Aku Cuma Mau Sama Ibu


Drama pagi..."Ibu gak boleeh kerja" ternyata masih terus berlanjut. Bahkan setelah saya membuat kesepakatan dengan dek Paksi. "Kalau adek masih nangis dan melarang Ibu kerja, Adek gak boleh lagi nonton video transformer." Bahkan Dek Paksi belum begitu paham arti kesepakatan. Saat saya ingatkan tentang kesepakatan tersebut pasti dia langsung menjawab: "Iya, Iya Pakci tahu Ibuu! Pakci tahuu..." sampe monyong tuh bibirnya lima centi. Trus kalau sudah tahu, udah gak pernah nangis lagi dung pas Ibu berangkat ke kantor pagi hari? Hahaha sayang gak begitu. It depends on his mood. 


Yup, saat moodnya bagus. Ketika mendapati Ibu sudah ada di sampingnya saat matanya terbuka di pagi hari. Tidak ada tangisan, teriakan, atau panggilan...Ibuuu! Jagoan ganteng ini bakal turun dari kasur, buka pintu kamar, lalu turun ke bawah, pelan-pelan melalui tangga. Langsung ke ruang belakang dan bertanya sama Mbah Uti. "Mbaah, Ibu kelja?" Biasanya sambil kucek-kucek matanya. Saya sengaja mendiamkan sesaat, sambil senyam-senyum. Beneran gak bisa menahan senyum. Entah saya sudah rapi dan siap berangkat atau bahkan saya saat belum siap. Baru mau mandi atau sudah mandi tapi belum rapi. 

Saat yakin dia memang lagi bagus moodnya. Baru deh saya dekati. "Ihh ada yang pinter ya, gak nangis. Jagoan" Lalu saya hujani dengan peluk dan cium. "Ibu kelja ya?" Hmm padahal sudah tahu jawabannya. "Iya, sayang..." Lalu saya segera mengalihkan pembicaraan dan perhatian dia dengan hal lain. Pagi ini misalnya saya langsung absen mainan barunya. Sekelompok dinosaurus. Yup akibat nonton film Dino Yang Baik, dek Paksi minta mainan baru sekelompok dinosaurus. Hmm lalu perhatiannya segera beralih. Dia akan merespon dengan ceria dan saya aman melenggang ke kantor dengan salim tangannya dan cium serta peluknya.

Saat moodnya lagi gak bagus. Ketika mendapati Ibu sudah tidak ada di sampingnya di tempat tidur. Panggilan nyaring..."Ibuuu, Ibuuu". Mau tidak mau saya menyahut. Saat dia terbangun dan saya belum mandi. Biasanya lalu saya keloni dia lagi. Kalau saya beruntung dia akan kembali tidur dan saya bisa mengendap diam-diam. Mandi dan segera bersiap. 

Saat saya tidak beruntung, dia memeluk saya erat dan mentil. Saat saya menyisihkan tangannya dia terbangun dan drama berlanjut hingga biasanya berakhir dengan saya terlambat masuk kantor, otomatis dung kena potongan dan pastinya berangkat diiringi tangisan dek Paksi. "Ibu gak boleh kelja...Ibu di lumah aja". Saat saya sudah rapih, bahkan dek Paksi meminta saya membuka baju dan menggantinya dengan baju tidur. "Ibu gak boleh kerja, bobo aja di rumah cama Pakci". Enak yaa kayaknya bobo di rumah sama kamu dek :p

Akhir-akhir ini tangisan dia bertambah dengan argumen larangan kerja seperti ini. "Ibu gak boleh kelja, mainan cudah banyak, makanan cudah banyak, minuman cudah banyak, Ibu gak ucah kelja di rumah aja main sama Pakci." Duuh rupanya dia mencatat argumen saya, Ibu kerja nanti Paksi Ibu beliin mainan, kue, dan lain sebagainya.Pertama kali mendengar argumen dia, saya langsung terenyuh. "Duuh nak...drama pagi ini sampai kapan berlanjut"

Sampai suatu hari. Hari Sabtu sekitar seminggu yang lalu. Duo kakak Alinga dan Zaha sedang ke rumah Mbah Uti. Ayah pergi ke bengkel ngurusin mobil. Bude As pamit pagi-pagi karena kerjaan sudah beres. Tidak ada setrikaan hari itu. Ibu hanya berdua dengan dek Paksi di rumah. Seharian kami main berdua. Sarapan, menonton TV, menemaninya main robot-robotan dan mobil-mobilannya. Ibu tentu ikut aktif bermain peran juga dengan dek Paksi. Sholat berjamaáh berdua. 

