Satyalancana Karya Satya X Tahun Untuk Pengabdian Tanpa Cacat Pada Negara

Jadi pegawai negeri alias PNS aja bangga? apa yang mau dibanggain. Ungkapan nyinyir senada ini, semacam menasional. "Ih kok sampai segitunya sih mau jadi PNS..."Lalu sederet kalimat-kalimat judgemental tentang "bobroknya birokrasi" dan seterusnya. Lalu apa saya harus menjawab semua itu? ah enggak, saya mah apa atuh? Jadi PNS juga alhamdulillah bukan karena siapa-siapa, beneran hanya karena Allah menunjukkan jalan ke sini dan memudahkan jalan ini buat saya 12 tahunan lalu.



Jadi kalau sekarang ada rasa haru, lebih ke haru dari pada bangga- itu antara lain karena terasa sekali perjuangan ada di jalan ini. Haissh apa-an sih? Iya masih teringat jelas di pelupuk mata kenangan itu. Naik 102 Koantas Bima, sejenis Metromini Ciputat Tanah Abang, yang super ngebut dan penuh. Dari Ciputat turun pas di halte depan komplek DPR MPR. Masuk ke dalam, tanya-tanya satpam sambil membawa map berisi lamaran dan lampiran persyaratan. Info yang saya peroleh dari pengumuman yang ditempel di depan "mading" fakultas membawa saya ke gedung dan komplek yang pernah saya datangi bersama teman-teman mahasiswa saat demo besar-besaran di tahun 1998.

Tahap demi tahap seleksi dilalui. Sempat galau karena mendapat sms "tidak jelas". Ada rasa takut tertipu, dikerjain atau malah dizolimi. Tak kenal siapapun saat itu kecuali beberapa teman sealmamater yang ikut melamar. Tersisih 3 orang dari almamater kami hingga ke seleksi akhir. Tidak menduga, tidak menyangka, tidak pula banyak berharap. 

Iya, menjadi PNS memang impian banyak orang. Kabarnya bahkan ada yang berani membayar berjuta-juta untuk selembar SK pengangkatan. Ketika saya mengabari pada kakak saya di kampung bahwa saya lolos. Bahkan dia bertanya, kamu kenal siapa di sana? kenal siapa? tak kenal siapapun. Belakangan saya kemudian tahu -teman dekat dari teman kos saya juga bekerja di sana. 

Bukan tanpa drama. Saat akhirnya saya kemudian positif mengambil posisi tersebut, sebetulnya ada dilema tersendiri. Saya harus memilih antara mendapat beasiswa S2 program social work yang bekerja sama dengan Mc Gill University, salah satu programnya adalah kegiatan summer course di Mc Gill University Canada. Daaan yang menjadi dilematis adalah karena saya sangat memimpikan bisa mendapat beasiswa dan belajar di luar negeri. Bisikan lainnya adalah, bahwa mendapat PNS itu tidak mudah. Apalagi dengan tanpa koneksi, uang, atau sejenisnya. Hampir mustahil, demikian kabar yang saya dengar waktu itu. Sungguh pilihan yang tak mudah. 

Lalu atas izin Allah saya membulatkan tekad mengambil posisi ini. Menjadi CPNS dengan segala konsekuansinya. Keputusan yang kemudian saya sadari ada banyak hikmah di dalamnya. Meski banyak hal yang harus membuat saya menguatkan diri berjalan di jalan ini. Kelak, semua indah pada waktunya. Setelah 4 tahun bekerja, kemudian alhamdulillah saya lolos seleksi beasiswa S-2 ke Melbourne. Allah kiranya membayarnya atas kepasrahan saya pada pilihan yang saya ambil. 

Untuk sebuah pekerjaan dan rutinitas yang tak pernah terbayang sebelumnya. Awalnya saya berharap masih tetap bisa mengajar di kampus almamater dan sebuah kampus lain di Bekasi. Siapa tahu, saya bisa mutasi ke posisi dosen. Rasanya passion saya ada di mengajar. Waktu berjalan, saya kemudian harus dihadapkan pada kenyataan bahwa menjadi PNS itu datang pagi pulang sore. Patuh pada jadwal masuk dan pulang. Lambat laun mengajarpun saya tinggalkan.

