Dalam rangkaian writing trip, kami juga mengunjungi Kyoto dan mengunjungi beberapa destinasi dan atraksi wisata di sana seperti menonton pagelaran kimono, mengunjungi Miyama, dan tentu saja ke Fushimi Inari Shrine. Oh iya, di Kyoto, kami sempat juga menjajal Ramen Halal sambil menyusuri gang dengan rumah khas kota di Jepang yang padat namun rapi di kanan kirinya. Semacam gang senggol, namun tertata sedemikian rapi dan estetik.
Sahabat Mom of Trio bisa membaca kisah serunya Menonton Pagelaran Kimono di Kyoto, Klik saja linknya yaa!
Nah selanjutnya kita ke Kuil Fushimi Inari. Kami ke sana setelah jam makan siang bahkan sempat menikmati suasana matahari menepi di antara bangunan kuil. Suasana senja dan jingga yang magical sih. Mobil yang mengantar, menurunkan kami cukup jauh dari lokasi. Mungkin karena jalanan menuju kuil memang tidak terlalu besar dan cukup ramai. Justru kami menikmatinya karena bisa merasakan pengalaman berbaur dengan local people dan turis lain yang demikian ramai memenuhi jalanan menuju kuil.
Sepanjang jalan toko souvenir dan resto atau cafe serta penjual makanan khas sangat meriah di kanan kiri jalan. Kami sempat menjajal beberapa jajanan yang tampak menarik dan aman dari aspek kehalalannya. Rasanya macam pasar tumpah suasana menuju kuil. Saat kami kembali menuju mobil sudah suasana mulai menggelap, jadi serasa pasar malam. Seru sih.
Kami juga sempat melewati rel kereta, di mana salah satu stasiun terdekat dengan lokasi kuil terletak. Jadi dipastikan jika menggunakan public transport, kita bisa menggunakan train. Keihan Railway Fushimi Inari Stasion. Demikian nama train station yang kami lewati. Hari itu sungguh ramai suasana sepanjang jalan termasuk pengguna kereta yang naik dan turun dari stasiun ini.
Kalau kita cek info wisata ternyata Kuil Fushimi Inari terletak tepat di luar Stasiun JR Inari, stasiun kedua dari Stasiun Kyoto di sepanjang Jalur JR Nara (5 menit, 150 yen sekali jalan dari Stasiun Kyoto, tidak dilayani oleh kereta cepat). Kuil ini juga dapat dijangkau dengan berjalan kaki singkat dari Stasiun Fushimi Inari di sepanjang Jalur Keihan. Nah jadi ada dua jalur railway yang melewati lokasi kuil. Kuil dibuka sepanjang hari dan tanpa jam kunjung. Plus free admission.
Baca: Ajukan Visa Jepang dengan Paspor Biasa
Kuil Shinto di Gunung Inari
Kuil Fushimi Inari (伏見稲荷大社, Fushimi Inari Taisha) adalah kuil Shinto yang penting di selatan Kyoto. Dikenal juga sebagai “O-inari-san”, kuil Inari adalah kuil yang paling dikenal oleh orang Jepang. Dari ribuan kuil yang didedikasikan untuk Inari, dewa Shinto dari padi, Fushimi Inari adalah yang terpenting. Diperkirakan ada sekitar tiga puluh ribu kuil di seluruh negara yang sering dikunjungi pengunjung dari segala usia. Fushimi Inari Taisha adalah kuil utama yang terhubung dengan semua kuil lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, para penganut Shinto Jepang di kuil ini bergabung dengan pengunjung dari luar negeri yang datang untuk berdoa atau berwisata ke kuil. Fushimi Inari Taisha dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu tempat ikonik di Kyoto, dan di Jepang secara keseluruhan.
Kita akan melihat banyak sekali patung rubah/fox di seluruh kawasan kuil. Rubah dianggap sebagai utusan Inari. Kuil ini juga terkenal dengan ribuan gerbang torii berwarna vermilion, yang melintasi jaringan jalur di belakang bangunan utamanya.
/vərˈmilyən/nouna brilliant red pigment made from mercury sulfide (cinnabar).
a brilliant red color.
Kuil Fushimi Inari memiliki asal-usul dan sejarah yang cukup lama. Kuil diperkirakan sudah ada jauh sebelum pemindahan ibu kota ke Kyoto pada tahun 794. Selama 1300 tahun sejak didirikan pada tahun 711 Masehi, orang-orang telah berkumpul di sini untuk berdoa demi hasil panen yang melimpah, kemakmuran bisnis, keselamatan rumah dan keluarga mereka, serta pemenuhan berbagai jenis keinginan lainnya.
Asal Usul Fushimi Inari
Asal usul Fushimi Inari Taisha dijelaskan dalam Yamashirokoku Fudoki, sebuah laporan kuno tentang budaya daerah, geografi, dan tradisi lisan yang disampaikan kepada kaisar. Irogu no Hatanokimi, nenek moyang Hatanonakatsue no Imiki, dikatakan telah menembakkan sebuah kue beras, yang kemudian berubah menjadi angsa dan terbang pergi. Akhirnya, angsa itu mendarat di puncak sebuah gunung, di mana pertanda baik terjadi dan padi tumbuh.
