Green Jobs: Peluang Kerja Anak Muda


Dinamika Kondisi Ekonomi dan Bonus Demografi

Ada perubahan signifikan dalam kondisi perekenomian dan industri di tingkat lokal maupun global. Tidak semata-mata karena kondisi pandemi Covid-19 yang mengglobal namun jauh sebelum itu kita semua mungkin sudah familiar dengan revolusi industri 4.0 yang juga mendorong terjadinya perubahan. Semua sektor dituntut untuk menjadi lebih resilient menghadapi berbagai kondisi tak terduga yang diprediksi masih akan terus berlanjut ke depannya.

Selain dinamika global yang mau tidak mau berpengaruh sangat kuat terhadap kondisi di tanah air. Yang menjadi khas untuk kasus Indonesia adalah fakta bahwa kita memiliki bonus demografi. Ini bisa kita sebut sebagai tantangan meski juga merupakan potensi yang harus kita kelola dengan baik.  Era bonus demografi ditandai dengan ledakan penduduk usia kerja. 

Ngobrolin ekonomi dan bonus demografi maka akan sangat dekat dengan isu peluang kerja. Iyes, para generasi muda Indonesia hari ini dan beberapa tahun yang akan datang (mungkin mereka saat ini masih dalam usia anak dan pra remaja, -usia anak-anak saya) dipastikan akan mengalami persaingan yang lebih ketat dan menghadapi perubahan yang lebih dinamis.

Saat ini saja sudah terjadi perubahan trend dunia kerja di mana pekerjaan konvensional mulai mengalami penurunan dan jenis pekerjaan yang mengadaptasi teknologi infomasi mengalami kenaikan signifikan. Saya pribadi menilai perubahan trend tersebut terjadi bukan semata pada sektor atau bidang kerja tetapi lebih pada bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan. Pada maksimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dalam proses bekerja guna efisiensi sumber daya (resources).

Isu efisiensi sumber daya ini pulalah hakikatnya yang menimbulkan banyak perubahan paradigma di berbagai sektor. Menurut data dari World Economic Forum, perubahan signifikan di sektor industri infrastruktur dan energi didorong oleh adanya perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya alam. Aspek ini yang kemudian menjadi pendorong perubahan di segala bidang.

Green Economy

Perubahan iklim dan kendala sumber daya alam menyebabkan adanya perubahan pada pola kerja yang lebih fleksible (flexible work), adanya kebutuhan akan suplai energi baru dan teknologinya, volatilitas geopolitik, dan bahkan mendorong ke arah transisi perekonomian yang lebih hijau (green economy).

What is meant by the green economy?

There is no unique definition of the green economy. Main characteristic of the concept is the acknowledgment of the economic value of natural capital and ecological services and the need to protect those resources. (Referensi: ILO)

Pada intinya karakter utama dari konsep "green economy" atau "ekonomi hijau" adalah pengakuan terhadap  nilai ekonomi dari modal sumber daya alam dan layanan/jasa ekologi serta adanya kebutuhan untuk melindungi sumber daya tersebut.

Program Lingkungan UN mendefinisikan “ekonomi hijau" sebagai ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, yang juga secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi.  Dalam ungkapan yang paling sederhana, ekonomi hijau dapat dianggap sebagai ekonomi yang rendah karbon, hemat sumber daya, dan inklusif secara sosial.



Terkait dengan hal tersebut, dari tataran kebijakan,  Indonesia juga sudah memiliki komitmen untuk mengurangi efek emisi gas rumah kaca/pemanasan global/greenhouse gas mulai dari 26% hingga 41% pada tahun 2025. Empat tahun lagi gais, semoga kita bisa memenuhinya ya. Semangaat!!

Indonesia  menetapkan bahwa target nomor 7 dari SDGs (Sustainable Development Goals) adalah memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua. Kemudian juga mentargetkan untuk mencapai 23% porsi energi terbarukan dalam bauran energi pada 2025 dan 31% pada 2050.

Fakta ini lagi-lagi menjadi tantangan sekaligus potensi. Indonesia hakikatnya telah menyadari bahwa "Green Economy Recovery" merupakan langkah yang harus ditempuh menghadapi kondisi hari ini dengan berbagai fakta yang ada dan tantangan ke depan yang harus diantisipasi terlebih dengan beban bonus demografi yang tak terelakkan. 

Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Forum G20 Meeting menyatakan bahwa: “penerapan green recovery akan menjadi pendorong bagi transformasi ekonomi dunia. Indonesia telah, dan akan terus berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon kami selain mencapai negara yang tahan iklim." 

