Hello, Goodbye! My Fourth Baby. I Love You, But He Loves You More




Beberapa hari belakangan, biasanya Pukul 07.15 aku tengah menanti KRL merapat ke Stasiun Sudimara. Tiga menit kemudian KRL datang dan merapat tepat di depan hidungku. Meski sudah puluhan tahun naik KRL tapi aku belum dapat berdiri tepat di depan pintu yang terbuka. Kadang harus bergeser sedikit untuk bisa mendapati pintunya.

Sekitar tiga minggu ke belakang di antara sesaknya pengguna KRL aku biasanya mendapatkan tempat duduk. "Misi Pak, tolong Ibu hamil." Alhamdulillah kemudian bisa duduk manis. Lalu membuka aplikasi dzikir pagi. Hingga pada kalimat tauhid, tasbih, tahmid, dan istighfar masing-masing 100 kali mataku memejam antara menikmati sisa kantuk dan lelah karena harus bangun sebelum shubuh dan menyiapkan semuanya sambil membuka aplikasi penghitung  biji tasbih dalam hitungan100 x 3. Biasanya saat itu posisi KRL sudah melaju dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Palmerah. 

Iya, sekitar 3 minggu setelah mendapatkan Pin berwarna pink: "Ibu Hamil, Jangan Biarkan aku Berdiri, aku memang mendapatkan prioritas untuk duduk dan melalui jalur khusus di stasiun. Tampaknya untuk minggu berikutnya tidak ada lagi privilege itu. Aku tidak berhak lagi mengenakan Pin pink yang membantuku mendapatkan jalur khusus dan tempat duduk selama beberapa hari belakangan di setiap jam sibuk berangkat dan pulang kantor.  

4 Oktober 2022

Pagi ini di jam yang sama. Aku duduk di samping bed memandangi sarapan yang disediakan Rumah Sakit. Meski tak berselera namun aku harus makan. Perut terasa lapar, pun pagi ini harus minum obat. Semalam Operasi alhamdulillah berjalan lancar. Pagi ini pemulihan dan insyaallah jika tak ada keluhan  bisa pulang hari ini juga. 

"Semangat!" Kataku pada diri sendiri. Memikirkan anak-anak dan rumah. Ka Zaha yang masih belum pulih benar dan masih galau dan hanya butuh Ibu di rumah. Paksi yang selalu make sure dengan seragam sekolah setiap pagi. Ka Alinga yang mau bekal buatan Ibu saja. Ah alhamdulillah punya rindu dan dirindukan. 

Biarlah yang pergi, menjadi kenangan indah. Harapan yang pernah hadir dan memberi sejuta rasa dalam warna kehidupan kami. We love you already nak. I do love you. 😢😢😢 anak ke empat Ibu Ophi.

Bersiap Pre Menopuose, Eh Malah Hamil!

5 September 2022, Pagi Hari.

Hari itu tepatnya aku dan suami mengetahui kehadirannya. Alarm pukul 04.00 berbunyi nyaring,  biasanya aku buru-buru ke kamar mandi sebelah kamar untuk kencing namun teringat test pack yang sehari sebelumnya aku minta untuk dibelikan suami. Buru-buru aku turun. "Di mana ya, Ayah nyimpennya.." Ups akhirnya ketemu juga. 

Test pack putih kuning itu tengah berdesakkan dengan plastik dan masker serta segala macam barang di laci. Tanpa jeda saya naik lagi ke kamar mandi dan membasahi salah satu ujungnya dengan urine. Tak sabar membersihkan diri. Dengan mata lekat langsung tertuju pada test pack berwarna putih tersebut. MasyaAllah garis dua.

Keluar kamar mandi saya terduduk dan tergugu. Bingung bagaimana menyikapinya. Suami saya tak kalah kaget. Kami berdua berpelukan. Saya menangis entah untuk apa. Mungkin galau dan bingung, meski ada perasaan takjub luar biasa. "What? kemarin tanggal 4 September aku baru saja ikut Fun Run 3K di kantor dan tidak terjadi apa-apa. Betapa kuat kamu nak! Hmm seperti kakak-kakakmu." MasyaAllah kalau Allah berkehendak, apalah kita ini. 

Rasa kaget, galau, bingung, dan amazed yang bercampur aduk bukan karena apa-apa, tapi karena kisah complicated di balik semua ini yang membuat semua terasa sangat "dadakan" macam tahu bulat.

Baca: Mengenang proses kelahiranmu Alinga Nasywa

23 Juni 2022

"Menstruasiku maju 13 hari dok. Bulan lalu tanggal 13, bulan ini tanggal 1 sudah menstruasi dan sampai hari ini masih keluar. Kenapa ya dok?" Aku memulai sesi konsultasi dengan dr Martina, Obgyn yang bertugas Yankes kantorku. Langsung dilakukan USG transvaginal dan terdeteksi ada kista sebesar sekitar 5 cm. Aku meminta dokter juga memastikan IUD/Spiralku. "Posisinya OK kok" kata dr Martina.

