Mengapa Para (calon) Ibu Harus Membaca Buku Melihat Dunia?


#BookReviewSeries Buku Melihat Dunia. Pada postingan yang kedua, saya ingin mengulas beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan mengapa membaca buku ini tidak hanya menari tapi juga penting buat semua Ibu dan calon Ibu. Hmm semua orang tua juga sih.



Sebagai Ibu dari tiga anak yang seringnya saya merasa kerepotan dengan Trio Krucils tercinta saya, Alinga, Zaha, dan Paksi yang super duper aktif, saya seperti tertohok membaca Buku Melihat Dunia. Kenapa? karena perjuangan Ibu Yanti Herawati dengan 3 putranya yang luar biasa ternyata jauh lebih demanding. Belum lagi masalah kehamilan dan proses melahirkan dari ketiga putranya tersebut. Well, sebagai Ibu yang suka merasa "duuh capeknya ngedepin anak-anakku" rasanya wajib banget memabaca buku ini. Kenapa?

Menurut saya, ada beberapa hal yang menjadi nilai lebih buku ini buat kita orang tua terutama para Ibu. Semua Ibu yang dengan berbagai problematikanya menjalani masa-masa indah perjuangan membesarkan, mendidik, dan mendampingi anak sampai ajal kita menjemput kelak. Tugas mulia amanah Illahi Rabb yang menjanjikan syurga di kaki kita untuk anak-anak kita yang shalih shalihah. *Duuh saya kok jadi baper, hiks*

Gaya Tutur Penulis Memudahkan Pemahaman

Buku ini  diulas secara lugas layaknya jurnal atau catatan harian seorang Ibu. Memang kehadiran buku ini berawal dari catatan-catatan bu Yanti dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak-anaknya terutama Izzan. Betapa pentingnya mencatatkan proses tumbuh kembang mereka (dengan atau tanpa ada kekhususan tertentu sekalipun). Karena selain sebagai catatan pribadi, catatan ini jika dibagikan pasti akan bermanfaat bagi banyak orang. 

Saya menulis blog ini cukup terlambat, padahal selalu saja ada hal yang ingin saya tuangkan terkait proses tumbuh kembang anak-anak. Padahal dari dulu saya merasa ada banyak hal yang bisa saya tulis dan mungkin akan bermanfaat bagi para Ibu dan calon Ibu lain yang kelak membacanya. Rasanya pengalaman menjalani anak dengan perdarahan di otak saja bisa diurai dalam sekian banyak postingan yang sayangnya tidak "sempat" saya lakukan waktu itu. Eh kok curhat sendiri.

Oke back to lap top! Buku Melihat Dunia memang menceritakan proses perjalanan Ibu Yanti dan keluarganya menemukan "keunikan dan keistimewaan" Izzan. Jujur sebagai orang sosial, banyak materi belajar yang dilakukan Izzan dan Ibunya yang cukup mengernyitkan dahi. Pelajaran matematika dan sains untuk materi SMP dan SMA buat saya berat. meski dulu nilai saya tidak jelek-jelek amat di dua mata pelajaran ini namun mengenang kembali rasanya cukup berat. 
Bu Yanti beruntung memiliki pengetahuan, latar belakang kelimuan,  dan minat di bidang yang sama dengan minat anak-anaknya sehingga bisa membimbing mereka dengan baik secara swadaya di rumah. Bu Yanti ternyata mempunyai catatan yang cukup lengkap saat terjadinya proses belajar dengan metode "discovery and experiential learning" yang dilakukan dengan Izzan dalam bentuk home schooling atau home education. Semua catatan ini dipaparkan di dalam buku secara sekuensial sehingga memudahkan pembaca *yang bukan penyuka ilmu pasti sekalipun* untuk mengikuti alur ceritanya.

Inspirasi Seorang Ibu yang Tangguh

Tanpa ketangguhan sang Ibu, keunikan dan keluarbiasaan Izzan yang tidak dapat ditangkap oleh semua orang secara kasat mata mungkin tidak akan terasah dan terkelola dengan seharusnya. Perjalanan panjang termasuk pergulatan bathin dan emosi sang Ibu akhirnya mampu membawa titik terang kondisi Izzan yang "tidak biasa". 

