Terjerat Aura Mistis Benteng Pendem Cilacap


Berkereta Api ke Jawa Tengah tuh ternyata seru lhooo. Meskipun saya duluuu lumayan sering berkereta api yang tapi mentok di Stasiun Cirebon aja, pulang kampung hihihi. Naah sekalinya melewati Stasiun Cirebon, saya menjadi terkaget-kaget ketika mendapati pemandangan yang luar biasa memanjakan mata di luar kaca jendela kereta yang akan membawa saya ke salah satu kota pesisir Selatan Jawa Tengah ini. Hmmm pantas saja, bule yang duduk tepat di kursi di depan saya tak berhenti mengarahkan kameranya ke Jendela. saya yang semula terkantuk-kantuk, langsung membulatkan mata dan mengambil ponsel saya dan menyiagakan kameranya. Hmm pemandangan cantik yang tak boleh dilewatkan.


Kunjungan pertama saya ke Kota Cilacap, kota di pesisir selatan Jawa Tengah yang dikenal karena Pertamina dan Nusakambangan. Sebagai kota pesisir ternyata, kota Cilacap relatif nyaman. Saat itu saya menginap di salah satu hotel yang posisinya sangat strategis dan cukup nyaman. Hotel Dafam, dekat dengan pusat kota pun dengan tempat wisata. Pantai Teluk Penyu. Pantai Teluk Penyu tidak hanya menyajikan nuansa pesisir dengan pantai, perahu nelayan dan seafoodnya yang segar namun juga menghubungkan kita ke wisata yang masih jarang dikunjungi yakni wisata ke Nusakambangan Timur. Nusakambangan ternyata bukan hanya menyimpan misteri dengan kisah narapidana di beberapa lembaga pemasyarakatan di sana. Pantai yang cantik dan masih eksotis, beberapa gua dengan cerita mistis dan Benteng peninggalan Portugis menunggu untuk diekplore oleh pecinta travelling. saya beruntung sempat mampir ke Nusakambangan Timur dan sejenak menikmati pantai Pasir Putihnya.

Tapi sebelum menyempatkan diri menyeberang ke Nusakambangan, tentu tak boleh dilewatkan wisata cagar budaya yang masih berada di kawasan Pantai Teluk Penyu bersebelahan dengan salah satu Unit Refinery Pertamina. Sebuah benteng peninggalan Belanda yang memancarkan aura mistis yang cukup kuat. Benteng ini terletak di bagian tenggara kota Cilacap berbatasan dengan Samudera Indonesia di sebelah timur, Selat Nusakambangan di sebelah selatan, kantor Unit Refinery 70 Pertamina di sebelah barat dan tangki penampungan minyak mentah Unit Unit Refinery 70 Pertamina. Entah karena saya berkunjung ke sana pada saat jelang senja atau memang bangunan yang merupakan benteng yang ditimbuni tanah sehingga tampak seperti bebukitan ini memang terasa agak spooky. Rasa penasaran membuat kaki saya terus melangkah menuju bangunan-bangunan tua peninggalan berabad lalu tersebut. Beberapa rekan urun ikut mengkesplore lebih jauh. 

Mengikuti petunjuk arah saya sempat kebingungan mana bentengnya?? Di setelah melewati gerbang membayar karcis kita akan diarahkan menuju ke arah kanan. Tampak gerbang lain yang berbentuk gapura, cukup unik dan bagus untuk dipoto. Lalu kita akan melihat beberapa patung dinosaurus besar di lokasi yang lebih mirip taman. Sebelahnya ada semacam kolam atau danau yang ternyata bukan kolam atau danau tapi parit. Waah kok parit selebar dan sepanjang ini ya??penasaran??? Saya juga... rupanya parit ini merupakan bagian depan dari benteng. Karena penasaran saya dan salah satu rekan tetap melangkahkan kaki ke arah dalam. Saya penasaran karena belum mendapati bangunan yang bisa disebut sebagai benteng.