Saya juga cerita kalau berencana insyaAllah berangkat haji bulan awal Juli jika visa keluar sesuai rencana."Pendarahan ini mungkin efek pre-menopause juga bu. saya resepkan obat ini untuk menghentikan pendarahannya ya." Nanti dilanjutkan dengan obat KB untuk menghentikan menstruasi Ibu saat ibadah haji nanti. Untuk kistanya gak perlu dipikirkan dulu, nanti kita tes dengan Ca125 (cancer antigen 125) untuk memastikan apakah berbahaya atau tidak. Tapi nanti saja setelah ibu selesai ibadah. Ibu fokus saja ke ibadah Ibu."

Ternyata 3 hari meminum obat (primolut), pendarahan saya belum berhenti juga. Saya kembali ke dr Martina lalu diresepkan untuk minum microgynon 4x1= 4 hari, 3x1= 3 hari, 2x1=2 hari, 1x1 sepanjang sisa hari saya selama ibadah haji. 

Saya kemudian mendapatkan menstruasi pada tanggal 23 Juli 2022 dua hari sebelum kepulangan ke tanah air hingga 5 Agustus 2022. Perdarahan empat hari pertama tampak normal namun pada hari kelima hingga seterusnya pendarahan menjadi sangat banyak disertai dengan nyeri yang luar biasa.

Drama Per-IUD-an

12 Agustus 2022

Karena sulit mendapat jadwal Obgyn di Yankes kantor, akhirnya kuputuskan periksa ke Obgyn di RS terdekat. Niatnya memeriksakan kembali kista yang sudah terdeteksi sejak Juni lalu. Plus menstruasi di akhir Juli hingga awal Agustus yang cukup excessive dan nyeri yang luar biasa. Langsung dilakukan USG transvaginal.  Kista masih ada, posisi spiral masih OK. Tapi ada penebalan dinding rahim begitu kata dr Diana, Obgyn di RS Sari Asih sore itu. 

"Nah ini kalau dari medical record Ibu, Spiralnya sudah kadaluarsa ini. Seharusnya sudah diganti sejak 2020."

Duuh jadi dua tahun lamanya aku memakai IUD yang sudah kadaluarsa. Alhamdulillah aman dan tidak kebobolan, Ups. Tahun 2020 itu awal pandemi COVID 19, boro-boro inget mau ganti spiral. Suasana chaos banget kan waktu itu. Ke RS udah kayak mau masuk ke rumah hantu. Pun saya punya trauma soal pasang copot IUD. Sudah 3 kali pasang copot dan selalu ada drama. Mungkin karena saya tegang, selalu ada bleeding dan hampir pingsan setiap kali. Padahal cuma dalam hitungan menit beres. Makanya malas kalau memikirkan soal yang satu ini. 

Memberanikan diri supaya tidak harus bolak balik ke Obgyn, belum turun dari ranjang pasien saya katakan pada dr Diana. 

"Dok, kalau gitu sekalian saja dicopot ya dok spiralnya sekarang". 

"Oh gitu?" 

"Iya dok, sekalian aja". Jujur saya belum tentu punya keberanian lagi untuk menyengaja ke Obgyn lagi untuk mencopot IUD.

"Oke bu, kita ambil ya."

Ya Allah ya karim, padahal sudah dikuatkan hati namun ternyata aku gak kuat juga karena proses pencopotannya yang biasanya  tidak makan waktu lama, (3 kali pasang copot sebelumnya, tidak lebih dari 10 menit mulai dari copot hingga pasang yang baru) ternyata sudah hampir setengah jam dr Diana belum berhasil juga. Saya sudah istighfar berkali-kali, berdzikir, bahkan minta maaf karena harus agak menjerit karena sakit, ngilu, dan sangat tidak nyaman. MasyaAllah... saya gak bisa ceritakan seperti apa.

Akhirnya  dr. Diana menyerah. (Duuh setelah sekian lama dan demikian nyeri huhuhu..). 

"Bu ini saya gak berhasil ambil ya, gak tahu ini apakah talinya kependekan atau kenapa dari tadi saya coba gak dapet-dapet. Ibunya juga sudah kesakitan, saya ga bisa teruskan." 

"Nanti Ibu kembali aja ya di hari keempat menstruasi supaya lebih gampang proses pengambilannya karena rahimnya sedang terbuka. Nanti kalau diperlukan kita bisa photo posisi tepatnya dimana supaya bisa lebih mudah diambil."

Tak lama setelah saya turun dari kasur pasien, badan sudah serasa melayang dan rasa tak nyaman di sekujur tubuh. Saya kembali duduk di sebelah suami dan langsung pingsan. Laa haula wala quwwata illa billah.  Tahu-tahu sudah di UGD dan diberi oksigen. Kebetulan hari itu saya juga tengah berpuasa sunnah ayyamul bidh, sehingga terpaksa membatalkan puasa karena harus minum teh manis hangat untuk memulihkan kondisi. Duh IUD oh IUD, kenapa masih juga ada drama tentangmu hiks!

Baiklah tampaknya memang harus menunggu menstruasi berikutnya agar proses pencopotan bisa berjalan dengan lancar. Amiiin.

