Papua Bukan Hanya Raja Ampat

Izakod bekai izakod kai, satu hati - satu tujuan, merupakan semboyan Orang Papua. Salah satu pulau terbesar di dunia dengan ratusan suku dengan berbagai budaya yang telah hidup berabad-abad. Pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati. Saya belum pernah ke Papua. Jangan tanya seberapa penasaran saya ingin mengunjungi provinsi tertimur Indonesia ini. Setiap ada rekan yang bercerita bahwa mereka telah atau akan ke Papua. Saya luar biasa irrrriiii, *langsung pake tampang mupeng...* Apalagi kalau mereka sempat mengarungi Si Raja Ampat, hmm makin ngebul deh kompor.

Nah, salah satu hadiah Merchandise dari WWF Indonesia yang saya peroleh dalam rangka lomba blog #ingatlingkungan beberapa waktu lalu adalah WWF Magazine Living Planet. Tebak, untuk Edisi Desember 2013 tersebut ternyata membincangkan tanah eksotis dengan segala keindahannya. Widihhh makin mupeng saya. Afirmasi ah... Smoga dengan menuliskan di sini, suatu hari bisa ke sana dan mengalami keseruan seperti yang diceritakan di Majalah 4 bulanan WWF Indonesia tersebut. Ternyata banyak hal yang saya belum tahu tentang Papua. Papua bukan hanya Raja Ampat... Banyak keindahan lain yang tak kalah Luarrr Biasa. Begitu katanya *hikkss Tuhan beri aku kesempatan membuktikannya* amiin. Jadi, apa saja sih yang indah-indah dari Papua selain Raja Ampat??  Jeng jeeeeng....

TN Lorentz

Kawasan pegunungan seluas 2,3 juta hektar yang dikenal sbegai Taman Nasional Lorentz (TN Lorentz) digambarkan sebagai sebuah lukisan alam, warisan untuk dunia versi UNESCO dan merupakan salah satu tujuan ekowisata paling menarik di dunia.
sumber gambar dari sini

Hamparan padang rumput alpin yang luas dan basah dengan beragam spesies tumbuhan seperti pakis purba dan pohon sage akan mengiringi perjalanan ke sebuah danau diatas awan yang kemudian disebut Danau Habema (salah satu pimpinan ekspedisi ke Papua pada 1909). Jernih air telaga melukiskan Puncak Wilhelmina/Trikora.



Di kawasan TN Lorentz ini terdapat 45 macam ekosistem yang terbagi dalam lima zona utama yang membentang dari daratan rendah hingga kawasan berlumut di sekitar puncak berlapis salju, Beragam spesies hewan endemik yang hidup di sana diantaranya Kanguru Pohon dan Cendrawasih Elok. Aduuh membacanya saja, membuat imaginasi sedemikian tergoda. It must be really tempting places...

Lembah Baliem dengan pesona alam yang hijau, susunan bebatuan unik dan ragam budaya menarik merupakan objek selanjutnya yang tak kalah cantik. Tentu kita pernah mendengar Festival Lembah Baliem, suatu agenda tahunan yang memperkenalkan potensi lokal. Adapula Desa Asologaima dengan budi daya kopi. Bunga dan peternakan lebah. Desa ini merupakan binaan WWF Indonesia yang ciri khas madu dengan cita rasa kopi atau bunga. Hmm tak kalah unik ya.

Namun yang disebut-sebut paling menantang dari LN Lorentz adalah Puncak Jaya/Puncak Carstensz yang menjadi satu dari tujuh punvak dunia idaman para pendaki gunung (The Seven Summits). Puncak tertinggi dan satu-satunya yang masih di selimuti oleh salju, dengan medan hingga berkemiringan 60 derajat. Dari puncak inilah kita dapat menikmati pemandangan alam Papua hingga ke perairan Arafuru.

Gurano Bintang

Selanjutnya kekayaan laut. Taptnya di samudera tropis yang hangat, Kwatisore. Papua. Hiu paus, hewan ramah dengan penampilan sangar. Tubuhnya besar dan panjangnya bisa mencapai 20meter. Ramah karena tidak menyerang manusia, malah sangat supel, suka bermain, bercengkrama, berenang bersama nelayan dan warga Kwatisore. Mereka menyebutnya Gurano Bintang, diambil dari pola warna tubuh hiu paus yang persus gugusan bintang di langit. Slogan masyarakat Kwatisore untuk menjaga gurano bintang adalah O En Himnio Tanibre, artinya Kita jaga bersama Gurano Bintang. WWF Indonesia juga turut melakukan usaha konservasi intensif terhadap hiu paus.