Tanpa ketangguhan Bu Yanti (dan keluarga, termasuk suami) mungkin Izzan yang cemerlang akan terpuruk atau berada pada kondisi yang berbeda mengingat ada kecenderungan bahwa anak-anak dengan kegeniusan yang tinggi justru rentan dari ancaman kestabilan mental dan jiwa. Apalagi kondisi Izzan yang seperti memiliki dua kondisi yang bertentangan dalam satu sosok. Kegeniusannya yang tidak linear dengan kematangan mental dan sosialnya. Such complicated! 

Tanpa mental yang tangguh, rasanya kita para Ibu bakal mudah jatuh saat menghadapi ujian-ujian yang serasa tak ada hentinya. Well, Ibu Yanti pernah jatuh, pernah mengeluh, pernah marah, pernah emosi, pernah protes pada Tuhan, pernah menangisi dan menyesali kondisinya. Manusiawi sekali... sangat perempuan. Tapi Bu Yanti bangkit dan memilih untuk terus maju mengandeng tangan anak-anak cemerlangnya. Duuh saya mau bilang, sebagai sesama perempuan, sebagai sesama Ibu, saya salut dan bangga sekali. 

Saat Ibu Yanti menceritakan dengan lugas ketika  dia didera rasa ragu, rasa lelah, pesimisme dan sejenisnya. Hati saya kok ikut nyut-nyutan yaa. I feel you bu! Indeed... Ada masa-masa di mana kita para Ibu, pejuang keluarga ini merasa ingin teriak dan bilang pada dunia. I am not a superwomen, I am not a superhero, Enough is enough. I just wanna cry and be quite for couple minutes. Well, it's human. Dalam lelahnya, dalam tangisnya, dalam diamnya kemudian para Ibu kuat ini bangkit dan memilih merengkuh anak-anaknya yang tak pernah selesai dikasihi dan disayangi. *meleleh sendiri*

Pada intinya, saya melihat bahwa Bu Yanti secara tidak langsung ingin memberitahukan kepada pembaca bukunya bagaimana seharusnya merespon lompatan perkembangan anak. Proses panjang yang melelahkan sungguh akhirnya bermanfaat tidak hanya bagi Bu Yanti dan keluarga tapi bagi semua pembacanya, terutama mereka dengan anak-anak yang mengalami hal serupa dengan Izzan. 

Anak-anak Gifted? Siapa Mereka? Bagaimana Menanganinya?

Baru pertama kali mendengar atau merasa asing dengan istilah ini? tenang! anda tidak sendirian hehehe. Bahkan Saat pertama kali mendapati informasi tentang kemungkinan anaknya merupakan anak gifted. Ibu Yanti pun tidak memiliki informasi yang memadai. Bahkan secara ilmiah belum ada satu pemahaman yang sama. Banyak diskusi seputar hal ini, banyak teori, banyak wacana. Bayangkan bagaimana kebingungan Bu Yanti dan suami mendapati hal tersebut. Literatur dan penelitian ilmiah saja masih dibilang minim apalagi informasi yang sifatnya populer namun bisa dipertanggungjawabkan.
Membaca buku ini memberikan sebuah gambaran dari kebingungan kita akan apa yang dimaksud dengan anak-anak gifted. Apa saja kondisi yang memungkinkan seorang anak berpotensi sebagai anak gifted, bagaimana mengetahui dengan lebih pasti kondisi ini, bagaimana  menindaklanjuti dan menyikapi kondisi anak dengan potensi gifted, apa harus kita lakukan mendapati hal ini dan seterusnya. Pengalaman Bu Yanti yang dituturkan lewat buku ini setidaknya membantu mengarahkan dan membimbing pembaca jika mendapati kondisi serupa, baik mengalami langsung atau mengenali kerabat atau teman atau seseorang yang kita kenal yang berpotensi serupa.

Metode Discovery dan Experiential Learning

Menghadapi kenyataan bahwa kondisi istimewa Izzan (dan kakak adiknya) menyebabkannya sulit berada di lingkungan belajar konvensional bahkan sekelas sekolah alam yang sebetulnya sudah menerapkan metode yang berbeda dan khusus dari sekolah umumya. Kondisi tidak menyurutkan langkah Bu Yanti untuk mengembangkan minat Izzan. 