Dua tahun pertama galau luar biasa. Sistem yang belum baik dalam mengelola sumber daya manusia terutama tenaga fungsional seperti saya di kantor membuat saya makin galau. Meskipun sudah diikutsertakan dalam berbagai kegiatan penyusunan naskah akademik dan perancangan undang-undang, serta mendapat berbagai pelatihan kompetensi bagi saya dan teman-teman satu angkatan, namun status karir kepegawaian kami belum menunjukkan titik terang.

Tidak lain karena posisi, perancang undang-undang (legislative drafter) masih merupakan kelompok jabatan fungsional yang terhitung baru di tanah air. Akhir 2002 masuk dan tercatat sebagai CPNS, pada tahun 2009 kami baru resmi diangkat sebagai pejabat fungsional perancang undang-undang, tingkat I. Perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan. Pun hingga hari ini kami masih harus berjuang membangun dan memperbaiki sistem pembinaan di jabatan fungsional ini. Karena sebagai fungsional, karir kami ditentukan oleh kinerja dan performance bukan oleh lamanya bekerja atau unsur "kedekatan" dengan atasan. Sebuah tantangan tersendiri yang sesungguhnya lebih saya sukai karena saya tak pandai melobby dan sejenisnya.

Sesungguhnya secara substantif, saya tidak mendapatkan kendala besar dengan pekerjaan, kegiatan dan tugas saya sebagai perancang undang-undang. Tugas, pokok dan fungsinya masih sangat terkait dengan ranah akademis. Kami ditugaskan membantu fungsi DPR di bidang legislasi. Tugas kami antara lain menyusun naskah akademik, yang di dalamnya terdapat uraian kegiatan menyusun kerangka dasar, arah dan jangkauan pengaturan suatu rancangan undang-undang. Kami mengidentifikasi permasalahan, meneliti dan mengumpulkan data, kemudian mengkaji dan menganalisanya hingga tersusun sebuah konsep awal naskah akademik. Mendengarkan para pakar dan stakeholder, mencatat masukan dari masyarakat dan seterusnya. 

Berangkat dari naskah akademik tersebut kemudian kami menyusun norma-norma pasal dalam sebuah kerangka rancangan undang-undang. Semua dilakukan dalam suatu kerja tim. Baru pada saat ditugaskan mendampingi pembahasan di internal alat kelengkapan dewan, kami bekerja lebih mandiri. Biasanya hanya ditunjuk 2 atau 3 orang. Mekanisme yang sama berlaku untuk penugasan dalam pembahasan tingkat I suatu rancangan undang-undang dengan pihak pemerintah. Kami juga mensupport DPR dalam penyusunan konsep keterangan tertulis dari DPR dalam hal ada suatu undang-undang diuji materiil di Mahkamah Konstitusi (Judicial Review di MK).

Lalu di mana kegalauan yang sering membuat saya ingin memiliki pekerjaan lain atau bahkan ingin berhenti. Yup, saya sempat dan pernah berpikiran bahkan berencana melakukan hal tersebut. Sistem dan mekanisme kerja yang belum ideal, tekanan dan tuntutan yang cukup tinggi dari "klien" kami para bapak/ibu yang terhormat, suasana politis yang sangat kental yang turut mempengaruhi kinerja dan keterlibatan sistem pendukung seperti kami, kekecewaan terhadap sistem dan kondisi politis praktis yang saya hadapi di depan mata, dan banyak hal lainnya. 

Ada saatnya saya merasa sangat tertekan saat ditugaskan mendamping suatu RUU yang sarat kepentingan. Tekanan tidak hanya dari industri, pengusaha, bahkan dari aparat hukum, pun dari pihak pemerintah sendiri. Tidak hanya itu LSM pun yang dalam kasus tertentu terkadang juga "ditunggangi" kepentingan tertentu membuat suasana makin keruh. Secara tidak langsung, sistem pendukung seperti kami mendapat tekanan dan pressure ketika bapak/ibu tersebut mendapat pressure dari luar. Belum lagi soal hati nurani, kadang kita tidak selalu sepakat dengan arah kebijakan dan sikap politik mereka. Apa daya, suara kepentingan jauh lebih kuat dari pada suara bala tentara macam saya. Duh!!!


Namun, bersama waktu saya mulai lebih legowo. Suami, yang kebetulan satu profesi dan satu instansi menguatkan bahwa tugas kita mendukung secara substantif, sampaikan dan berikan yang terbaik seideal mungkin. Soal keputusan akhir dan kebijakan yang akhirnya disepakati dalam proses politik itu sudah di luar kewenangan dan kuasa kita. Kerjakan yang mampu kita lakukan dan mencoba tetap lurus di jalan yang penuh "halang rintang" dan "riuh rendah" politik yang kadang memuakkan. 