Gambar copyright WWF Indonesia
Kawasan Pantai Syurga Penyu penjelajah Samudra, Taman Pesisir Abun

gambar copyright WWF Indonesia
Di kawasan kepala burung (vagelkop) Papua, terbentang Pantai Jamursba Medi dan Pantai Warmon. Pantau ini sangat penting bagi dunia karena menjadi tempat menetas ribuan telur penyu belimbing (Dermochelys Coriacea) dan menghasilkan para penjelajah samudra.
Gambar copyright WWF Indonesia

Saat musim bertelur, puluhan penyu raksasa itu mendarat untuk bertelur dan kembali ke laut setelah beberapa jam proses selesai. Beberapa minggu kemudian tukik-tukik penyu akan bermunculan dari telur yang ditimbun induknya di pasir. Mereka berjuang mencapai pantai, mencoba berenang dan menghindari serbuan burung pemangsa, belajar mencari makan hingga berenang ke laut lepas. Beberpa dapat mencapai usia dewasa dan kembali ke tempat kelahirannya untuk bertelur. Sayangnya menurut penelitian, dari sekitar 1000 telur penyu yang menetas hanya 1 yang bisa bertahan hingga dewasa.
Gambar copyright WWF Indonesia

Pantai ini perlu dilindungi agar tetap menjadi tempat yang nyaman bagi para penyu untuk bertelur. Masayarakar Abun, WWF Indonesia dan lembaga lainnya melindungi pantau tersebut selain dari pencuri juga guna terpeliharanya ekosistem.

TransFly Ecoregion

Para perwakilan suku berkumpul untuk membuat peta lokasi transflay ecoregion, salah satu wilayah tanah basah terluas, terkaya dan termulus di Asia Pasifik meliputu hutan monsun, sabana, lahan basah, sungai dan garis pantai di selatan Papua. Kawasan ini habitat bagu separuh dari seluruh spesies burung New Guinea.

Identifikasi pemetaan harus dilakukan oleh suku asli karena mereka mendiami dan mengenal lebih baik alam tempat tinggal mereka. Suku-suku tersebut antara lain Yeinan, Mbian Anim, Khima Khima, Malind Anim, Makleuw, Muli Anim, Marori Men Gey, Kanume dan Imbuti.

Peta lokasi Transflay ecoregion ini diharapkan menjadi panduan bagi pemerintah dalam melakukan pembangunan agar tidak merusak ekosistem. Peta memuat simbol-simbol yang disepakati bersama, guna membedakan mana tempat yg bisa didatangi, dikelola dan daerah terlarang. Hal ini guna menjaga sejarah peradaban dan kisah leluhir serta flora dan fauna di dalamnya.

ASMAT

Asmat satu diantara 270an suku di tanah Papua. Pejuang hebat dari pesisir dan pendekar gagah dari atas perahunya. Ini salah satu sebab hingga abad 20, Asmat tetap menjadi "terra incognita", tanah yang belum terjamah. Mengundang para pejuang berhati baja untuk menaklukkannya.

Sumber:
WWF Magazine Living Planet. Edisi Desember 2013

10 comments

  1. Temanku dulu sempat ditugaskan di sebuah bank di Papua dan di waktu senggangnya menghasilkan sebuah buku wisata Papua. Bagus2 deh fotonya. Nama temanku itu Yusak Laksmana, kalau2 nemu bukunya di toko buku :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... sip Mak Lus...poto2 papua tuh selalu bikin mupeng :D

      Delete
  2. Keren ya mak..kayaternyata tanah Papua..amin smoga bisa kesana..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, keyen sekaliih... aamiiin semoga yaa :), insyaAllah

      Delete
  3. Wah... ternyata Papua memang surga dunia. Aku kira cuma Raja Ampat aja yang keren. Semoga bisa dimaksimalkan ya biar wisatawan bisa tahu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mak, saya juga baru ngeh... smoga sih kelestarian tetep jadi hal utama, krn kelestariannya yang membuat papua tetap bs jadi surga :)

      Delete
  4. kalo aku selain raja ampat penasaran sama gunung yang katanya dijadiin pusatnya freeport itu, mak. apa ya namanya, lupa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ooh ya udah habis ya mak... udah ga jdi gunung lagi :D orang banyak menyebutnya guneng emas, Gasberg bukan yaa, nama yg benernya :D..
      gak yakin juga :P

      Delete
  5. nice post..
    artikelnya sangat bermanfaat :D

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.