Tersiram Minyak Panas
Pengalaman selalu menjadi guru terbaik. Bahkan pengalaman buruk sekalipun. Sebagai Ibu bekerja yang setiap hari ke dapur untuk memasak terutama di pagi hari, resiko tersayat pisau atau terpercik minyak panas sudah dianggap biasa sih. Pun gak sekali dua kali mengalami hal tersebut. Nah hanya saja pengalaman kali ini memang tampaknya yang paling parah untuk saya. Luka bakar di tangan akibat terkena minyak goreng panas cukup luas dan tampaknya agak dalam dengan derajat luka cukup lumayan.
Pagi itu saya agak panik karena pada hari itu ada ada acara cukup besar. Unit eselon I kami ada mengadakan serangkaian acara yakni MoU, FGD, dan launching new website dan logo. Kebetulan salah satu mitra yang akan MoU adalah dari Korea Selatan yakni Korea Legislative Research Institute/KLRI. Untuk konteks kegiatan tersebut saya diberi tanggung jawab untuk menyiapkan Draf MoU dan berkomunikasi dengan pihak KLRI termasuk surat menyurat, rundown dan hal teknis lainnya. Komunikasi intenstif yang ditugasi kepada saya baru dilakukan sehari sebelum hari H.
Qadarullah, kehectican pagi itu bertambah dengan kejadian terbakarnya area tangan kanan saya oleh minyak panas. Waktu saya tengah menggoreng tahu. Qadarullah wajan licin dan bergeser sehingga minyak panas muncrat.
Karena cukup banyak dan sangat panas bahkan saya berteriak karena kaget. Berusaha tenang karena sebetulnya hal ini sering juga dialami. Hmm ternyata kali ini berbeda, rasa panasnya menyengat dan terasa lama. Bagian kulit yang terkena minyak juga cukup luas (dibandingkan kejadian serupa sebelumnya saya alami).
Berusaha tenang, saya siram luka dengan air mengalir. Namun karena saya dikejar waktu dan masak harus berlanjut, saya agak menepiskan rasa panas dan sakit. Tapi karena masih berinteraksi dengan panas api dan minyak, rasa terbakar makin menjadi saat saya mendekat ke arah api dan minyak. Dulu biasanya luka bakar seperti ini saya olesi dengan odol. Hmm tapi saat itu saya langsung berpikir, tidak nanti makin panas rasanya.
Baca juga: Si Kecil Terluka? Tetap Tenang dan Lakukan ini
Entah ide dari mana (katanya pernah baca di mana gitu), suami menyarankan menempelkan kulit pisang di atas luka bakar. Karena tidak terpikir cara lain dan tak tahan panasnya, sayapun mengikuti saran tersebut. Kebetulan ada pisang di meja makan. Kulitnya dibuka dan ditempelkan di atas luka. Rasanya memang dingin namun karena saya terus bergerak kulit pisang ini lama-lama jatuh. Saya terus ganti dengan kulit pisang yang lain karena jujur, ada efek calming dan dingin.
Singkat cerita usai memasak saya mandi dan bersiap ke kantor. Luka bakar saya biarkan terbuka begitu saja karena posisinya pun di bagian bawah ibu jari dan mengenai bagian telapak tangan juga. Jujur rasa panas masih terasa bahkan di beberapa jam pertama meski luka tampaknya tidak parah. Secara visual yang terlihat hanyalah kulit yang melepuh. Rasa panas terbakar di balik kulit yang melepuh hanya saya yang rasakan.
Stay Cool Meski Ada Rasa Panas Terbakar
Gak mau drama saya tetap berangkat ke kantor dan berusaha tepat waktu karena pagi ini saya PIC untuk komunikasi teknis dengan Ms Hyun, salah satu researcher dari KLRI yang sejak sebelumnya kami sudah komunikasi via WhatsApp. Kalau saja tidak ada kegiatan yang bisa ditinggalkan di pagi itu, pasti saya sempatkan dulu ke Pelayanan Kesahatan/Yankes di kantor.