Senada dengan pernyataan tersebut, dalam Pertemuan Forum OECD ke 7 yang bertema "Green Finance and Investment" Ibu Menteri juga menegaskan kembali bahwa  “Kita berharap Indonesia bisa pulih. Jadi, kita arahkan beberapa pemulihan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja dan sekaligus mengatasi masalah lingkungan ”

Kiranya inilah nafas utama dalam artikel ini yakni penciptaan lapangan kerja yang sekaligus mengatasi masalah lingkungan. Ini yang kemudian kita sebut sebagai Green Jobs sebagai salah satu aspek penting dalam desain green economy.



Kebijakan berbagai negara maju (OECD countries), UK, atau Korea Selatan misalnya sangat mensupport green economy dan bahkan proritas pembangunan dan anggaran mereka ditekankan pada "Green Economy Recovery" tidak hanya menyikapi efek pandemi Covid-19 namun menindaklanjtuti program pembangunan berkelanjutan yang sebelumnya telah lama diusung.

Indonesia sendiri dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah) 2020-2024  telah mengarusutamakan SDGs. Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan. 

Salah satu prioritas pembangunan nasional tersebut adalah membangun lingkungan hidup serta ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim yang salah satunya berfokus pada pembangunan energi berkelanjutan yang mencakup isu energi baru dan terbarukan serta konservasi dan efisiensi energi.

Energi Baru dan Terbarukan

Energi  Baru dan Terbarukan? Hmm apa hubungannya dengan Green Jobs? Jika merunut pada bagian sebelumnya tentu kita bisa melihat kaitan erat antara Green Jobs dengan isu Energi Baru dan Terbarukan. Yuk cuss kita ulas sekilas tentang Energi Baru dan Terbarukan.

Dalam tataran kebijakan, istilah Energi Baru dan Terbarukan. bukanlah barang baru. Nomenklatur ini sudah diatur secara definitif dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Jadi sudah lebih satu dekade wacana terkait Energi Baru dan Energi Terbarukan hadir di negara tercinta kita dalam tataran hukum poisitif. Apa kata Undang-Undang tentang nomenklatur tersebut?


Energi: kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. 

Energi baru: energi yang berasal dari sumber energi baru yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir, hidrogen, gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), dan batu bara tergaskan (gasified coal). 

Energi terbarukan: energi yang berasal dari sumber energi yang terbarukan yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelala dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. 

Dalam Program Legislasi Nasional 2020-2024 Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Energi Baru dan Terbarukan juga sudah masuk dalam nomor urut 169 sebagai salah satu RUU usul inisiatif DPR, bahkan telah masuk sebagai RUU Prioritas Tahun 2020 pada nomor urut 9 dan kembali menjadi prioritas pada tahun 2021 ini. 

Proses penyusunan RUU ini sudah berjalan, semoga bisa diselesaikan sesuai target agar bisa segera menjadi payung hukum yang memberi kepastian hukum bagi penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia terutama terkait dengan kepastian investasi di sektor Energi Baru Terbarukan dan keberlanjutannya bagi pembangunan di Indonesia.

Bukan hanya tuntutan dalam skala nasional, sebetulnya pencapaian "low carbon development" ini juga menjadi target global. Menjadi satu dari 195 negara yang menandatangani Kesepakatan Paris (Paris Agreement) dan satu dari 164 negara yang meratifikasinya. 

Ratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perubahan Iklim), menuntut Indonesia untuk konsisten mengembangkan energi terbarukan, utamanya di sektor ketenagalistrikan. Target berdasarkan angka, 2030 Indonesia secara nasional harus dapat menurunkan angka emisi gas rumah kaca hingga 29%.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), target EBT secara spesifik diatur dengan tenggat waktu 2025 dan 2050. Porsi EBT dalam bauran energi nasional harus mencapai setidaknya 23% di tahun 2025 dan paling sedikit 31% tahun 2050 sepanjang keekonomiannya terpenuhi. 

Lalu bagaimana faktanya di lapangan? Tentu saja potensi dan peluang perlu kita dipetakan. Indonesia memiliki potensi sumber energi fosil dan nonfosil yang melimpah, namun sayangnya sistem energi Indonesia belum tertata dengan baik. Saat ini sebagian besar kebutuhan energi domestik masih didominasi oleh pemanfaatan sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara. 

Tantangan untuk bisa segara beralih ke energi non fosil tentu semakin menguat dengan melihat semakin berkurangnya jumlah persediaan energi fosil itu sendiri dan akibat buruk dari ekspolitasi energi fosil yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Belum lagi kerusakan lingkungan hidup karena menggantikan habitat aslinya untuk berbagai industri atau sektor usaha lainnya yang mengabaikan analisis dampak lingkungan.

Tidak perlu kita ingkari bagaimana tutupan hutan di berbagai pulau di Indonesia berubah menjadi perkebunan sawit dan industri non pertanian dan perkebunan, atau lenyapnya sumber resapan air dan hutan di pulau Jawa yang berubah menjadi industri manufaktur dan perumahan.