Berbekal semangat dan inspirasi yang kemudian datang dari berbagai arah, Bu Yanti memutuskan untuk membiarkan Izzan belajar sendiri di rumah dan di lingkungannya dengan bimbingannya. Metode dan cara yang dilakukan dengan pendekatan ala Izzan. Izzan yang hanya memiliki tentang konsentrasi yang sangat pendek, Izzan yang tidak bisa diam, Izan yang rentan dan ringkih meski anehnya ketahanannya sangat tinggi, Izzan yang terlalu cepat bosan, Izzan yang berfikir terlalu tinggi, Izzan yang sangat percaya diri untuk ukuran anak di bawah 7 tahun, Izzan yang selalu ingin tahu, Izzan yang usil, Izzan yang sering melakukan hal tak terduga, Izzan yang suka mencoba hal-hal baru, Izzan yang dengan cepat merekam setiap kejadian dalam otakknya. 

Ibu dan Guru. Keputusan inilah yang kemudian diambil Bu Yanti. Menemani dan membimbing Izzan sebagai orang tua dan guru. Mengikuti pola belajar yang nyaman dan bisa dijalani oleh Izzan. Melakukan pendekatan langsung dengan penemuan-penemuan yang dilakukan secara insidental. Belajar dari berbagai pengalaman dan kejadian yang pernah mereka alami bersama. belajar dari fenomena alam yang hadir begitu saja dalam perjalanan hidup mereka. Belajar dari berbagai peristiwa yang mereka temui bersama. 

Bu Yanti kemudian menuntun Izzan menurunkan berbagai teori dan konsep di bidang matematika dan sains yang ternyata pernah ditemukan dan diturunkan oleh para pemikir besar di bidang matematika ribuan tahun lalu seperti Archimedes atau Cavalieri. Semua dilakukan dengan gaya Izzan melihat benda, melihat obyek, melihat dunia, dengan cara pandangnya sendiri. Izzan dibiarkan melakukan observasi dan menemukan teori serta konsep sendiri dengan stimulus-stimulus yang diberikan Bu Yanti tanpa Izzan sendiri merasa tengah belajar. Pendekatan yang berbeda dan dilakukan dengan menjadikan Izzan sebagai center of idea ternyata membuat Izzan nyaman melakukannya. 

Jadi membaca buku ini membuka wacana baru sekaligus menumbuhkan semangat dan optimisme kita. Jangan lewatkan juga karena akan ada Mini Giveaway yang berhadiah Buku Melihat Dunia untuk 3 orang yang beruntung di akhir rangkaian postingan #BookReviewSeries Buku Melihat Dunia ini yaa.

43 comments

  1. Alhamdulillah ya ibunya Izzan menguasai ilmu pasti, sesuai dengan minat dan kelebihan Izzan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba ga kebayang klo ga nyambung yaa...pening emaknyaa

      Delete
  2. Saya dari kemarin ngikutin cerita ini, Mbak. Seru, kayak cerbung dan sangat menginspirasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ikuti smp postingan terakhir mba..ada mini GAnya lhooo

      Delete
  3. Beruntung Izzan punya ibu seperti Bi yanti dan beruntung Bu Yanti punya Izzan. Pasti akan sangat menyenangkan bisa membaca bukunya secara utuh. Belajar dan menyerap cara mendidik anak seperti Bu yanti. Trims mba Ophi, artikelnya mencerahkan dan memberi wnergi positif untuk selalu semangat mendampingi tumbuh kembang anak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba..alhamdulillah keduanya memang sdh digarsikan saling melengkapi ya mba

      Delete
  4. Penasaran sama izzan ... pengen baca buku nya langsung

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang Izzan sdh besar om, 13 tahun klo ga salah. yook ikuta GAnya spy dpt bukunya om

      Delete
  5. Waduw, saya termasuk yang nggak telaten mencatat setiap perkembangan anak-anak. Terlambat tahunya.
    Bukunya bisa buat hadiah buat calon ibu nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. better late than never ya mba..
      bisa buat semua ibu juga lhoo

      Delete
  6. Pejuang rumah tangga ini emang selalu bikin saya salut.
    Gimana tangguhnya ibu jaman dulu ya, yg anaknya bisa belasan orang :)

    ReplyDelete
  7. ahh jadi penasaran, sama seriesnya...

    selalu salut dengan ibu2 tangguh, hiks
    makasih yaa menginspirasi banget ..