Setelah masuk agak dalam dan melewati pepohonan yang rimbun yang menutupi sebuah jalan setapak kecil untuj pertama kalinya saya melihat bangunan lama yang mirip dan terlihat seperti benteng. Suasana sepi, matahari mulai menepi membuat suasana makin spooky. Hanya kami berdua yang terlihat di tempat ini...ups ternyata setelah berjalan lebih jauh lagi mengikuti petunjuk arah kami melihat dua orang anak muda yang tengah sibuk mengambil gambar. Tetap tak mengurangi aura mistis. Sudah terlanjur berjalan sejauh ini meski agak ragu entah kenapa saya justru makin penasaran melangkahkan kaki mengikuti tanda panah petunjuk arah. Waaah ternyata luas juga komplek bentengnya. Saya kemudian baru paham kenapa disebut sebagai benteng pendem. Karena tidak seperti benteng pada umumnya yang berdiri kokoh di permukaan tanah sebagai pertahanan, benteng ini dibangun namun kemudian ditimbun tanah dan ditumbuhi pepohonan perdu sehingga dari jauh tak tampak seperti bangunan benteng pertahanan. Hmm pendem dalam bahasa jawa artinya timbun, yup jadi ini adalah benteng yang ditimbun.

Benteng ini dibangun tentara kerajaan Belanda pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Guna mempertahankan wilayah ini, pada kurun waktu antara 1861 s.d. 1879 dibangunlah benteng pertahanan di ujung tenggara kota Cilacap ini. Tidak tampak seperti sebuah benteng karena ditimbun tanah dan ditanami pepohonan pun tersembunyi karena sisi selatannya terlindungi oleh Pulau Nusakambangan. Belanda menamai benteng inu sebagai "Kusbatterij Op de Land Tong Te Tjilatjap" atau "tempat pertahanan pantai di atas tanah menjorok ke laut menyerupai bentuk lidah."


Sejarah Benteng 

Dalam sejarahnya benteng ini mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Sejak awal dibangun 1861 sampai tahin 1942, benteng ini dipergunakan sebagai markas tentara Belanda untuk pertahanan pantai Pulau Jawa bagian selatan. Namun sejak 1942 hingga 1945, Benteng ini kemudian dipergunakan sebagai markas tentara Dai Nippon (Jepang) selama sekitar tiga tahun mereka mengambil alih kekuasaan Belanda hingga kekalahan Jepang dari sekutu pada 14 Agustus 1945. Setelah itu henteng ini kembalo dikuasai tentara Belanda hingga tahun 1950. 

Dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1952 benteng ini kosong, tidak ada yang memanfaatkan. Baru pada tahun 1952 benteng ini dijadikan markas TNI yakni pasukan Banteng Loreng dan dalam perkembangannya dimanfaatkan sebagai tempat latihan pasukan RPKAD atau Kopasus hingga tahun 1965 yang kemudian menyisakan bangunan monument dua peluru di pintu gerbang selatan. Sejak 1965 Benteng Pendem ini kemudian tidak dimanfaatkan lagi dan sempat terlantar hingga tahun 1986. Baru pada Tahun 1986 Pemerintah Indonesia mulai memanfaatkan sebagian areal Benteng seluas 4 hektar untuk dibangun menjadi Dermaga kapal dan kantor serta tangki-tangki minyak milik pertamina, yang dikenal sebagai Area 70 hingga sekarang. Pada 26 November 1986, salah satu warga Cilacap bernama Ady Wardoyo (Pemilik CV. Wardoyo) mencoba menggali dan menata lingkungan Benteng Pendem sehingga mulai tanggal 28 April 1987 resmi dibuka sebagai tempat wisata hingga saat ini.

Bangunan Benteng 


Berdasarkan peta yang dikirimkan dari Belanda pada tahun 1988, luas seluruh areal benteng ini sekitar 10,5 hektar. 4 hektar dipergunakan menjadi kawasan refinery unit Pertamina sedang sisanya 6,5 hektar menjadi kawasan wisata. Namun demikian dari 6,5 hektar tersebut yang sudah tergali baru 60% saja, 40% lainnya masih menjadi misteri dan tertimbun pasir dan tanah. Bangunan yang sudah tergali ternyata konstruksinya menggunakan bahan baku bata merah tanpa konstruksi beton bertulang. Tersebar beberapa bangunan di areal yang luas tersebut, diantaranya:

  • Barak 14 kamar yang dibangun pada tahun 1877 (angka ini terlihat di bagian bangunan barak) dengan ukuran 9,04 x 5,02 m dengan kapasitas 1 -2 regu prajurit per ruang. Di halaman depan barak dilengkapi 2 buah sumur dan MCK. Nampaknya barak ini berfungsi sebagai kamar tidur prajurit. Barak masih tampak rapih dengan tembok bersemen, sumurpun masih ada namun saya jujur tak berani melongok ke dalam sumur yang tepiannya hanya ditembok dengan tinggi tembok yang sangat rendah.