Kita tidak juga bisa ingkari bahwa salah satu penyumbang perubahan iklim secara global  adalah lenyapnya hutan dan pohon di nusantara tercinta, yang sekaligus berkontribusi pada banyaknya bencana alam seperti longsor dan banjir yang juga menimbulkan kerugian ekonomi negara secara keseluruhan.

Potensi Energi Terbarukan di Indonesia masih sangat menjanjikan untuk dikelola. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM pada tahun 2020, total potensi sumber daya/energi terbarukan baik dari tenaga surya, bayu/angin, bioenergi, panas bumi dan samudra dapat diperkirakan sekitar 417,8 gigawatt dan baru 2,5 % saja kapsitas yang terpasang, yakni sekitar 10,4 gigawatt.



Bagaimana sektor Energi Terbarukan juga berpotensi membuka lapangan pekerjaan? Berdasarkan data dari IRENA, pada tahun 2019 sektor energi terbarukan mempekerjakan setidaknya 11,5 jutaan orang, secara langsung dan tidak langsung. 

Secara keseluruhan, hampir 3,1 juta pekerjaan PV surya (83% dari total global) berada di Asia, diikuti oleh Utara Amerika 6,5%, Eropa 4,4% dan Afrika 3,7%. Selanjutnya penggunaan biodiesel di Indonesia adalah yang kedua terbesar di dunia dengan 494.400 orang dan  44% pekerjaan dengan energi angin dihasilkan di Tiongkok dengan sekitar 518.000 pekerjaan.

Sebaliknya, salah satu tantangan mengadopsi EBT adalah cost yang cukup tinggi. Sejauh ini memang salah satu kendalanya adalah tingginya biaya investasi teknologi berbasis energi baru terbarukan. Namun demikian tantangan ini di satu sisi merupakan peluang. Perkembangan teknologi dan inovasi sangat memungkinkan untuk bisa mengadopsi EBT. Pengembangan EBT memiliki benefit jangka panjang yang tidak hanya terbatas pada sektor energi namun juga sektor lain yang terkait termasuk lapangan pekerjaan hijau atau green jobs.

Be Green, Be You!

Green Economy dan pengembangan Energi Terbarukan harus betul-betul diimplementasikan. Terlepas dari kebijakan di atas kertas Pemerintah yang tentu saja dalam pelaksanaanya masih ada kekurangan dan gap yang sangat mungkin kita kritisi, mengapa tidak gerakan dan pemikiran tentang green economy menjadi mindset dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda penyumbang bonus demografi kita.

Salah satu langkah awal yang penting dan harus segera dilakukan (mengingat kita sudah cukup tertinggal) adalah penanaman mindset atau cara berpikir "green" dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Kita harus segera dan bergegas menyesuaikan diri dengan dinamika global dan kondisi nature yang semakin tidak terduga dengan menjadikan mindset "green" sebagai sebuah trend positif di semua lapisan masyarakat terutama generasi muda.

Being Green Is Cool! Slogan yang harus jadi mindset generasi muda Indonesia. Mindset yang kemudian menggerakkan segenap komponen bangsa untuk menjadi Green Nation. Jangan bilang mustahil. Pemerintah, Legislative,  Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Para Influencer memiliki peran penting dalam mensosialisasikan isu ini kepada seluruh masyarakat. Namun yang jauh lebih penting adalah ketika ini menjadi gerakan akar rumput, di mulai dari lingkungan yang paling kecil, di mulai dari diri sendiri.

"Being Green" sesederhana memisahkan sampah hijau dan sampah kemasan di rumah, mengurangi menggunakan perlengkapan makan dan sedotan sekali pakai, menggunakan kertas bolak balik, menghemat penggunaan listrik, membawa tas belanja sendiri dari rumah, sesuatu yang mungkin bahkan sudah kita lakukan sehari-hari. 

Namun sangat penting untuk melakukannya dengan konsisten dan menyuarakannya agar menjadi habit semua orang dan dilakukan dalam skala yang lebih besar sehingga "green me" beralih menjadi "green family" lalu membentuk "green society". In fact, bagi mereka yang bekerja di luar rumah, tentu kebiasaan ini juga akan membawa virus baik di lingkungan kerjanya.  

Green Jobs itu Apa Sih?

Seperti sudah disinggung sebelumnya "Green Jobs" dapat diartikan sebagai Pekerjaan Ramah Lingkungan. Merujuk pada ILO (International Labour Organization) Green Jobs adalah pekerjaan yang layak di sektor ekonomi apa pun (misalnya pertanian, industri, jasa, administrasi) yang berkontribusi pada pelestarian, pemulihan, dan peningkatan kualitas lingkungan. Tiga kata kunci dari definsi ini yakni:

  • Layak
  • Sektor Ekonomi Apapun
  • Kontribusi terhadap Kualitas Lingkungan 


Green jobs memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • mengurangi dampak lingkungan dari perusahaan dan sektor ekonomi dengan meningkatkan efisiensi energi, bahan mentah dan air; 
  • de-karbonisasi ekonomi dan menurunkan emisi gas rumah kaca; 
  • meminimalkan atau menghindari segala bentuk limbah dan polusi; 
  • melindungi atau memulihkan ekosistem dan keanekaragaman hayati; dan 
  • mendukung adaptasi terhadap efek perubahan iklim.