Bulan Agustus akan segera berakhir, saya sudah mulai curiga dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kalau hitungan normal tanggal 23 Agustus paling lambat saya sudah mendapatkan menstruasi. Hmm mungkin efek pre menopause bisa mundur dari biasanya. Namun memasuki awal September saya belum juga mendapatkan menstruasi dan terasa ada yang berbeda dari payudara. Pikiran saya entah kenapa langsung teringat masa-masa hamil muda dulu. Duh, kok kayak sedang hamil ya.


Saat akhirnya -mungkin agak terdengar di luar nalar-, saya meminta dibelikan test pack oleh Pak Suami. Usia 45 tahun, pre menopause, sedang menggunakan IUD (meski cek terakhir katanya sudah kadaluarsa). Namun naluriku berkata, aku harus memastikannya.  Benarkah feelingku yang mengatakan "jangan-jangan aku hamil".

Dan hasil test pack garis dua di pagi hari 5 September membuat aku gamang seharian itu. Hmm apakah test-nya yang salah? Tak sabar sepulang kantor kami langsung ke Obgyn RS Sari Asih kembali.




5 September 2022, Malam hari.

Tak mengantri lama, saya dan suami segera masuk ke ruang poli kebidanan. dr Diana tampak tanpa ekpresi mendengarkan penjelasan saya. 
"Jadi Ibu belum dipoto?" 
"Belum dok, karena waktu itu dokter bilang datang saja saat menstruasi hari ke 4 dan jika diperlukan nanti kita poto untuk lihat posisinya. Waktu itu kan isteri saya pingsan dok". Suami saya yang menjawab, karena saya juga khawatir menjawab tidak valid karena saat kejadian sudah kleyengan dan pingsan.

"Ya sudah, coba kita cek ya bu." 
" Iya ini Ibu lihat, ada kantung tempat calon bayi. Yang bulat kecil ini. Usianya sekitar 3 minggu." Jujur aku merasa gerakan alat USG yang dimasukkan dr Diana ke dalam rahim terasa sangat intens. 
"Hmm tapi ini gak terlihat spiralnya bu.." 
"Gak kelihatan di rahim Ibu.."

NAH LHO!

"Maksudnya gimana dok?"
"Saya juga gak yakin sih bu, tapi apa mungkin sudah jatuh tanpa Ibu sadari"
"Ibu merasa ada yang jatuh dari rahim mungkin pas pipis atau apa..."
"Waduh, gak pernah sih terasa gimana-gimana dok"
"Tapi saya rasa sudah copot itu bu, jatuh mungkin".
"Duuh kok bisa begitu dok..."
"Waktu terakhir kemarin yang gagal diambil itu dok, saya gak pernah merasakan hal yang aneh sih. Kayaknya ga ada yang jatuh atau memang saya gak merasa dok."
"Kalau ternyata belum copot atau jatuh gimana dok? bahayakah spiral ini untuk janin saya dan kehamilan saya?"
"Hmm enggak sih bu, gak akan membahayakan bayi-nya kok"
"Ini masalahnya, ya gak bisa kita apa-apain juga karena Ibu sudah terlanjur hamil."
"Kalau dari riwayat ibu, kan nanti pasti SC ya bu. cesar, jadi nanti di note saja pada saat operasi untuk sekalian mencari spiralnya dan mengambilnya. Kalau memang masih ada ya."
"Tapi kalaupun tidak ada, ya nanti setelah melahirkan bisa dicek lagi dengan poto/rontgen untuk memastikan posisinya."

Seperti ada lubang besar di dada saya. Entah rasanya apa. Cuma bisa mengingat Allah, Laa haula wala quwwata illa billah! mencoba setting positive mind dan mengharap yang terbaik.

"Ini saya beri Ibu vitamin ya, diminum sesuai petunjuk ya. Kita lihat nanti sebulan ke depan progressnya seperti apa."

Jujur saya masih gamang. Seperti diberi godam bertubi-tubi beberapa hari ini. Ingin limbung tapi alhamdulillah masih inget sama Yang Maha Baik. Ya sudah bismillah. Kita terima kita jalani. Sehat lahir sehat batin. "Semangat phi.." Batin saya.

"Bu, kalau ibu merasakan mulas seperti menstruasi dan terjadi pendarahan, langsung ke IGD ya."

Duh, maksudnya apa ya dok. Kenapa menutup pertemuan kami dengan kata-kata yang bikin semangat saya hampir berantakan lagi. Huhuhu!

8 September 2022


Sudah hampir dua jam saya menunggu. Jujur saya meninggalkan laptop yang menyala di ruangan di tengah zoom meeting sebuah rapat. "Ibu datang saja jam 10 ya. Gak usah ditelpon. Dokternya datang jam 10.an." Begitu kata petugas pendaftaran, saat pukul 08 lebih saya mendaftar untuk konsultasi ke Obgyn. Obgyn di Yankes hanya menerima maksimal 5 pasien per hari sehingga harus awal mendaftar supaya masuk kuota. Akhirnya jelang pukul 12.00 dr Martina sampai. Nama saya dipanggil pertama.