Sebelum acara, saya bolak balik memastikan posisi delegasi Korea dan proses mereka memasuki area kantor kami. Kini akses ke kantor menjadi jauh lebih ketat. Meski sejak sehari sebelumnya telah dikomunikasikan kepada Pamdal nomor dan jenis kendaraan yang digunakan oleh delegasi Korea, namun kadang ada hal-hal tak terduga di lapangan yang belum terantisipasi namun harus disikapi dengan cepat dan tanggap.
![]() |
Alhamdulillah kegiatan lancar, stay calm & cool meski luka terasa panas |
Long short story, pagi itu kegiatan berlangsung dengan lancar dan sukses alhamdulillah. Saya mengabaikan luka bakar di tangan dan tetap berusaha profesional dan tenang meski rasa terbakar/panas belum kunjung reda. Acara selesai menyusul break makan siang dan sholat. Saya kembali ke ruangan dan Ishoma sejenak. Usai break saya memang berniat langsung ke Yankes. Setelah sholat saya amati tampak ada gelembung-gelembung kecil di area luka. Hmm fix ini harus segera ditangani sama ahlinya. Bergegas saya ke Yankes.
Baca: Waspada Bahaya Racun Tomcat!
Akhirnya ke Yankes
Alhamdulillah meski antri, namun tidak terlalu lama. Seperti dugaan saya, dokter langsung bilang. "kenapa gak dari pagi langsung dibawa ke sini.",
" Iya dok dari tadi pagi ada kegiatan gak bisa ditinggal".
"Nah ini saya rujuk ke ruang UGD ya untuk ditangani perawatan lukanya."
Tak lama saya ke ruang UGD atau ruang tindakan setelah antri beberapa pasien lain.
Setelah menanyakan beberapa hal, perawat mengobservasi luka saya. Dokter menghampiri dan mengawasi.
"Ibu gak langsung ke sini ya tadi?" " Rasanya gimana bu?"
"Iya ada kegiatan yang gak bisa ditinggal." "Ini masih terasa panas, terbakar sih."
"Kenapa sampe kena minyak panas gini bu?"
"Tadi penggorengannya agak slip juga sih"
"Tadi ibu kasih apa lukanya?"
"Pas kena minyak, langsung saya cuci dok". "Trus karena rasanya panas banget, saya kasih kulit pisang." "Katanya bisa bikin adem dok." "Pernah juga kena minyak panas ini sebelumnya, diolesi odol dok" "Tapi tadi enggak, karena saya pikir malah nanti panas."
"Jangan bu, jangan dikasih odol atau apapun." "Nanti malah memicu infeksi"
"Harusnya gimana ya dok, soalnya kan panas banget, kayak dagingnya terbakar gitu."
"Iya dialiri air dingin aja bu, atau bisa juga dikompres air es, atau kasih es batu untuk menghentikan efek terbakarnya."
"Jangan dikasih macam-macam". "Ini benar Ibu gak kasih apa-apa lagi? Minyak atau cream?"
"Oh iya dok tadi pas sebelum berangkas saya olesi tender care yang dari Oriflame." "soalnya panas banget dok."
"Oh yang untuk bibir dankulit kering ya bu?"
"Iya itu kan alami ya kandungannya, jadi saya pikir aman, untuk mengurangi rasa terbakar sih dok."
"Dok ini, ada beberapa spot yang kelihatannya menggelembung" Kata suster.
"Iya, makanya ditutup aja. Jangan sampai pecah."
Dokter jaga meminta perawat untuk membersihkan luka saya. Lalu mengoleskan salep. Sayangnya saya lupa namanya. Lalu luka ditutup dengan semacam perban tahan air dan ditutup kembali dengan plester plastik.
"Ini ditutup dengan plester tahan air ya bu, tapi kemungkinan air bisa tetap masuk. Ibu gak alergi plester kan?"
"Rasanya sih enggak sus".
Saya tak yakin karena memang jarang berurusan dengan hal seperti ini.
"Ya udah bu itu saja, ini saya resepkan vitamin ya bu biar membantu pemulihan luka Ibu". "Nanti ibu kembali hari Jumat ya untuk membuka plester dan melihat perkembangan lukanya."
FYI, kejadiannya hari Rabu. Jadi saya harus menunggu satu hari sebelum kembali untuk membuka plester dan mengecek luka.