Bagi ILO, konsep pekerjaan ramah lingkungan merangkum transformasi ekonomi, tempat kerja, perusahaan, dan pasar tenaga kerja menjadi ekonomi rendah karbon dan berkelanjutan yang memberikan peluang kerja yang layak bagi semua.

Karena Green Jobs adalah pekerjaan yang layak maka tentu saja ini merupakan peluang bagi pencari kerja tanpa perlu merasa khawatir kemampuannya menopang keuangan individu. Jika tidak layak maka bukan Green Jobs. Catat! Wajar sih kalau ada yang kemudian merasa perlu diyakinkan apakah green jobs ini layak secara finansial. Well, ternyata salah satu kategori utamanya adalah pekerjaan tersebut harus layak.

Konstribusi green jobs terhadap pelestarian atau pemulihan lingkungan juga tidak terbatas atau ekslusif pada sektor hijau yang baru muncul seperti Energi Terbarukan atau efisiensi energi namun juga dapat dilakukan pada sektor tradisional seperti manufaktur dan konstruksi sepanjang menjalankan atau memenuhi prinsip atau karakteristik green jobs tadi.

Pun sektor Energi Terbarukan tidak semata-mata membuka peluang kerja bagi engineer. Sektor ini sangat padat karya karena memerlukan keahlian di bidang lain juga dalam pelaksanaannya. Untuk pekerjaan yang langsung terkait meliputi manufaktur, konstruksi, operasional dan maintenance (perawatan). 



Selain itu ada pekerjaan tidak langsung meliputi penyediaan barang dan jasa pendukung yang juga cukup besar kebutuhannya seperti bidang legal, arsitek, layanan peralatan, ahli geologi, manajemen bisnis, penjaga keamanan, dan lain-lain. Bahkan ada juga pekerjaan terinduksi yang melayani pekerja, subkontraktor, dan lainnya yang diperhitungkan dalam pekerjaan langsung maupun tidak langsung.

To sum up, berdasarkan ILO, green jobs meliputi namun tidak terbatas pada pekerjaan berikut:

  • pengelolaan limbah, daur ulang,
  • energi dari limbah
  • energi terbarukan
  • efisiensi energi pertanian dan kehutanan
  • konstruksi hijau
  • transportasi rendah karbon
  • energi (jaringan pintar, konsultan, kelistrikan)

Iyes, tidak terbatas karena perlu ditekankan lagi di sektor apapun sepanjang memenuhi karakteristik "green" maka dapat dikategorikan sebagai green jobs misalnya "green entrepreneurship" atau "green tourism".

Green Entrepreneurship

Kedua konsep terkahir menurut saya sangat menarik dan membuka banyak peluang bagi anak muda yang kreatif terlebih pada kondisi pandemi seperti sekarang. Tidak sedikit wirausaha termasuk wirausaha muda yang menerapkan "green entrepreneurship" dalam menjalankan usahanya. Tidak semata-mata karena menghasilkan produk/barang/jasa yang ramah lingkungan namun juga menerapkan konsep "green" atau ramah lingkungan dalam kegiatan produksi, administrasi, maupun marketing. 

Beberapa contoh bisnis atau usaha Green Entrepreneur atau sering juga disebut sebagai Ecopreneur misalnya bisnis makanan sehat atau terkait dengan pola hidup sehat lainnya seperti non gluten food/drink, salad, fresh juice (fruits/veggies), atau herbal drink; home based business atau bisnis rumahan yang menggunakan bahan ramah lingkungan seperti sayur organik, daging ayam organik, kopi organik, dan lain sebagainya; usaha yang memanfaatkan bahan daur ulang seperti furniture dengan kayu daur ulang, produk fashion dengan bahan daur ulang dan sebagainya.

Beragam dan luasnya bidang wirausaha juga memperluas penerapan green entrepreneurship sehingga peluang green jobs semakin variatif dan luas, kembali kepada bagaimana pengelolaan wirausaha ini bisa mengadaptasi tidak hanya produk yang "green" namun juga metode dan proses yang ramah lingkungan. 

Green Tourism

Siapa yang suka jalan-jalan? Naah semua tunjuk jari. Di masa pandemi mau jalan-jalan ke mana sih? Pariwisata ngedrop luar biasa di masa pandemi ini. Ok, mungkin ada benarnya tapi karena pandemi masih belum berakhir, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan "Green Tourism". Waah apa tuh?