Saya memang ingin mendapatkan semacam second opinion plus memastikan soal kehamilan, kista, dan IUD tentunya. dr Martina tampak agak marah mendengar cerita saya. "Kok bisa gak keambil bu?" "Ya kenyataannya begitu dok, saya sampai pingsan karena hampir setengah jam tapi gak berhasil diambil." Lalu dilakukan USG transvaginal. Hasilnya kurang lebih sama, saya sudah hamil. Ada kantong calon rumah bayi dengan perkiraan usia 4 minggu. Kista mengecil sekitar 2 cm, dan tidak ditemukan spiral/IUD.

"Saya gak bisa bilang kalau spiralnya hilang ya bu." 
"Saya tulis di sini "TRANSLOKASI", saya gak yakin juga di mana posisinya sekarang."
"Kita gak bisa apa-apakan juga karena Ibu sudah hamil. Yang jelas ini nanti Ibu bakalan cesar kan ya, nanti jangan lupa di note soal spiral ini sekalian nanti dicek posisinya."
"Ya sudah, Ibu saya kasih penguat janin sama vitamin ya."
"Satu bulan lagi, kita cek lagi."

Meski tidak bicara secara gamblang kedua orang dokter ini memang secara tidak langsung memberi sinyal bahwa kehamilan di usia saya sama sekali bukan kehamilan yang ideal, unrecommended. Namun qadarullah, sayapun tak menyangka dan peristiwa yang melatarbelakanginya juga sudah cukup menjadi drama yang menguras pikiran dan perasaan.

Saya dan suami memilih untuk bismillah. Kalau Allah berikan kepercayaan dan amanah berarti Allah percaya kita bisa menerimanya. Concern terbesar kami tentu saja kondisi fisik saya yang secara medis memang sudah tidak ideal untuk hamil. Usia 45 tahun dengan pengalaman 3 kali operasi SC untuk proses bersalin dengan jarak sekitar 11 tahun dari kehamilan terkahir. Secara medis hamil di usia tersebut tidak hanya rentan bagi Ibu namun juga calon bayi. Namun bukan tidak ada, wanita yang hamil dan melahirkan dengan sehat dan bahagia dengan anak yang juga sehat di usia tersebut.

Tiba-tiba saya teringat dulu pada tahun 2018, saat itu saya baru memasuki usia 40 tahun dan entah mengapa terpikir untuk membuat polling ala-ala di media sosial tentang bagaimana pendapat teman-teman di lingkaran dunia maya saya menyikapi kehamilan di usia 40+. Qadarullah kemudian topik ini menjadi postingan blog. Hamil di Usia 40+, Yayy or Nayy! Duh kenapa kemudian kejadian ini terjadi ya. Saya langsung membaca kembali postingan tersebut untuk mendapatkan insight dan semangat. Yang penasaran seperti apa ulasannya silahkan dibaca ya.

Hidup adalah Kepingan Kejutan

"Bismillah, insyaAllah ini yang terbaik. Kita terima amanahNya. Yang paling penting kamu sehat, adek bayi juga sehat." Demikian suamiku berkali-kali meyakinkan. Akupun memutuskan untuk berhenti bertanya kenapa? Berhenti mempertanyakan bagaimana jika  A, B, C. Aku memutuskan untuk menerima bahkan semua kemungkinan terburuk sekalipun pasti bukan suatu kejadian yang kebetulan. Semua sudah Allah siapkan dan rencanakan. Meyakinkan diri bahwa rencana Allah adalah sebaik-baik rencana. Apapun Qada dan QadarNya adalah baik bagi seorang mukmin.



Lalu doa yang pertama kali kupanjatkan di setiap tahajjudku adalah agar Allah berikan kesehatan dan kesempurnaan untuk bayiku, Allah berikan kesehatan dan kesabaran untukku. Menjadikannya kelak anak sholih, pecinta Quran, penghafal Qur'an, pecinta Allah dan rasulnya, penyejuk hati kami orang tuanya. Dia adalah harapan baru, yang akan menjadi penceria dan penghangat keluarga kami.

Anak-anak terutama kedua anak gadis remajaku Ka Al dan ka Zaha yang kami ajak bicara tak lama setelah kami yakin bisa membagi kabar tersebut pada anak-anak. Mereka yang dulu selalu menolak keras jika dilempar topik/ide soal nambah adik. Akhirnya setelah percakapan intens. Ka Alinga, tampak luluh lebih dulu. Dia bilang, "ya udah gak papa. Ibu yang sehat, paling tidak adek aku ini nanti dibesarkan dan disiapkan sedemikian rupa agar bisa lebih baik dari kita bu." Nyatanya kemudian dia paling perhatian. "Ibu gak boleh makan junk food, ga boleh makan micin, makanan yang gak sehat." bla bla bla.