  • 4 buah bangunan benteng pertahanan jarak dekat yang terletak di 4 lokasi. Satu lokasi berada di bagian Barat sisi utara dengan benteng terbuka dan di bagian tepi utara berupa benteng terlindung serta terdapat 24 ruang perlindungan dan 37 lubang tembak. Selain itu ada di bagian barat sisi selatan dengan bentuk benteng terbuka dan di bagian tepi selatan sebagai benteng terlindung dengan 22 ruang perlindungan dan 41 lubang tembak.
  • Terowongan  yang dibangun pada tahun 1868 tertulis di pintu terowongan bagian selatan dengan panjang 113,94 m dan lebar 3,10 m dan tinffi 2,45 - 4,98m. Saya hanya berani melihat pintu terowongan dari kejauhan. Semakin saya mencoba mendekat sekedar mendapat gambar, rasanya bulu kuduk saya merinding hiyyyyy, hari yang makin sore dan suasana yang sepi membuat saya agak ngeper hahaha. Ternyata di terowongan tersebut terdapat fasilitas ruang perwira dengan ukuran yang cukup luas yakni 20 x 8 m dan ruang pengintai yang berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 2,45 m serta ruang senjata sebanyak 4 buah sebagai pertahanan terakhir dan lubangnya sebagai ventilasi. Jika cukup punya nyali, sebaiknya jangan lewatkan masuk ke terowongan ini, tapi tentu bersama pemandunya. 
  • Ruang penyimpanan senjata/amunisi siap pakai sebanyak 3 ruangan dengan ukuran 2,5 x 2,45 m. Di dalam ruangan tersbut terdapat lubang serta tangga menempel atau merayap di dinding yang dipergunakan untuk mengirim amunis ke atas dengan ukuran lubang 1 x 1 m.
  • Ruang Gudang Amunisi yang terletak di dua lokasi yang berbeda masing-masing berukuran 2,30 x 2,55 m dengan tinggi 2,45 m. Dalam gudang amunisi ini di bagian bawah lantainya terdapat bak air yang berfungsi sebagai pendingin agar bubuk mesiu yang tersimpan tidak mudah meledak di dalam gudang.
  • Ruang penjara yang dibangun tahun 1861 terdiri dari 3 bangunan terpisah masing-masing penjara terdapat 3 ruang berukuran 4,05 x 3,45m dengan tinggi 2,25m dengan ketebalan dinding bagian depan 2,50m dan terdapat jendela berukuran 1 x 1 m.
  • Bangunan landasan meriam yang terletak di atas timbunan tanah bangunan benteng dengan diameter 6,10 m yang dibangun 1942. Terdapat di dua lokasi. Lokasi I berada di atas benteng bagian timur sebanyak 6 landasan sedangkan lokasi II berada di atas benteng sisi seatan (di atas bangunan gudang senjata) sebanyak 5 landasan.
Meski lokasi bangunan di benteng ini bertebaran di areal yang cukup luas namun kita tidak akan kesulitan mengetahui lokasi dan jenis bangunan karenas elain terdapat tanda arah petunjuk, di bagian dengan bangunan dituliskan nama bangunan tersebut. 

Selain bangunan pertahanan seperti disebutkan di atas terdapat bangunan non pertahanan seperti ruang akomodasi yang dibangun 1869 yang berdampingan dengan ruang dapur.  Ruang akomodasi berukuran 25,45m dengan tinggi 5,10 m yang memuat 6 ruang berukuran 2,54 x 2,45 m dengan tinggi 2,45m. Sedangkan ruang dapur menyediakan keperlua makan bagi prajurirtdan perwira dengan panjang 12,30 m dan tinggi 5,10 m yang di dalamnya masih terdapat ruangan dengan ukuran 2,59m x 2,45m x 2,45m. Selain itu tetdapat ruang klinik pengobatan terdiri dari 2 ruang dengan ukuran masingmasing 8,74 x3,75 dan 5,24 x 3,77m yang berfungsi sebagai ruang P3K yang dibangun pada periode akhir yakni tahun 1879. Ruangan-ruangan ini terletak di bagian timur dan tentu saja bagian atasnya tertimbun tanah sehingga dari sisi yang lain hanya tampak seperti bukit.