Khusus wisata outdoor, sebetulnya masih sangat bisa dilakukan dalam kondisi pandemi sekalipun. Tentu dengan menjaga protokol kesehatan. Nah yang menarik beberapa tahun lalu saya pernah mengunjungi obyek wisata alam tepatnya pantai yang sudah menerapkan eko wisata atau wisata hijau yang menurut saya juga relevan untuk diterapkan dalam kondisi pandemi seperti saat ini.

Adalah Clungup Mangrove Conservation Pantai Tiga Warna Malang Jawa Timur, yang dikenal dengan CMC Tiga Warna. CMC Tiga Warna terletak di Desa Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Ekowisata ini dikelola oleh masyarakat lokal Sendang Biru yang tergabung dalam Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru. Jumlah masyarakat lokal yang terlibat sekitar 107 orang.

Sebagian besar masyarakat lokal yang semula bekerja sebagai perambah hutan, nelayan yang menangkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, dan pencuri kayu kemudian diajak dan dilibatkan dengan sosialisasi yang gencar guna mengubah perilaku masyarakat. Mereka dilibatkan baik sebagai pemandu wisata, penjaga pantai, hingga jasa ojek. Prinsip pengelolaan CMC Tiga Warna ini adalah ekologi, sosial, dan ekonomi.

Kawasan CMC Tiga Warna terbagi menjadi dua area konservasi yaitu area konservasi Mangrove (Pantai Clungup dan Pantai Gatra) dan area konservasi terumbu karang (Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah dan Pantai Tiga Warna). Selain menikmati wisata alam, di sini pengunjung bisa belajar terkait konservasi.



Konsep eco tourism yang menjadikan CMC unik, sangat ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah peraturan yang ditetapkan pengelola bagi pengunjung. Hal yang mungkin tidak lazim dilakukan pengelola wisata yang mostly sangat dan hanya fokus pada banyaknya pengunjung yang datang. Apa saja terobosan eco-green tourism di CMC Tiga Warna?

  • Sistem Reservasi Bagi Pengunjung

Kunjungan hanya bisa dilakukan melalui reservasi. Kita harus menghubungi nomor kontak pengelola terlebih daulu lalu mendaftarkan nama dan jumlah orang yang akan datang berkunjung kemudian membayar semacam uang pendaftaran. Jadi tidak bisa datang langsung tanpa proses reservasi. 

  • Pembatasan Jumlah Pengunjung

Sistem reservasi ini dilakukan karena pengelola melakukan pembatasan jumlah pengunjung yang datang pada satu hari. Bahkan untuk beberapa area pengunjung dibatasi dengan cukup ketat dibandingkan pada area lainnya. Pengelola tidak akan menerima pengunjung yang sudah melebihi kuota batas pengunjung per hari. Setiap rombongan pengunjung juga harus ditemani seorang guide yang akan memandu selama kunjungan. Jadi ada transfer pengetahuan terkait kawasan dan proses konservasi di kawasan ini juga.

  • Pemberlakuan Tutup Kunjungan

Tutup kunjungan dilakukan rutin setiap hari kamis atau pada waktu tertentu selama beberapa hari. Biasanya di hari libur panjang atau libur nasional, CMC Tiga Warna malah memberlakukan tutup kunjungan lho. Tutup kunjungan dilakukan agar pengelola dapat  melakukan pemulihan ekosistem kawasan atau menjaga keseimbangan ekosistem, serta kegiatan pembangunan nilai sosial lainnya. 

Saat tutup kunjungan pengelola malah melakukan semacam kerja bakti guna menjaga keberlangsungan ekosistem di kawasan tersebut secara berkala baik area konservasi pantai dengan hutan bakau maupun konservasi terumbu karangnya.

  • Sistem Checklist Barang Bawaan

Semua pengunjung diwajibkan melakukan check barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah ketika masuk dan keluar.  Jumlah kantong-kantong plastik yang dibawa, bungkus makanan, kertas, dan seterusnya dilakukan pendataan saat masuk. Semua jumlah (calon) sampah yang dicatat dibawa ke kawasan akan dicek kembali saat akan keluar dari area tersebut. 

Jika pada saat pengecekan keluar ada jumlah yang kurang/tidak sesuai. pengunjung akan diminta kembali ke dalam untuk mencari sampah yang tertingal atau mencari sampah pengganti yang biasanya terbawa gelombang laut. Pengunjung yang tidak bersedia kembali mengambil sampah yang tertinggal atau sampah pengganti akan membayar denda IDR. 100.000 untuk 1 item sampah. Keren yaa aturannya. 

Sistem ini diberlakukan guna menjaga kebersihan kawasan terutama dari sampah non organik yang sulit terurai dan bagian dari edukasi agar pengunjung bertanggung jawab atas apa yang mereka bawa ke dalam kawasan.