Ka Zaha masih syok dan belum bisa langsung menerima kenyataan. "Ibu serius, kenapa harus punya adek lagi. Paksi aja nakal kayak gitu." Hahaha dia sedang berada pada fase "tom & jerry" dengan adek bungsunya. Saya coba jelaskan dengan bahasa yang sederhana. Kami sama-sama menangis di depan meja makan. "Ya udah tapi jangan jadi adek yang nakal nanti bu..." :)


Dek Paksi belum kami libatkan karena saat dipancing-pancing soal ini, tampak menolak keras. Butuh waktu untuk kemudian di waktu yang lebih santai ku menjelaskan hal tersebut pada bungsu sholehku ini. Saat suasana hatinya tengah bagus, akhirnya ku sampaikan. 
"Jadi Adek eh Kakak udah gak boleh lagi smack down Ibu ya..ga boleh tindihin perut Ibu karena ada adeknya." 
Dia cengar cengir lalu mencolek perut saya. 
"Serius? Ini ada bayinya? Laki-laki atau perempuan?" serunya kocak! 
"Yah belum ketahuan cowok atau ceweknya. nanti kalau sudah besar perut Ibu." 
"Woh Oke! tapi Ibu maunya laki-laki atau perempuan?" 
"Apa aja boleh, karena kan Ibu sudah punya anak perempuan dan lelaki. Jadi yang mana aja Ibu mau."

Alhamdulillah waktu itu bisa komunikasi juga dengan Uni Dian yang punya kisah kehamilan di 45+  via WA dan sharing kondisiku. Sharing Uni juga menjadi penguat untuk aku meneguhkan rasa syukur dan yakinku akan kebaikan Sang Maha Baik. Jujur untuk sementara kami memang tidak mengabari yang lain mengingat masih terlalu dini dan rasanya masih capek kalau harus menceritakan bagaimana akhirnya hal ini terjadi.  Hanya beberapa orang terdekat yang akhirnya kuceritakan soal kehamilan ini. Bukan apa-apa, aku yakin ini hanya soal waktu.

Tak lama, saya kemudian segera mengurus PIN ibu hamil untuk kebutuhan naik KRL karena kerasnya hidup sungguh nyata saat harus berebutan di dalam gerbong yang penuh sesak di jam sibuk. Ngeriiii! Lain waktu akan kuceritakan di postingan yang lain tentang bagaimana cara mendapatkan PIN tersebut.

Jujur, cinta dan harapan itu tumbuh bahkan saat aku belum melihat fisiknya. Aku sudah mengajaknya berkomunikasi dan menjadikannya bagian dari diriku. Setiap aktifitas aku libatkan Ia. Aku mengganti dan menghentikan skincare yang sekiranya tidak aman untuk Ibu hamil. Berhenti mengurus anak ijo terutama mengurus media tanamnya, dan bahkan berjarak dengan Milus.  Merencanakan kamar kami nanti seperti apa, bahkan membeli celana hamil karena celanaku semua pas badan. Hari-hari yang padat dan melelahkan namun sepanjang beberapa hari anakku tampak baik-baik saja. MasyaAllah ku yakin ia kuat seperti kakak-kakaknya dulu.

30 September 2022

Minggu terakhir  Bulan September ini sungguh terasa padat. Minggu ini saya merasakan nyeri dan pegal di sekujur tubuh terutama kaki dan tangan. kepala juga sering sakit sebelah. Ada batuk juga. Selera makanpun agak terganggu. Malas makan dan ogah-ogahan ketemu menu tertentu yang biasanya saya santap tanpa masalah. Ku pikir karena memang tengah musim batuk flu saja.

Hari Jumat biasanya menjadi hari yang agak longgar, namun hingga waktunya pulang kami baru usai melaksanakan rapat koordinasi ZI untuk persiapan evaluasi di hari Senin.  Sebelum memutuskan pulang di jam yang sudah lewat, saya merasa perut terasa mulas. Lagi, karena tadi pagi juga saya merasakan mulas. Saya yakin karena salah makan jadi usus saya kurang siap dan protes begini.  

Saya memutuskan ke toilet dulu menyelesaikannya. Alangkah kaget karena di panty liner saya ada bercak darah merah muda. Tidak sedikit, meski juga tidak banyak. Sebelum sholat ashar tadi saya tidak sempat ke toilet, langsung wudhu dan sholat karena sudah ditunggu rapat sehingga belum melihat fakta tersebut. Saya agak lemas dan khawatir.

Sambil berjalan kaki menuju stasiun, suami berusaha menenangkan. Kita nanti ke dokter ya. Karena sudah sore kami sampai ke Stasiun Sudimara hari sudah mulai gelap. Suami melajukan motor kami lebih cepat mau langsung ke RS tapi saya kurang nyaman. Saya minta pulang saja, badan terasa sudah nyeri dan saya lemas. Nanti saja istirahat sebentar di rumah dulu kata saya. Jujur saya belum siap langsung ketemu dokter dan menghadapi kejutan berikutnya.

Sholat maghrib saya enggan bangkit, sibuk membuka gadget dan searching tentang "flek merah muda di kehamilan 6 minggu". Dulu saat hamil anak pertama saya juga mengalami flek, alhamdulillah Baby Al rupanya baby yang kuat. Dia bertahan hingga hari kelahirannya. Di awal kehamilan Baby Zaha juga gak kalah drama karena saat itu saya mengalami pendarahan berkepanjangan dan masih minum pil KB. saat periksa ke Obgyin ternyata saya tengah hamil Baby Zaha. MasyaAllah, alhamdulillah Ia juga kuat dan menangis saat kencang pada detik kelahirannya ke dunia. Saya optimis. 