Inari dinamai berdasarkan keajaiban ini (“ina” dalam bahasa Jepang berarti “padi”). Hal ini juga telah dijelaskan dalam teks kuno lainnya, yang menyatakan bahwa para pendeta seperti Hatauji telah mengadakan festival musim semi dan musim gugur di kuil sejak dewa Inari Okami dipuja di dataran tinggi di area Inari Mitsugamine selama era Wado (708-715)
Sebuah teks suci kuno lain juga mengatakan bahwa Irogu no Hatanokimi, seorang tokoh terhormat di daerah Fukakusa yang kini ada di Kyoto, menerima perintah kekaisaran dari Permaisuri Genmei untuk mengabadikan tiga dewa di tiga gunung pada Hari Kuda pertama di bulan kedua tahun 711. Tahun itu, para petani diberkahi dengan panen yang melimpah dari biji-bijian dan banyak sutra dari ulat sutra mereka.
Ini menunjukkan bahwa Fushimi Inari Taisha dan daerah Fukakusa memiliki hubungan yang erat dengan Hatauji, dan bahwa dewa Inari telah diabadikan sejak Hari Kuda pertama di bulan kedua tahun 711. Namun demikian dipercaya bahwa kepercayaan mereka sudah ada bahkan lebih lama dari itu.
Apa yang Bisa dilakukan Pengunjung?
Untuk orang Jepang, terutama penganut Shinto, berkunjung ke kuil ini menjadi bagian dari ritual religius mereka. Sementara alasan utama kebanyakan pengunjung asing datang ke Kuil Fushimi Inari adalah untuk menjelajahi jalur pegunungan, bangunan kuil itu sendiri juga menarik.
Di pintu masuk kuil berdiri Gerbang Romon, yang disumbangkan pada tahun 1589 oleh pemimpin terkenal Toyotomi Hideyoshi. Di belakangnya berdiri aula utama kuil (honden) di mana semua pengunjung didorong untuk menghormati dewa yang menghuni dengan memberikan persembahan kecil.
Di bagian belakang area utama kuil terdapat pintu masuk jalur pendakian yang ditutupi gerbang torii, yang dimulai dengan dua baris gerbang paralel yang padat yang disebut Senbon Torii ("ribuan gerbang torii"). Gerbang torii di sepanjang jalur seluruhnya adalah sumbangan dari individu dan perusahaan. Kita akan menemukan nama donatur dan tanggal sumbangan terukir di belakang setiap gerbang. Jumlah sumbangan dimulai sekitar 400.000 yen untuk gerbang yang lebih kecil dan meningkat menjadi lebih dari satu juta yen untuk gerbang yang besar.
Pendakian ke puncak gunung dan kembali memakan waktu sekitar 2-3 jam, namun, pengunjung bebas untuk berjalan sejauh yang mereka inginkan sebelum berbalik. Sepanjang jalan, terdapat beberapa kuil kecil dengan tumpukan gerbang torii mini yang disumbangkan oleh pengunjung dengan anggaran yang lebih kecil.
Terdapat juga beberapa restoran sepanjang jalan yang menawarkan hidangan bertema lokal seperti Inari Sushi dan Kitsune Udon ("Udon Rubah"), keduanya menampilkan potongan aburaage (tofu goreng), yang dikatakan sebagai makanan favorit rubah.
Setelah sekitar 30-45 menit pendakian dan penurunan bertahap dalam densitas gerbang torii, pengunjung akan mencapai perempatan Yotsutsuji yang kira-kira setengah jalan ke atas gunung, di mana beberapa pemandangan indah di Kyoto dapat dinikmati, dan jalur terbagi menjadi rute melingkar menuju puncak. Banyak pendaki hanya berani sampai di sini, karena jalur tidak menawarkan banyak variasi di luar titik ini dan densitas gerbang semakin berkurang.
Saya dan rombongan tentu memilih segera memutar kembali sebelum terlalu jauh. Selain hari mulai gelap, suasana sungguh riuh. Khawatir semakin gelap kami sulit menemukan teman satu grup. Mungkin paling ideal jika ingin benar-benar menjelajah Gunung Inari, pengunjung bisa datang di pagi hari. Namun dapat siang menjelang sore pun kita bisa mendapatkan suasana magis dan syahdu senja hari dengan pemdangan kuil-kuil dan gerbang-gerbang tori yang menjulang di sana sini.
Untungnya cuaca cukup sejuk cenderung dingin sehingga meskipun hari berjalan cukup jauh menuju lokasi dan juga kembali banyak berjalan di dalam kawasan kuil tidak menyebabkan cepat lelah. Untungnya siangnya kami juga sudah menyantap ramen halal yang hangat.
Baca juga: Halal Ramen Kyoto: Ayam Ya Karasuma
Sayangnya memang kita diminta segera keluar kuil sebelum gelap agar tidak ada yang tersesat. Maklum suasana sangat ramai bahkan menjelang senja. Mungkin karena tidak ada jam kunjungan sehingga ramai sepanjang waktu. Kalau tampak di poto suasana sepi, tentu karena poto sudah saya edit dengan menghapus sosok-sosok yang tercapture di dalamnya hahaha. Kurang estetik kan klo penuh manusia hehe.
Hmm yang ke Kyoto wajib sih ke Fushimi Inari. Well, saran saya jangan pakai baju warna merah menyala kayak saya ya hahaha. Saru nih photonya karena memang gerbang dan ornamennya didominasi warna merah menyala - vermilion.
Referensi:
https://www.japan-guide.com/e/e3915.html
https://inari.jp/en/
No comments
Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.