Semua Standar Operating Procedure (SOP) tersebut bukan hanya di atas kertas karena saya mengalami sendiri. Saat kami harus mendata dan menghitung barang bawaan termasuk (calon) sampah yang kami bawa. Kami juga diperiksa saat keluar dan memastikan jumlah barang yang keluar sama dengan data saat kami masuk. 

Pemberlakukan sanksi juga dijalankan dengan tegas. Saya melihat sendiri pengunjung yang abai terkait pengaturan sampah tersebut harus kembali ke dalam kawasan untuk membawa kembali sampah mereka atau mereka harus membayar denda IDR.100.000/item. 

Alhamdulillah saat itu kami aman, karena anak-anak bisa memahami aturan tersebut dan saya ingatkan untuk tidak membuang sampah di dalam kawasan. Semua sampah yang kami bawa saat masuk, kami bawa kembali saat keluar.

Senang sekali bisa mengajak anak-anak main ke Pantai ini yang karena pengunjungnya dibatasi sehingga terasa lebih pivat. Selai itu anak-anak belajar menjaga lingkungan dan bertanggung jawab atas kelestariannya sebagai bukti cinta pada alam. 

Saat ini CMC Tiga Warna semakin berkembang dan tetap konsisten menjalankan SOP dan aturan sejak awal. Selama masa pandemi Covid-19 mereka juga sudah buka dan memperketat SOP dan melengkapinya dengan SOP protokol kesehatan.

Saya berkunjung ke CMC Tiga Warna sekitar 5 tahun lalu. Saya sempat agak ragu akankah konsep pengelolaan yang mereka lakukan bisa konsisten dan berkelanjutan. Ternyata hingga hari ini mereka masih menerapkan SOP yang sama dan kawasan ini makin berkembang dengan dibukanya banyak area baru yang juga menyerap tenaga kerja lokal.

Menurut saya hal ini sangat menginspirasi mengingat bagaimana efek besar tidak hanya bagi lingkungan namun juga bagi penghidupan masyarakat sekitar. Konsep pengelolaan eco-green tourism ini terbuka menjadi green jobs yang bahkan bisa melibatkan/mempekerjakan masyarakat lokal. Konsep yang patut ditiru oleh pengelola wisata alam lainnya.

Hmm menarik bukan bagaimana Green Jobs dalam berbagai sektornya berpotensi tidak hanya mengubah aspek ekonomi individu dan masyarakat namun juga mengubah perilaku masyarakat yang lebih baik sekaligus memulihkan lingkungan dan melestarikannya.



Jadi kalian masih berpikir dua kali untuk bisa menjadi bagian dari pola perilaku dan peluang kerja yang keren ini? Hmmm jangan dung, again being green is cool! Be Green Be You! 

Think Big, Act Small, Start Now!

Salam Hijau :)


Referensi:

  • https://coaction.id/
  • https://www.ilo.org/global/topics/green-jobs/WCMS_214247_EN/lang--en/index.html
  • https://www.greenclimate.fund/news/global-leaders-highlight-need-invest-covid-climate-recovery
  • https://www.kemenkeu.go.id/en/publications/news/this-is-how-indonesia-does-green-financing-as-well-as-handling-covid-19/
  • https://www.instagram.com/cmctigawarna/

43 comments

  1. mba ini review tentang green jobs peluang kerja anak muda cukup lengkap ya, menarik sekali bikin para anak muda semangat untuk mencari pekerjaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup

    ReplyDelete
    Replies
    1. lebih dari itu jadi seimbang deh antara mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tapi juga sekaligus menjaga lingkungan

      Delete
  2. Aku jadi berpikir, anak2 harus melek dengan ini sedari kecil. Bagaimana membuat bumi kembali hijau. Tantangannya luar biasa ya mba. Peluang sekaligus tantangan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjaga bumi tugas manusia ya mba. Sekarang udah terasa efeknya..bencana 😭

      Delete
  3. Perihal energi terbarukan aku sudah sempat dengar beberapa tahun sebelumnya seiring perkembangan dan perencanaan revolusi industri 4.0
    Dimana energi terbarukan ini diharapkan akan membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia untuk memperoleh kebutuhan esensialnya
    Dan orientasi nya cukup sejalan dengan Green Job yang kini tengah banyak di suarakan

    ReplyDelete
  4. Wah keren banget CMC tiga warna ini. Antimainstream betuuulll...
    Tapi memang, tantangannya gede banget utk penerapan green habbit ini. Saat perut masih kelaparan, mana mikir minimalisasi penggunaan plastik kresek, ini contoh simple-nya ya kan mbak? hehehe
    Kadang upaya-upaya hijau yang kita lakukan seperti "menggarami laut." Bahkan juga ada rasa miris ketika diri sendiri juga belum konsisten. Tapi, duuuh, nggak boleh pesimis ya kan?