"Baik dok, terimakasih".
Saya pun menunggu antrian di apotik. Ternyata selain vitamin untuk luka dari dokter jaga, dokter yang pertama meresepkan salep oles juga untuk luka bakarnya. Salepnya Burnazin, Vitaminnya Labumin.
Belajar dari kejadian yang saya alami dan apa yang disampaikan dokter ternyata masih ada beberapa hal yang keliru yang saya lakukan sebagai pertolongan pertama menghadapi luka bakar karena tersiram minyak panas. Nah based on penjelasan dari dokter dan literature yang saya baca kurang lebih seperti ini ya penanganan pertama pada luka bakar karena minyak panas.
Baca juga: Support Aktivitas Anak tanpa Khawatir Lebam
Tips Penanganan Pertama Luka Bakar Tersiram Minyak Panas
Luka bakar yang saya alami termasuk kategori level 2, jadi ga ringan tapi juga ga berat. Sedang-sedang saja. Jadi ternyata leveling luka bakar berdasarkan derajat keparahan itu ada 3 ya gais.
Level I (Satu)
Luka bakar hanya mengenai lapisan kulit terluar atau epidermis merupakan luka tingkat satu (superfisial). Kondisi ini biasanya ditandai dengan kulit kemerahan serta bengkak dan kulit terasa tidak nyaman.
Level II (Dua)
Penyebab pada tingkat ini adalah kecelakaan yang mengenai lapisan kulit terluar kemudian terluka serta mengganggu lapisan kulit berikutnya. Selain ditandai dengan kemerahan, biasanya ada gelembung berisi air yang terasa sakit oleh penderita.
Level III (Tiga)
Luka bakar tingkat tiga menembus tulang bahkan organ tubuh. Tanda fisiknya kulit menghitam, pucat, serta kering. Yang berbeda dari derajat ketiga ini adalah tidak terasanya sakit oleh penderita.
Nah bagaimana tips penanganan awal terkena minyak panas dan menimbulkan luka bakar.
- Jangan panik, siram luka dengan air mengalir selama beberapa saat bisa 10-20 menit.
Jadi kemarin aku memang langsung siram tapi cuma sebentar aja jadi ya gak maksimal, malahan lanjut masak lagi ya terpapar panas lagi. Makin terasa panas dan terbakar lah rasanya itu luka. Menyiram luka bakar dengan air memang fungsinya untuk mendinginkan luka dan menghentikan penyebaran panas di kulit serta mengurangi rasa sakit. Cara ini juga dapat mengurangi keparahan luka bakar dan mempercepat penyembuhan. Langkah ini penting banget Jadi jangan skip yaa! wajib dilakukan dan jangan cuma sebentar.
Dokter di UGD sih bilang bisa dibantu dengan memberi air es atau es batu. Tapi aku baca di beberapa literatur malah gak boleh gais. Kenapa? Suhu dingin dari es batu mengecilkan pembuluh darah, menyebabkan aliran darah berkurang dan membuat luka sukar sembuh. Nah aku no comment sih karena gak tahu juga ini dasar ilmiahnya bagaimana. Jadi it ups to you ya gais.
- Jangan menggunakan mentega, odol, kecap, atau apapun (termasuk kulit pisang :D) untuk mengobati luka bakar.
Bahan-bahan ini ternyata dapat memperparah kondisi kulit karena beresiko menyebabkan luka makin lepuh dan mengalami infeksi.
- Tutup luka bakar
Jika posisi luka, berpotensi tergores atau terkena baju atau apapun yang bisa menyebabkan luka lanjutan. Tutupi area kulit yang tersiram minyak panas dengan kasa atau perban steril guna mencegah infeksi dan mengurangi rasa sakit. Jika kamu sudah punya obat oles luka bakar bisa diberikan obat oles luka dulu sebelum ditutup ya. Kalau belum punya, tutup saja dulu saat hendak dibersihkan kembali dan sudah ada obat oles lakukan pemberian obat oles untuk perawatan.
- Hindari memecahkan gelembung pada luka bakar.