Karena masih lelah, kami memutuskan ke dokter keeskoan harinya.

Source: @haloibu 

1 Oktober 2022

"Aku daftarkan kamu ke dokter yang lain ya." Suami prefer mencari Obgyn yang lain. Dia memilihnya dengan melihat profil mereka dari website rumah sakit. Saya pasrah saja. "Aku cuma malas kalau ketemu dokter baru harus menceritakan semua dari awal lagi. Capek!" Kataku agak ngambek. "Ya tapi gimana, aku gak mau kamu diperlakukan careless seperti itu kamu juga gak nyaman kan. Aku juga gak nyaman. Sudah kita cari dokter yang lain. "Apa boleh buat. Suami sudah berkeras, saya nurut saja. "Sudah ku daftarkan ke dr Nadia. Kita berangkat Jam 11 ya."

Ya seperti yang sudah saya duga. Saya harus kembali menceritakan dari A - Z. "Wah ceritanya cukup complicated ya bu. Ibu ini subur sekali ya indung telurnya, sudah usia 45 tahun tapi masih bisa hamil." "Tapi ini sudah usia yang secara medis agak mustahil ya bu bisa hamil". "Iya dok, saya juga sudah siap-siap pre menopouse, eh tapi ternyata seperti ini." " Ya udah bu, ayok kita periksa dulu ya."

Again USG transvaginal. "Iya bu, ini tidak ada IUD ya, biasanya posisinya di sini."

"Ini kantung calon bayi nah ini yang di tengah sel telur harusnya sih sudah ada tanda pertumbuhan ya bu, tapi ini tampaknya tidak berkembang. Kantung ini juga sepertinya tidak menempel di dinding rahim,."
"Lihat pak, ini seperti melayang-layang ya pak. Ini juga di sekitar kantung ada darah yang kelihatannya seperti mau luruh."

Saya merasa lemas. "Saya jelaskan ya bu, pak! silahkan Ibu turun dulu."

Di usia sekitar 6-8 minggu seharusnya sudah ada perkembangan atau pertumbuhan yang signifikan pada calon bayi tapi dokter melihat belum ada tanda tersebut dan juga kondisi di sekitar kantung yang juga tampak menngindikasikan kondisi yang kurang optimal. 

"Kita lihat dalam dua minggu ini ya bu, semua berjalan secara natural saja. Kita tunggu proses yang akan terjadi secara alamiah. Saya cukup yakin kalau ini calon bayinya tidak berkembang bu. Tapi kita tidak bisa lakukan apa-apa selain menunggu." 

"Lalu gimana dengan obat penguat kehamilan yang saya konsumsi dok?" Saya sebutkan merek obat yang diresepkan dr Martina juga vitamin-vitamin hamil lainnya. 
"Tolong dihentikan saja ya bu, kita lihat bagaimana kondisinya jika tidak ditopang obat penguat." "Jangan sampai ini bertahan hanya karena obat tersebut. Kalau vitamin hamil sih gak papa juga kalau masih mau Ibu minum karena kan itu vitamin."

"Jadi Ibu kembali 2 minggu lagi ya. Tapi kalau Ibu mengalami sakit perut seperti menstruasi dan keluar darah banyak termasuk jika ada gumpalan atau jaringan, Ibu langsung ke RS ya bu." 

Ah saya seperti kembali merasa ada lubang besar di hati saya. Sungguh saya belum siap kehilangan. Saya sudah jatuh sayang padanya yang dalam sebulan ini mewarnai hari-hari. Memberi harapan dan semangat baru. Membuatku merasa istimewa karena kehadirannya. Ya Allah bukan tidak ikhlash dengan ketentuanMu, hanya saja aku belum siap. Bolehkah aku menitipkan harap kembali kali ini.

2 Oktober 2022

Si Ibu "sok strong" ini harus menjalani keriwehan hari minggu. Hari ini ada tukang yang datang ke rumah untuk membereskan kebocoran di rumah yang sekian lama diabaikan pemiliknya. huft! Sementara itu aku juga  sudah janji dengan teman-teman kuliah S-1 untuk takziyah ke salah satu sahabat kami yang belum lama ditinggal suami tercintanya. Gak ada waktu lagi "aku harus pergi, "kataku. 

Faktanya saat itu aku juga harus mensubmit monthly report di logbook kampus merdeka. Paling lambat tanggal 2 memang bisa sampai tengah malam nanti, namun siang ini harus takziyah dan nanti malam rapat mingguan untuk persiapan kegiatan magang seminggu ke depannya. Duh it was so demanding. Perut yang sesekali terasa sakit aku abaikan karena kupikir toh tidak intens. Hanya sedikit terasa seperti ditusuk-tusuk halus. Mungkin secara psikologis semacam bentuk denial akan kenyataan yang mungkin terjadi dan telah didiagnosa dokter. 

