan emosi.
  • Melupakan dan time will heal: Seolah dengan melupakan dan bergulirnya waktu luka akan sembuh dengan sendirinya. Tidak, harus ada upaya untuk menyembukan dan menyelesaikan.
  • Toxic positivity:  nasihat yang baik sangat bermanfaat, namun dalam konteks luka, emosi, dan masalah mental tetap harus diupayakan penyembuhan, pengaliran, dan penyelesaian. Jangan sampai setiap nasihat positif menjadi senjata untuk membendung emosi yang nyatakan kelak bisa meluap saat sudah tak mampu menampungnya.
  • Diam atau Lawan:  Diam sering diartikan sebagai wujud sabar dan melawan bentuk agresif. Pilihan ini kiranya bukan tindakan solutif. Seharusnya temukan solusi.
  • Aib meminta bantuan tentang perawatan kesehatan mental: Memangnya aku sakit jiwa harus ke psikolog atau psikiater? Hmm pikir ulang karena layaknya sakit fisik, sakit mental harus diobati. Saat membutuhkan ahli, maka tidaklah memalukan untuk meminta pertolongan ahli.
  • Marah itu tabu. Padahal marah adalah manusiawi emosi yang harus dialirkan. Yang penting adalah bagaimana cara kita mengalirkannya dengan tepat dan bijak.

Declutter, “Sebuah Seni Menata Isi Ransel Emosi”


Seperti sudah dibahas sebelumnya, decluttering adalaghberbagai upaya yang dilakukan seseorang untuk memproses penghalang-penghalang tersebut agar kualitas hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pada umumnya, orang tidak menyadari apa isi ransel emosinya. Yang ia rasakan adalah efek dari beratnya ransel emosi yang ia bawa kemana-mana.

Efek  yang ditimbulkan cukup "complicated" karena mempengaruhi hampir seluruh pola kehidupan kita baik pola tidur, pola makan, maupun pola relasi,  dan dapat menjadi pencetus munculnya penyakit/sakit psikosomatis.

Kondisi ini sayangnya sering disikapi secara keliru. Tindakan yang diambil biasanya adalah kita mencoba terus bertahan dan menguatkan diri sambil terus meyakinkan diri: “Saya baik-baik saja”. Tidak ada yang dilakukan terkait dengan kondisi mental kita.  Dianggap tidak ada masalah mental dan kita baik-naik saja. Faktanya kemudian kondisi ini makin memburuk. Ibaratnya kita mengubur sampah dan luka. Bukannya bikin tanah gembur seperti sampah organik tapi menyuburkan luka itu sendiri.


Selain doing nothing tindakan yang keliru yang justru sering kita lakukan adalah dengan "mengalihkan" alias flight. Padahal emosi ini tidak seharusnya dialihkan namun bagaimana caranya bisa dialirkan secara positif karena memang butuh untuk diekspresikan, disampaikan, dan dikeluarkan agar tidak memenuhi ransel emosi kita.


Alih-alih doing nothing atau mengalihkan dan tidak menyelesaikan persoalan. Tindakan solutif yang bisa dilakukan adalah dengan Self Healing Therapy. Tentu saja kita harus memiliki ilmu dan pengetahuan terlebih dahulu untuk bisa melakukan self healing therapy ini karena memang metode yang bisa dilakukan juga beragam. Kalau di buku Anger Manajemen atau Workshop Anger Manajemen dengan Daniah Care misalnya kita diajarkan dengan langsung mempraktikan metode tapping misalnya. Tentu kita bisa mencoba metode lain yang dirasa paling pas dengan kebutuhan kita.

Kita juga hakikatnya bisa meminta bantuan teman atau meminta bantuan professional. Iya dalam kasus-kasus tertentu atau bahkan jika kita mau sejak awal, kita bisa melakukannya dengan bantuan dari ahlinya. Mengapa? karena bersama professional luka dan efeknya bisa dikontrol dan dibantu dialirkan secara positif. Karena luapan emosi yang tidak terkontrol memang cenderung mudah meluap kepada pihak yang tidak bersalah. Anak-anak misalnya? 

Bertemu ahlinya artinya kita memang butuh keberanian untuk mengakui. Pada awalnya mungkin ini akan terasa berat, selain "gengsi" atau "malu", kita juga seperti mengorek luka lama. Namun demikian bantuan profesional biasanya menuntaskan hingga langkah akhir.