Jika ada bagian yang menggelembung, usahakan agar tidak sampai pecah atau sengaja dipecahkan. Biarkan gelembung ini pecah sendiri.
Baca juga: Friday Night Accident, Akhirnya Harus Dijahit
Perawatan Luka dan Proses Pemulihan
Nah setelah mendapat penanganan yang tepat dari dokter di UGD saya merasa lebih tenang meskipun rasa terbakar masih ada. Luka yang ditutup juga sebetulnya mengurangi kekhawatiran saya akan pecahnya gelembung pada luka dan robeknya kulit bagian luka yang terbakar.
Oh ya untuk yang lukanya parah, bisa mengasup obat pereda nyeri atau paracetamol juga untuk mengurangi rasa sakit ya. Untuk kasus saya karena termasuk yang tidak terlalu berat dokter tidak berikan obat pereda nyeri.
Namun jujur saya merasa kurang nyaman dengen plester anti air yang terpasang di atas luka. Karena tangan kanan saya tetap aktif dan bekerja. Saya juga wudhu dan sholat seperti biasa. Plester plastiknya bergeser dan terbuka sendiri. Air juga tetap ada yang masuk. Saya juga merasa ada sedikit clekit-clekit seperti gatal di bawah kulit. Hiks rasanya saya tak bisa menunggu satu hari lagi untuk membuka plester di hari Jumat.
Hari ke dua, yakni Hari Kamis plester saya buka sendiri. Bandel ya! padahal tinggal tunggu sehari lagi menahan rasa tidak nyaman dan celekit-celekit. Saya lihat kondisi luka cukup baik sehingga saya cukup percaya diri untuk bisa merawat sendiri. Hari Jum'at karena kesibukan dan toh plester sudah saya buka, saya tidak kembali ke Yankes. Again agak bandel yaa. Jangan ditiru ya gais. Tapi justru karena tidak kembali ke dokter saya patuh meminum vitamin untuk luka dan rajin mengoleskan salep untuk lukanya.
Memang untuk perawatan luka, jika luka masih ditutup maka setidaknya dua kali dalam satu hari luka dibuka untuk dicek dan dibersihkan. Dioles salep luka lalu ditutup kembali.
Alhamdulillah meskipun masih ada gelembung dan berpindah-pindah namun kondisi luka cukup terjaga. Saya memastikan gelembung tidak pecah atau robek. Kalau sampai terjadi pasti saya kembali ke dokter. Oh ya vitamin/suplemen yang diresepkan pada saya cukup banyak.
Dengan dosis satu hari sekali, vitamin cukup untuk 20 hari. Saya diberikan 2 blister masing-masing isi 10 kapsul. Nama Suplemennya Labumin yang merupakan suplemen makanan yang memiliki kandungan ekstrak ikan gabus. Manfaat dari ekstrak ikan gabus adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.
Awalnya saya pikir kok banyak sekali? Sayangnya saya lupa memastikan apakah harus dihabiskan, atau jika sudah membaik bisa saya hentikan. Ternyata pemulihan luka bakar meski tingkatannya tidak terlalu parah tapi tetap membutuhkan waktu yang lama untuk pulih.
Pada hari ke 10 luka sudah kering dan sebagian kulit yang terbakar sudah mengelupas. Tampak warna merah daging masih mendominasi. Cukup menonjol dibandingkan kulit coklat sawo matang bagian tangan saya yang lain. Saya memutuskan menghabiskan vitamin karena toh bukan obat lebih ke vitamin atau suplemen yang membantu penyembuhan luka. Obat oles juga masih saya pakai.
Nah ini gambaran luka di hari ke 11, sudah tinggal sedikit menyisakan kulit luar yang terbakar dan alhamdulillah sudah jauh membaik. Tinggal PRnya nanti bagaimana menghilangkan bekas luka ini ya hahaha. Untungnya lukanya tidak terlalu terlihat sehingga saya tidak terlalu pusing memikirkan bagaimana penampakan bekas lukanya. Sahabat Mom of Trio ada yang punya pengalaman mengatasi bekas luka bakar seperti ini? Yuk share di kolom komentar ya.
Salam sehat semua dan hati-hati ya kalau masak di dapur.
No comments
Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.