Tooh ada dan banyak hal baik dan positif yang juga lahir dari lembaga politik ini, dengan  kami sebagai bagian kecil sistem pendukung di balik layarnya. Insya Allah, niatkan untuk ibadah, jalan taat dan jalan juang. Kami PNS non partisan dan tidak memihak pada kepentingan politik manapun. Mereka memang "Boss" kami, secara profesional kami mensupport mereka. Tapi semoga kami tidak ikut-ikutan masuk ke kancah kepentingan. Apalagi kepentingan sesaat, untuk segelintir pihak. 

Meski kadang dipandang sebelah mata oleh dunia. Biarlah... karena kita tak butuh pandangan dunia. Kita hanya butuh Dia dan bertanggungjawab pada-Nya. Bukan hanya sebelah mata, lembaga yang saya support memiliki citra yang sangat buruk di media. Iya saya sampaikan di media, karena pada tataran di lapangan sependek pengetahuan saya, tidak sedikit para politisi senayan yang berdedikasi pada mereka yang diwakili, - konstituennya. 

Jangan tanya berapa banyak? Mungkin lebih banyak yang sebaliknya. Itu harus saya akui juga. Tapi siapa suruh memilih sosok-sosok itu. Pastikan pilihan anda benar. Supaya mereka yang duduk di lembaga ini benar-benar mereka yang mau bekerja untuk anda. Supaya saya juga lebih nyaman mensupport mereka yang berdedikasi seperti ini. Wakil rakyat -sesuai namanya- adalah potret rakyat yang diwakilinya. Yuuk jadi pemilih yang pintar, satu suara bermakna, merubah wajah wakil rakyat. *eh kok malah kampanye... back to lap top yaks.

Akhirnya melalui masa 12 tahun bekerja di lembaga politik ini membuat saya demikian terharu. Duuh kok bisa ya sampai di titik ini?menyaksikan 4 periode wajah potret perwakilan rakyat di gedung hijau. 2002 -2004, 2004 -2009, 2009 - 2014, Dan 2015 ini saya mendapati aura dan nuansa "baru" dengan banyak wajah-wajah baru, konstalasi baru dan kepentingan baru.

Untuk saya dan teman-teman yang telah bekerja dengan penuh kesetiaan paling singkat 10 tahun kepada Pancasila, UUD NRI tahun 1945, negara dan pemerintah serta penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan dan disiplin secara terus menerus. Presiden Republik Indonesia, yang kebetulan saat ini adalah Joko Widodo menganugerahkan Tanda Kehormatan Saytalancana Karya Satya X Tahun. Sebuah piagam dan pin tanda kehormatan, saya terima dengan haru. Semoga benarlah adanya kami akan mampu mengemban amanah sederhana ini sampai seterusnya. Doakan kami....

Pun semoga Allah mengabulkan doa tulus saya "Rabbii Anzilnii Munzalan Mubarakan Wa Anta Khairul Munziliin". Ya Rabb Engkaulah yang maha menempatkan, tempatkanlah aku di tempat yang Engkau berkahi, Engkaulah sebaik-baik yang menempatkan." Di mana pun kelak saya ditempatkan dan ditugaskan oleh instansi ini, semoga kiranya Allah berkahi dan semoga bisa memberi manfaat bagi umat. Amiin.

Perjuangan masih panjang, tunjukilah selalu jalan kami, ya Allah. 


7 comments

  1. Setelah membaca dengan seksama, nampaknya kalau saya komentar diBlog ini harus hati hati :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mas, hanya bisa mengatakan "semoga berjalan lancar dan barokah" untuk sebuah perjuangan.

      Delete
    2. amiin makasih mas ifrod,
      mas iriwin maksudnya apa harus hati2... jadi baper nih #eh...
      makasih yaa sdh mampir

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Wuih keren. Selamat Mak Ophi. Semoga selalu mengabdi dengan kemampuan terbaiknya. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah tidak keren juga mak Nia..jadi isin ah...biasa sih ini curhat seorang PNS yang sering galau hahaha.
      Tapi akan ttp berusaha yang terbaik insyAllah.

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.