Kami juga main di luar, duduk-duduk sambil makan siang di Istana. Anak-anak menyebutnya Istana. Sebuah kursi panjang buatan Kakung di bawah pohon kersen/cherry tepat di samping rumah. Agak sorean, saya ajak Paksi memberi makan kambing kecil punya Kakung yang diikat di padang rumput depan rumah. Wajahnya ceria sekali. Dia tampak happy luar biasa saat bisa memberi makan kambing kecil dengan daun singkong muda yang saya petik. "Pakci hebat ya bu, gak takut ya buu. Kambing lapar ya bu, gak gigit tangan Pakci kan buu" Banyak lagi ocehan cerianya.

Kami juga sempat main di kamar. Main pesawat terbang. Saya tidur terlentang lalu mengangkat kaki ke atas. Paksi naik ke kaki saya lalu saya akan menerbangkanya dengan menggerakkan kaki ke kanan, ke kiri, menukik dengan menaikkannya ke atas, atau bahkan berpura-pura menjatuhkan pesawat dan menyebabkan Paksi terjatuh di kasur. Ini salah satu favorit anak-anak. Tidak hanya Paksi. Kedua kakaknyapun berebutan main seperti ini. Hmm lumayan sih bikin Ibunya keringetan. Tapi mereka harus bayar tiket pesawat dulu, agar pesawatnya bertenaga dan bisa terbang . Bayarannya gampang banget. Cium sayang Ibunya...Hahaha

Kami benar-benar menghabiskan waktu berduaan hari itu. Dek Paksi melarang saya (seperti biasa saat di rumah) memegang gadget. Ponsel saya disembunyikannya entah di mana. Saya juga tak boleh memegang lap top. Saat sedang bermain dengannya, mengobrol, atau becanda lalu mata saya tertuju ke arah lain. Dia akan meraih wajah saya dan berseru: "Ibuu, jangan liat ke sana. Liatnya ke Pakci  aja."  Duuh possessive banget kamu deek :P 

Malam hari kami bobo berdua. Ayah masih di bawah. Duo Kakak ternyata menginap di rumah Mbah. Lalu menjelang tidur saya ingin mengajaknya bicara dari hari ke hati. Mumpung dek Paksi kelihatan sedang agak serius. Karena dia sering sekali berlaku konyol dan ngocol. Susah diajak serius kalau lagi pingin main sama Ibu. Pelan-pelan, dalam keremangan kamar tidur. Saya memandang mata bintangnya dan mengajaknya bercakap.