Hampir pukul 11.00 saat akhirnya monthly report itu aku submit. Setelah menutup laptop bergegas aku mandi, merapikan diri dan langsung mengajak suami berangkat. Awalnya kami mau mengantarkan Ka Al ke sekolah untuk acara ulang tahun sekolahnya. Ups tapi preparationnya lamaa. Maklum anak gadis. "Kaa Ibu udah telat banget, Kakak naik gojek aja yaa. Nanti pulangnya aja dijemput." Meski agak ngambek dan kecewa akhirnya Kakak say yes! Kami langsung masuk tol di sebelah komplek berharap tidak terlalu telat.

"Pliss jangan bubar dulu, gw baru jalan. Langsung masuk tol sih, sekitar satu jam sampe kok." Janjian jam 10, jam 11 baru berangkat dari rumah di Ciputat ke daerah Kramat Jati. Helloww...! "InsyaAllah aku dateng kok, jam menyesuaikan ya. Lagi agak hectic hari ini." itu wa terakhirku karena bahkan sejak tadi tak sempat angkat telpon dan cek hp.

Alhamdulillah, menyempatkan diri silaturahim dan takziyah. Bertemu sabahat lama memang memberi energi tersendiri. Berpelukan erat, saling menangis, lalu tertawa bersama. ya Allah kemana ajaa aku selama ini. Ratusan purnama menghilang dari peredaran, hanya sesekali muncul di grup WA. Kangeeen, ternyata silaturahim itu perlu banget. Menghangatkan jiwa, bercengkrama dengan para sabahat yang sudah lama mengenal dan menjadi bagian dari sejarah kita.

Sementara itu ternyata, flek yang keluar tidak lagi berwarna pink namun berwarna merah. Masih kuabaikan! Masih berharap bahwa semua akan baik-baik saja.

Pukul 02.23 malam itu aku sudah tak bisa menahan diri, rasa mulas seperti menstruasi seperti pelan-pelan menyergap, terus hinga menjelang shubuh rasa mulas makin intens. Darah yang keluar juga makin banyak. Bahkan menjelang shubuh ada gumpalan yang serupa jaringan yang terasa keluar saat aku menapaki tangga menuju dapur untuk menyiapkan sarapan dan bekal anak-anak. Rutinitas Senin Ibu bekerja seperti biasanya.

Masih sok kuat aku tetap ke dapur dan menyiapkan semuanya. Memasak sup daging yang sudah kuracik-racik dari semalam dan membuat perkedel kentang untuk sarapan dan menu makan hari itu. Untuk bekal aku buatkan Puff pastry berisi smoked beef dan mayonaise. 

Rasa sakit semakin intens persis seperti rasa sakit saat aku menstruasi dengan excessive bleeding akhir Juli lalu. Meski sudah seperti cacing kepanasan aku berusaha tetap sadar diantara nyeri luar biasa. Rupanya begini rasanya kontraksi menjelang melahirkan. Tiga kali melahirkan anak secara sectio aku belum pernah merasakan kontraksi. 

Mandi secepat kilat lalu berganti baju, aku tak kuat lagi menahan nyeri aku minta diantar suami ke rumah sakit. "Aku gak kuat yah, aku gak bisa masuk kantor. Sakit banget, anter aku ke UGD nanti kamu boleh pulang dan berangkat kantor kalau aku sudah di RS." Ka Alinga yang biasanya berangkat diantar Ayahnya, kami pesankan gojek. Ka Zaha diantar tantenya dan Paksi kami tinggal karena menunggu diantar Omnya.

06.45 kami melaju menuju UGD. Nyatanya aku benar-benar gak berdaya, setelah menunggu cukup lama dari proses  pendaftaran hingga diperiksa oleh dokter jaga. Finally aku langsung diantarkan ke lantai tempat kamar bersalin dan perawatan bayi. Menunggu di ruang tindakan sambil menahan nyeri yang tak kunjung reda. Bidan akhirnya datang memeriksa dalam, mengecek apakah ada bukaan dan menunggu jam praktik dokter kandungan. Tak berapa lama suami diminta melakukan pendaftaran untuk proses masuk ruang perawatan.

Menunggu terasa lama apalagi sambil menahan nyeri kontraksi. Namun semua yang harus diputuskan terasa begitu cepat tanpa ada waktu untuk berpikir apalagi memilih. Saat akhirnya sekitar pukul 10.30 aku diantarkan ke ruang praktik dr Nadia. Kembali dilakukan cek dalam, aku ditanya apakah sudah siap untuk dilakukan proses kuratase? Aku masih terkaget-kaget. Secepat ini kah? Ibu kapan terakhir makan? Aku makan sesuap nasi dan sup tadi pagi sebelum berangkat ke rumah sakit sekedar menyimpan energi eh tapi ternyata saat menunggu di ruang tindakan dan perut terasa perih aku mengunyah 2 potong kecil fit bar. 

"Woh, ya gak bisa siang ini berarti, karena Ibu harus puasa minimal 6 jam. Kalau begitu, Ibu nanti makan siang aja ya terus nanti puasa sampai kita lakukan tindakan ya. Kita operasi pukul 07.00 atau 08.00 ya nanti malam." Masih merasanya nyeri yang belum pernah kurasakan di kehamilan sebelumnya dengan polos aku bertanya. "Dok, nanti saat operasi saya sadar gak?". "Enggak bu, nanti Ibu dibius total". "Owh..."