    ReplyDelete
  8. Salut sekali dengan Bu Yanti. Tipe ibu yang paham, apa yang harus dilakukan oleh orangtua pada anaknya. Sangat menginspirasi. Gak sabar nunggu kelanjutannya. Dan gak sabar untuk membaca bukunya juga :)

    ReplyDelete
  9. Belum pernah ngerasain gimana jadi ibu pun, perlu banget baca kisah inspiratif dari Bu Yanti ini.
    Salut banget dengan ketelatenan dan kegigihannya dalam mendidik seorang anak gifted...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya say...buat penyemangat dan inspirasi kelak jd ibu

      Delete
  10. Selalu kagum sama ibu2 tangguh kaya bu yanti ini kekuatan mereka yg bisa bikin anak2 gifted ini tumbuh dengan baik
    Jd pengen baca buku ni juga mbak

    ReplyDelete
  11. wahh pengen banget baca buku ini juga mba. Belinya di mana? Gramed kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. di tobuk2 kayaknya ada mba...ikutan GAku aja mba..sapa tahu dpt gratisan hehe

      Delete
  12. wah jadi pengen baca bukunya, perjuangan ibu yang tak kenal lelah apalagi kalau anaknay terlahir istimewa

    ReplyDelete
  13. Anak pintar juga bisa bikin pusing yaa, setiap anak pastinya istimewa ya mba,Izzan kadar istimewanya berlebih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tiap anak memang memberi PR tersendiri ya mba...

      Delete
  14. Amak gifted kalau di kombinasikan dgn ibu yg luar biasa ternyata bs lebih luar biasa drpd yg di sangka ya... kagum

    ReplyDelete
  15. Aku anak baru 1 masih bayi aja udah jatuh bangun :/ Bentuk pencatatan tumbuh kembangnya seperti apa mba ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bebas aja sih mba..
      Lebih bagus klo terdokumentasi dg baik.
      Klo bu yanti sering catet di buku khusus atau malah di tukis di note fb.
      Klo yg punya blog bs lewat blog sih

      Delete
  16. Aku anak baru 1 masih bayi aja udah jatuh bangun :/ Bentuk pencatatan tumbuh kembangnya seperti apa mba ?

    ReplyDelete
  17. inspiring, pengen baca bukunya suatu hari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mba...monggo dibbaca ikutan GAnya spy dpt bukunya hehe

      Delete
  18. Bukunya sangat menginspirasi dan membuka mata setiap orang terutama saja sih, saya perempuan yang belum menikah tetapi saya pernah bekerja sebagai guru sd, saya cukup merasakan bagaimana mengatur / mengarahkan sekaligus mendidik mereka.

    ReplyDelete
  19. Karena pengalaman adalah guru yang berharga. Apalagi hikmah darinya ditambah dengan membagikannya. Keren!

    ReplyDelete
  20. Waktu menonton di tv apalagi satu grup dengan orang tua dengan anak gifted jd membuat saya tidak sendiri, walai Abraham masih 3 tahun dan diagnosa masih waiting list. Selalu semangat dgn kesabaran bu Yanti

    ReplyDelete
  21. Mungkin ada benarnya kalo kecerdasan anak turun dari ibu. Hebat Bu Yanti dan kesabarannya :)

    ReplyDelete
  22. selalu dan sangat salut dan takjub sama ibu pilihan ini

    ReplyDelete
  23. Salut sama mba yanti dan makin penasaran sama bukunya :)

    ReplyDelete
  24. Aku sampai bergetar baca review bukunya. Kisahnya sungguh inspiratif. Top buat penulisnya lah.. Jadi penge baca :)

    ReplyDelete
  25. Kagum dengan perjuangan ibu tangguh, reviewnya menyentuh sekali bikin penasaran Mbk

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.