    ReplyDelete
  5. Setuju Mbak, penerapan green recovery akan menjadi pendorong bagi transformasi ekonomi dunia. Indonesia juga bisa berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon selain menuju sebagai negara yang tahan iklim

    ReplyDelete
  6. Wah peluang baru banget soal Green Job ini. Jujur aku sambil belajar peluang-peluang yang ada ini mbaa karena bumi perlu banget untuk menjadi sebuah concern dijaga dan dirawat

    ReplyDelete
  7. Being green is cool. Ini mindset yang harus kita tanamkan dari dini ya, Teh. Kayak jangan buang sampah sembarangan, meminimalisir sampah dan kebiasaan bagus lainnya bakal terbawa terus sampai dewasa

    ReplyDelete
  8. Mbak, diriku yang asli Malang langsung manggut manggut bacanya. Keren kali aturan CMC pantai 3 warna itu. MEnghitung sampah terus keluar juga dihitung. Seandainya banyak pengelola wisata alam yang begini ya, pasti akan membuat suasana alam nya bener-bener akan terjaga kelestarian dan kebersihannya, good job ada dendanya juga nih

    ReplyDelete
  9. Mbak Ophi, votalitas geopolitik itu apa?

    BTW, sejalan ya sama tulisan saya yang tentang BBHM ramah lingkungan. Rupanya green economy memang harus disegerakan, yang mana termasuk di dalamnya rendah karbon.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Volatilias geopolitik tuh bahasa gampangnya kondisi geopolitik (atau perpolitikan di kancah lokal, nasional maupun global) yang berubah2 mba. Ya berubahnya geopolitik gt

      Delete
  10. Semua sektor mau gak mau harus berubah juga ya di masa sekarang bukan karena pandmei aja tapi juga revolusi industri yang serba digital. Penciptaan lapangan pekerjaan juga harus memperhatikan lingkungan ya skr gak cuma asal ikut perkembangan teknologi

    ReplyDelete
  11. Anak-anak harus dikenalkan dengan Green Jobs ini sejak sekarang ya, Mbak. Karena merekalah yang akan mengisi lapangan pekerjaan beberapa tahun mendatang, dimana harus memperhatikan soal perubahan iklim.
    Makasih Mbak artikelnya lengkap banget :)

    ReplyDelete
  12. Mulia sekali yaa... Green Job bekerja yang tetap memposisikan alam pada tempatnya. Sehingga kita semua bisa hidup berdampingan dengan bahagia dan menjadikan warisan yang terbaik untuk anak cucu kita kelak.

    ReplyDelete
  13. banyak yang ga ngeh masih sama kerjaan ini
    tapi ini topik menarik yang harus diasah ya mak biar generasi muda peduli sama lingkungan dan alamnya

    ReplyDelete
  14. Gren Jobs ini memang kece ya mbak
    nggak hanya memberikan penghasilan yang layak, tetapi juga bisa membantu melestarikan lingkungan
    pas bgt buat setiap anak muda untuk memanfaatkan peluang ini

    ReplyDelete
  15. Sebagai orang Malang saya malah baru tahu kalau CMC Tiga Warna ini bagian dari green jobs, memang pernah dnegar kalau mau ke sana musti reservasi dulu.

    ReplyDelete
  16. Green job ini peluang buat anak muda mendapatkan pekerjaan gitu yah kak? Good job denda juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. mendapatkan atau juga bisa dengan menciptakannya sendiri mas

      Delete
  17. Energi terbarukan memang benar2 harus diterapkan industri manapun. Urusan pengelolaan berbagai sampah ini nih yang paling sulit direalisasikan semua pihak. Penghijauan yang mendongkrak perekonomian harus itu... Bisa dimulai dari keluarga hingga masyarakat. Mantap ini Green Jobs, semoga berkesinambungan hingga nanti ya demi lingkungan dan kehidupan yang bersih dan terjaga.

    ReplyDelete
  18. Indonesia semoga bisa serius mengimplementasikan “ekonomi hijau" ini biar sejalan tujuan ekonomi dengan perbaikan lingkungan. Toh untuk keberlangsungan semua.

    ReplyDelete
  19. pasti masalah sampah di Indonesia akan segera selesai jika semua daerah di Indonesia bisa menerapkan program zwc ini ya mbak
    karena dgn memilah sampah di kawasan, akan mempermudah pengolahan nya...sampah yg dibuang ke TPA juga berkurang

    ReplyDelete
  20. Being green is cool. Slogan ini harus dikenalkan ke anak-anak sejak dini ya. Karena di masa depan, merekalah yang akan punya andil besar membuat bumi menjadi hijau kembali

    ReplyDelete
  21. Mudah-mudahan apa yang direncanakan ini soal green economy dan green job bisa terealisasikan dan didukung seluruh masyarakat.