Saya: "Adek, kenapa sih adek masih suka nangis kalau Ibu berangkat kerja. kan gak tiap hari Ibu kerja, Sabtu Minggu Ibu gak kerja"
Paksi: "Iyaa, Pakci mau Ibu di rumah aja, Ibu gak boleh kerja, Ibu gak usah kerja. Mainan Pakci cudah banyak, makanan cudah banyak"
(Hmm ini lagi yang dia jadikan argumen)
Saya: "Kan kita udah sepakat, kalaua dek nangis lagi adek nanti gak bisa lagi nonton video transformer."
Paksi: Iyaa, Pakci tau...pokoknya Ibu ga boleh kela. Titik!"
(Duuh kekeuh banget niih)
Saya: "Hmm emang kalau Ibu kerja, Paksi ngapain aja di rumah. Ngapain aja sama Mbah Uti dan kakak-kakak." (saya jujur bingung mau ngomong apa lagi..)
Paksi: "Kalau Ibu kelja, Pakci sama Mbah di lumah cama Bude As jua. Pakci main lobot, mobil-mobilan, tapi Pakci tanya-tanya Ibu telus ke Mba Uti. Ibu pulangnya kapan. Kata Mbah Uti nanti Ibu pulang, cebental lagi. Ibunya ga pulang-pulang. Pulangnya lamaa."
Saya: "Ooh Paksi nanya-nanya Ibu terus, Paksi nungguin Ibu pulang yaa. Emang Paksi kangen sama Ibu? kan ada Mbah Uti, trus kalau udah sore Kakak-kakak kan pulang."
(Kakak-kakaknya pulang sekolah sekitar jam 3).
Paksi: "Iyaa, tapi Pakci maunya cuma cama Ibu. Aku mau cama Ibu mainnya, Celuuu."
(Hmm saya menyimpulkan dia kadang merasa bosan menunggu saya dan mungkin kesepian. Duuh apalagi anak-anak yang belum punya kakak atau adik dan hanya bersama mbak-nya. Kasiaan)
Saya: "Ooooh, kalau gitu Paksi bisa minta Mbah Uti bacain buku. kan Ada buku cerita banyak banget lhoo. Bukunya juga seru-seru. Biar gak bosen."
(Paksi lalu agar terbagi perhatiannya dan kemudian malah membincangkan buku-bukunya yang dia bilang entah disimpan di mana dan sudah lama tak ditemukan dan dibacanya)
Saya: "Kalau nanti adek sudah sekolah mudah-mudah gak bosan lagi. Karena nanti di sekolah juga seru. Banyak teman, ada bu guru."
Paksi: "Hmm banyak mainan ya bu, belajar membaca, menyanyi, menggunting, eh ada pelosotan sama ayunan juga ya bu"
Saya: "Iya, seru deh..nanti gak kesepian lagi. Tahun depan adek sekolah yaa?"
Keputusan kami untuk menundanya masuk sekolah tahun ini mungkin kurang tepat . Dek Paksi lahir di akhir tahun sehingga kagok untuk usia sekolahnya. Saya khawatir dia mudah bosan jika bersekolah terlalu dini. Pengalaman dengan Ka Alinga yang juga lahir bulan September. Terlalu dini menyekolahkannya kadang membuat dia terlihat jauh lebih "tua" dari usianya. Meskipun dia tampak enjoy dan tetap bisa meyesuaikan diri dalam proses belajarnya. 

Biasanya kondisi ini berbeda dengan anak laki-laki. Saya khawatir dek paksi yang moody-an, merasa bosan sekolah lalu mogok di jalan. Ternyata menyekolahkan dan menyibukkannya dengan kegiatan sosial dan edukatif justru bisa jadi obat rasa bosan menunggu Ibunya pulang kerja. Iya, saya membayangkan kalau dia sendiri sibuk dengan urusan sekolahnya, mandi pagi, sarapan, baju seragam, pesan bekal sekolah dan seterusnya tentu sebagian besar perhatiannya akan ditinggal kerja Ibunya akan teratasi dengan sendirinya.

Baiklah dek...Ibu pun masih harus banyak belajar sebagai orang tua. Kita belajar bersama ya dek! Ibu juga maunya sama adek terus kok, tapi kadang untuk membuata dek cepat besar dan jadi laki-laki tangguh adek harus bisa sendiri tanpa Ibu. Cayooo jagoanku!

36 comments

  1. Jadi teringat ssama keponakanku Rafy dan Aldy.. mereka pernah juga ngelarang mamanya gak boleh kerja.. katanya dia gak ada yg nemenin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba...pdhal berdua ya. Ada temrnnya di rumah. Apalagi yg sendirian d rmh cm sm mbak aja

      Delete
  2. Anakku malah sejak usia 3 tahun, malah sudah minta sekolah Mom.
    Mungkin karena sudah terbiasa di tinggal kerja ya.
    Alhamdullillah, dia suka sekali sekolah, karena banyak teman, bahkan sampai kini usianya menjelang 15 tahun.
    Kalau ada libur panjang, suka galau.
    Kangen bun, sama teman-teman katanya.
    Ahhh, anakku sudah remaja...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dia sih sebenernya sdh mau sekolah kayaknya.
      Waktu itu pertimbangannya takut dia bosan dan mogok sekolah di jalan

      Delete
  3. Ponakanku jg gitu. Sama aku main, tp ujung2nya nanya Mamanyaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... Setiap brp saat pasti katanya nanya ibunya. Kapan pulang dst

      Delete
  4. anakku juga dulunya begitu mak, tapi sejak masuk sekolah dia udah ngerti kalo setiap pagi itu harus masuk sekolah dan mamanya masuk kantor :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah aku jg berharap gt nanti klo udah masuk sekolah paksi jd oy aktivitas sendiri

      Delete
  5. dilema ibu bekerja ya.. suka sediiih deh kalo dilarang-larang anak kerja dan diminta nemenin main aja..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Krn hampir tiap hari ditangisi smp srkarang makanya sy agak terbebani jg iniih kerjanya.