Manfaat Declutter

Manfaat melakukan declutter tidak hanya berpengaruh pada kesehatan  fisik dengan meningkatnya kualitas 4 P (Pola tidur, pola makan, pola relasi, dan psikosomatis yang lebih baik, namun juga mempengaruhi pikiran kita. Kualitas tidur kita akan membaik, pola makan akan kembali normal, dan pola relasi lebih terhubung sehinga psikosomatis bye bye!

Lebih jauh pikiran kita jauh lebih tenang. Kita akan sampai pada kondisi “Mindfulness”. InsyaAllah kita lebih tenang dan waras sehingga energi bisa diarahkan pada hal yang penting, produktif dan bermanfaat

Metoda Declutter

Pada seminar tersebut Teh Diah dan Pak Dandy mengenalkan setidaknya 3 metode yang bisa kita lakukan.

1. Task Oriented

  • Task Management yang Ditujukan untuk mengubah masalah aktual, dengan mempertimbangkan konsep Circle of Control & Circle of Concern.
Dalam metode task managemet, kita harus bisa memetakan persoalan kepada beberapa kategori sehingga pengambilan keputusan, sikap atau tindak lanjutnya disesuaikan dengan kategori tersebut. Persoalan dipetakan berdasakan kepentingan/penting tidaknya dan kegentingannya. Metode ini sering disebut sebagai Eisenhower Box.

Saya pernah mengulasnya dalam postingan tentang bagaimana mengupgrade time management skill. Silahkan dibaca untuk menambah referensi.

Penting dan Genting

Untuk persoalan yang penting dan genting maka ambil keputusan untuk melakukannya sekarang. Bagaimana jika kita tidak punya kapasitas? cari ilmunya dan sekaligus bagikan. Sedekah dan amal jariyah juga merupakan bentuk langkah yang bisa kita ambil segera saat memiliki perosalan yang penting dan genting untuk diselesaikan. Karena efek dari kedua hal ini insyaAllah bisa membuka dan mengurai persoalan hidup tersebut atas izin Allah. 

Penting tapi tidak genting

Untuk persoalan ini maka bisa mengambil keputusan dan membuat jadwal untuk penyelesaiannya. Again bukan tidak kita selesaikan tapi kita urutkan sesuai prioritas.

Tidak Penting namun Genting

Untuk persoalan ini kita bisa melakukan delegasi kepada yang kita anggap mampu melakukannya. Sebagai Ibu misalnya di rumah untuk tugas-tugas rumah yang tampak tidak penting namun harus dilakukan, kita bisa delegasikan misalnya kepada ART. 

Tidak Penting dan tidak Genting

Alih-alih menghabiskan energi, pikiran, dan waktu untuk persoalan yang tidak penting dan tidak genting, alangkah baiknya hapuskan dna hilangkan saja agar tak membebani.



2. Mind Oriented
  • Circle of Control  (care about) dan  Circle of Concern (do something). Metode ini secara sederhana adalah dengan memetakan mana persoalan yang merupakan tanggungjawab kita dan mana yang berada di luar area tanggung jawab kita. Mana yang kemudian harus kita pikirkan, kita perhatikan lalu kita tindaklanjuti dengan melakukan sestau dan mana yang sebetulnya itu di luar tanggung jawab kita sehingga kita tidak perlu repot memikirkan, memperhatikan, atau bahkan melakukan sesuatu terhadapnya.
Yang berada dalam area  tanggung jawab kita misalnya pemenenuhan kebutuhan kita, tingkah laku kita, reaksi kita terhadap sesuatu, kata-kata yang kita ucapkan, perkembangan kita, tindakan kita dan konsekuensi yang menyertainya, pilihan kita dan kesalahan yang pernah kita lakukan. Namun tindakan, perilaku, ucapan, kepercayaan, dan atau pilihan dan kesalahan orang lain bukanlah tanggung jawab kita.

3.  Emotional Oriented

  • Teknik Relaksasi (berbasis Body, Mind & Soul)
  • Anger Management bukanlah untuk mengubah masalah actual namun untuk mengubah respon kita pada masalah, dengan respon yang positif dan solutif.
Kedua metode ini merupakan sedikit dari yang bisa kita lakukan dan orientasinya tidak hanya pada penyelesaian masalah semata tapi pada pemulihan kesehatan mental kita.




Salam sehat Sahabat Mom of Trio, tetap semangat menjemput kesembuhan, kesehatan mental dan kebahagiaan kita.

IG: dandiah_consultant
FB: Dandiah & Associates HR Consultant
Email: marketing@dandiah.com dandibirdy@dandiah.com
Telp: 021 888 66 849
08121075029
088218295091


No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.