    ReplyDelete
  22. Banyak yang bilang kalau bumi semakin tuan dan mulai sakit-sakitan. Penyebabnya kebanyakan karena ulah manusia. Jadi menarik juga dengan peluang kerja green jobs ini. Semoga kita semua semakin peduli dengan lingkungan. Sehingga bumi semakin membaik

    ReplyDelete
  23. Kalau kita semua konsisten menuju Indonesia 'Ekonomi Hijau', saya yakin, masa depan akan lebih dan peluang usaha makin banyak. Dan yang terpenting lingkungan tetap terjaga.

    ReplyDelete
  24. Yang aku lihat sekarang ini banyak anak muda yang memang sudah memilih green jobs. Di sektor pertanian mulai menggeliat banyak anak muda yang memulai bisnis sayuran organik dan hidroponik gitu ya kak...

    ReplyDelete
  25. Dulu waktu lulus sekolah mikir kerja ya itu lagi, itu lagi. Sekarang sudah banyak hal yang bisa kita lakukan termasuk pekerjaan yang ramah lingkungan. Harus dukung yang kaya gini biar anak cucu kita tetap bisa menikmati bumi dan lingkungan yang sehat

    ReplyDelete
  26. Sebelom ikut webinar, aku jujur bingung dengan Green Jobs ini. Tapi sekarang ngerti. Dan iya banget ya, sekarang ini, kita semua harusnya sudah bisa beralih ke Green Jobs. Sebagai bukti sayang bumi. Toh sebenernya, semua pekerjaan itu bisa dijadikan Green Jobs. Ya setidaknya lebih ramah dari sebelomnya

    ReplyDelete
  27. Semua berawal dari me, family dan dari lingkungan ekcil untuk mewujudkan green living, dari greeen job sehingga mewujudkan bumi lebih mudah dinikmati karena kelangsungan hidupnya lebih diperhatikan, jadi mungkin,ya Mbak

    ReplyDelete
  28. Iya, sekarang kita harus berwawasan lingkungan ya apapun yang kita kerjakan harus memperhatikan lingkungan, misalnya penulis ya harus mulai mengurangi penggunaan kertas, go digital jadi pohon tidak ditebangi

    ReplyDelete
  29. Zaman sekarang makin banyak ya yang peduli sama lingkungan, makanya kadang ada beberapa pekerjaan yg kiblatnya ke sana. Kyk arsitek gtu misalnya, bikin perumahan tp jg mempertimbangkan sisi lingkungan. Begitu pula para pengusaha, berlomba2 bikin produk ramah lingkungan.
    Semoga makin banyak yang melakukan gerakan2 kyk gtu ya

    ReplyDelete
  30. Tren going green jadi gaya hidup semoga bisa diterapkan semua orang dan semua perkantoran juga ya mbak

    ReplyDelete
  31. semoga semakin banyak anak anak muda yang peduli dengan lingkungan dan mau mempelajari dan mengambil green jobs ini ya maaak.. biar bumi bisa semakin lestari di masa depan.

    ReplyDelete
  32. Green jobs ini emang peluang yang sangat bagus yah, banyak yang sudah mulai memanfaatkannya.

    ReplyDelete
  33. Green jobs ini peluang sekali yah apalagi dimasa pandemi seperti ini, banyak yang kehilangan pekerjaan dan mulai bekerja dan juga peduli sama lingkungan

    ReplyDelete
  34. Tapi ya kalau aku lihat belakangan ini memang sudah mulai nih banyak kaum millenials yang menyukai green jobs. Karena sempat lihat pembahasannya di salah satu media sosial baru.

    ReplyDelete
  35. anak muda jaman sekarang harus aware dengan segala perubahan dan juga tantangan baru ya mbaa.. this green job is one of them

    ReplyDelete
  36. Saya pribadi mendukung banget untuk temen-temen yang sekarang sedang mempersiapkan diri masuk dunia kerja untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dari pekerjaan yang nantinya ditekuni. Kalo misal bikin usaha di bidang fashion, misalnya, harus diperhatiin banget dari segi bahan sampe limbah pembuangannya. Dengan begitu sektor green jobs juga akan makin luas jangkauannya.

    ReplyDelete
  37. Banyak Ternyata ya bidang usaha yang bertepatan dengan. Green Jobs ini ya mba Dan bisa kita ambil bahkan bisa menciptakan sendiri Peluang kerja

    ReplyDelete
  38. Selama ini aku kira green job itu eksklusif terbatas pada ruang hijau atau energi terbarukan. Ternyata lebih luas ya mbak.Manufaktur dan konstruksi sepanjang menjalankan atau memenuhi prinsip atau karakteristik green jobs termasuk green jobs juga ya.

    ReplyDelete
  39. Ternyata green jobs tidak ekskusif pada ruang hijau atau energi terbarukan ya mbak. Lebih luas ternyata. Manufaktur dan konstruksi sepanjang menjalankan atau memenuhi prinsip atau karakteristik green jobs ternyata termasuk green jobs juga

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.