      Delete
  6. jadi ingat temen yang cerita kalo dilema pas ditawarin kerja lagi
    kebetulan, anaknya udah mau masuk playgroup
    di sisi lain, tawaran di perusahaan multinasional itu jelas prestise banget

    saya sendiri sebagai cowok salut kalo liat wanita karier
    keren mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dilema banget itu mas...
      Meski kadang kerja bg sbagian bukan krn pilihan tp diharudkan oleh kondisi tertentu

      Delete
  7. Anakku juga gitu, padahal umurnya udah 4 tahun dan udah TK. Untungnya kerjaan tetap saya adalah IRT :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha gak boleh ngerjain apa2 selain nemenin dia ya?

      Delete
  8. Aduh, hatiku teriris, ingat abhi kalo udah ditinggal emaknya keluyuran. Hiks. Cabal ya pakci, ibu kerja biar pakci bisa keliling dunia

    ReplyDelete
  9. aku sering mengalami begini, setiap pagi malah...sepertinya si Adek sedih pake buanget...tega ga tega tetap harus berangkat kerja..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss mbak. Ya smp sekarang msh selalu ada drama pagi nih mbak.
      Dilema bgt yaa...
      Smoga anak2 nanti ngerti kondisi ibunya

      Delete
  10. Caio makk.. Keep the faith to be a nice mom.. Btw aku udah follow GFC nya ya makk.. #77 ditunggu follow back nya ^.^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mak.
      Aku malah dah lama kok follow blogmu mbak. Tengkyu ya dah folbek

      Delete
  11. Sedihnyaa.. Dilema ibu bekerja, ya.. Saya kerja dari rumah juga dilarang terus pegang gadget sama si kecil, harus fokus ke dia terus. Jadi inget anak tetangga dulu juga sampe guling-guling di jalanan lihat mamanya kerja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dek paksi nih agak possesive dan demanding niih mbak

      Delete
    2. Dek paksi nih agak possesive dan demanding niih mbak

      Delete
  12. Tulisannya bikin trenyuh mak...anakku cuma 1 mak, aku merasakan betapa kesepiannya dia, dulu aku sempat berkeinginan untuk bekerja tapi dilarang sama anakku, akhirnya aku ngalah, lbh baik jadi IRT yang bisa nemani anakku. tapi kadang keinginan untuk kembali bekerja membuat saya bingung...yah menjadi ibu memang tidak gampang!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. dilematis memang mak..dan kadang ini bukan pilihan
      ketika kondisi mengharuskan sy untuk tetap bekerja hikss
      sy yakin suatu hari dia paham

      Delete
  13. Semangat mak... salut dengan perjuangannya... mudah2an dek Paksi nanti semakin mengerti....

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin..makasih mak. iya saya yakin dia akan paham suatu saat hari nanti.

      Delete
  14. Caiyooo... Paksi.

    Sabar ya Mak Ophie. Semangat ah belajar bareng ibu & anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih auntie
      semangat semangat hiks...
      I know he will understand it one day

      Delete
  15. Jadi ingat si bungsu dulu kayak Paksi, moody juga emang. Kadang baik, kadang ngeyel maksa ibu di rumah aja. Alasannya sama, susunya udah banyak, mainannya udh banyak, hihiii

    Dan aku malah baru resign ketika dia udh SMA, tapi dia seneng sih lihat pulang sekolah ibu udh di rumah, padahal udah gede yaa. Sabar ya dek PAksi, ntar kalo udh sekolah temannya banyak pasti, lucu siiih

    ReplyDelete
    Replies
    1. mudah-mudah begitu mak hidayah. makasih sharingnya yaa

      Delete
  16. Hiks imutnyaaa~~ *terharu*
    *jadi pengen punya anak*

    Hehehehe :D

    Sebagai orang tua emang harus sabar dan pandai2 memilih kata untuk diucapkan kepada anak. :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.