Tiga kali operasi sectio aku hanya dibius lokal namun tetap sadar sepanjang proses operasi. Hmm meski tanpa tindakan sayatan, dilatase dan kuratase mengharuskan pasien dibius total. Dalam hati aku bersyukur karena mendengar proses ini bahkan lebih sakit daripada melahirkan biasa. Teringat sakitnya proses pengambilan IUD yang gagal sampai pingsan, apalagi proses ini. Hari ini sudah dua kali dicek dalam, rasanya nano-nano, tapi agak terdistraksi oleh nyeri kontraksi sejak semalam. 

"Ibu sekarang kembali ke ruang perawatan nanti diambil darah, diberi obat untuk merangsang bukaan, dan setelah makan siang puasa ya. Kita operasi jam 07.00 ya."

Hello, Goodbye Nak!

3 Oktober 2022


Mungkin kamu belum sepenuhnya ada nak. Kamu belum ditiupkan nyawa di usia 6-8 minggu ini. Namun cinta sebelum kehadiran itu nyata adanya. Mungkin kamu juga hakikatnya telah pergi sejak malam pendarahan terjadi dan gumpalan-gumpalan jaringan itu keluar. Namun Ibu butuh waktu untuk siap mengakuinya nak. Setidaknya menunggu sampai pukul 07.00 nanti malam memberi waktu buat Ibu untuk berbicara pada diri Ibu sendiri dan menenangkan diri bahwa lagi-lagi, Qada dan Qadar Allah adalah baik bagi seorang mukmin. Cukup imani saja setiap kejadian sebagai bagian dari rencana baik Allah.

Proses menunggu hingga pukul 07.00 malam bukanlah masa yang menyenangkan. Sejak bidan memasukan obat pervaginal dan kemudian mulai muncul reaksinya. Rasa nyeri kontraksi semakin intens. Persis seperti para Ibu yang akan melahirkan secara normal yang tengah menunggu bukaan dan merasakan kontraksi demi kontraksi. 

"MasyaAllah beginilah rasanya ya nak. Tiga kali Ibu melahirkan kakak-kakakmu tak pernah Ibu mengenal kontraksi dan bukaan. Hanya beberapa menit kontraksi palsu di usia 7 bulan kehamilan Ka Alinga dulu. Yang ternyata itu tidak ada apa-apanya."
"Balik kanan balik kiri, menepuk-nepuk sendiri pantat Ibu untuk mengalihkan rasa nyeri. Ibu tetap sholat semenjak pendarahan kemarin nak. Karena pendarahan pada proses keguguran di usia sebelum 40-80 hari masih masuk kategori darah ishtihadoh, bukan nifas. Ibu juga baru searching sejak kejadian pendarahan kemarin. Ibu gak mau tinggal sholat pastinya nak."
"Ibu sesekali minta Ayah mengelus punggung dan menepuk pantat Ibu juga. Sambil Ibu berisitighfar dan berdzikir. Saat sudah merasa lelah, ingin memejam. Ibu minta dinyalakan surat Ar Rahman diulang beberapa kali."
"Ibu menyayangimu, seperti doa-doa baik yang Ibu panjatkan untukmu saat duduk tahiyyat akhir setiap sholat, seperti doa-doa dalam tahajjud Ibu belakangan ini. Namun Allah lebih menyayangimu nak. Allah tahu yang terbaik untuk Ibu dan untukmu. Maka insyaAllah, Ibu ikhlash dengan semua ini. Jika sesekali Ibu masih menangis saat mengenangmu, itu karena Ibu hanya butuh waktu nak. Ibu percaya -time heals."
I Love you already, we love you...but He loves you more.

Soal IUD yang entah di mana, Allahu 'a'lam. Biarlah nanti jadi urusan berikutnya. 

2 comments

  1. Mba ophi..ikut sediiih banget bacanya 🤗. Yang sabar dan kuat ya mba. Kita memang ga akan pernah tahu ketentuan dari Allah. Tapi selalu percaya bahwa memang itu yg terbaik dari Nya.

    Baca part ttg IUD, aku ikut ngiluuuu, Krn pernah ngerasain. Iud ku pun telat 2 tahun, untungnya ga bikin hamil. Tapiiii aku jadi keputihan bbrp kali. Waktu itu mikirnya Krn stress. Krn aku mikirnya iud ku 8 THN, ternyata 5 🤣. Perasaan minta yg 8 THN 😅.

    Trus pas buka, drama jugaaa. Susaaaaah bangeet, padahal aku udh datang pas sedang haid, supaya lebih lembek dinding rahim. 2x buka spiral selalu lancar dan kurang dari 5 menit. Kali ini 20 menitan Krn kata dokter susah banget. Baru kali itu ngalamin ngilu yg banget2. Aku kapok telat buka spiral 😂..

    ReplyDelete
  2. Peluk kak opiiiii. Peluk erat.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.