Oh iya di bagian tengah benteng saya melihat sekawanan rusa hutan yang tampaknya sangat sehat dan gemuk. Hmm saya menyebutnya rusa hutan karena agak berbeda dengan rusa-rusa yang ada di kawasan kompleks perkantoran DPR di Senayan tempat saya bekerja. Jenis rusa di Senayan berbintik-bintik putih dan tampak lebih bersih mirip dengan rusa di Istana Bogor. Rusa di sini seluruhnya berwarna coklat tua, dengan perawakan yang tampak kuat dan kokoh. Mereka bergerombol di satu tempat saat ingin mengambil gambar mereka justru tampak ketakutan dan menjauh. Sehingga saya hanya bisa mengambil gambar mereka dari kejauhan. 

Oh iya di awal tadi saya sebutkan bahwa memasuki (dan keluar dari pintu yang berbeda) akan terlihat semacam kolam atau danau yang ternyata masih merupakan bagian dari bangunan benteng. Yup benteng tadi memang dikelilingi oleh parit. Namun parit yang sudah tergali baru sepanjang 518,75 m dengan lebar 20 m di bagian timur dan 10 m di bagian barat (di bagian depan pintu gerbang monumen peluru). Saat kami keluar dari arah yang berbeda dengan kami masuk, beberapa anak kecil menghampiri dan meminta kami melemparkan uang receh ke dalam parit untuk kemudian mereka akan terjun ke parit dan berebut mengambilnya. mereka membawa plastik berisi baju ganti. Kiranya sebelumnya sudah ada pengunjung yang melakukannya karena saat kami baru masuk, kami melihat anak-anak ini dari kejauhan baru saja naik dari parit yang cukup lebar dan luas tersebut. Ahhh jangan, tak perlu nyebur, kami beri mereka uang untuk dibagi bertiga tanpa harus terjun ke dalam parit. Jujur saya agak ketakutan, bagaimana kalau terjadi apa-apa pada mereka saat terjun ke parit. Hiiiyyyy

Matahari makin mendekati garis bumi, kami bergegas menuju pintu keluar. melewati jembatan yang melewati parit lalu menuju ke arah pintu gerbang kami semula masuk. Sayangnya kami tak cukup waktu banyak mengeksplore lebih dalam. Saya masih penasaran ingin melihat bagian dalam bangunan-bangunan yang baru saya poto dari luar. Untuk bagian yang tidak terlalu dalam seperti barak saya sempat mengintip sedikit, bagian saya tak berani mengeksplore lebih dalam terutama bangunan yang tampaknya dalam terlebih terowongan yang dari kejauhan sepertinya sudah mengeluarkan aura mistisnya. Ternyata ooh ternyata saya tak salah kira. Beberapa rekan yang tidak ikut berkeliling dan masuk sempat berbincang dengan petugas dan mereka memberitahu bahwa Benteng Pendam ini sering menjadi lokasi syuting untuk acara TV yang dekat dengan dunia mistis seperti Dunia Lain atau Uka-Uka... Waah untung saya tahu belakangan, jika dari awal saya tahu mungkin saya urun berkeliling.

Bagian depan gerbang benteng yang berbatasn dengan Pantai Teluk Penyu menyajikan pemadangan khas pantai. Berjajaran pedagang minuman dan makanan. Kelapa muda tentu jadi minuman khas yang banyak diminati. Tak jauh dari sana terdapat bebarapa restaurant atau warung makan seafood. Hmmm rasanya tak kalah dengan resto seafood di Jakarta. Mungkin rahasianya adalah bahan yang segar yang didapat langsung dari nelayan.  Bagian belakang rumah makan ini berbatasan langsung dengan pantai. Jajaran perahu-perahu nelayan yang tengah bersandar akan menyapa mata kita saat keluar dari pintu belakang untuk menikmati udara laut di pantai yang tersengat matahari. Entahlah bagi saya suasana pantai dengan angin, ombak dan pasirnya selalu memikat. Membuat kaki ingin berhenti sejenak menyandarkan lelah dan membaginya dengan luasnya samudera selatan Indonesia ini. 

Tampaknya bukan hanya Benteng Pendem yang mistis yang memikat saya, sebagian suasana pantai di Cilacap, Nusakambangan dan kulinernya juga telah menjerat saya. Semoga ada waktu lebih lama menikmatinya di lain waktu. Yuppp jangan lupa, dengan kereta. Sampai ketemu lagiiii.



18 comments

  1. mungkin kesan mistisnya itu lantaran di benteng itu merupakan tempat bertahan serangan musuh ketika pertempuran..mungkin byk yg meninggal juga ketika itu ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena bentuk bangunannya yang tertimbun tanah itu kayaknya mak, trus juga kan sepi dan sudah sore...sy gak berani masuk ke dalem masing2 bangunan karena gelap

      Delete
  2. banyaaak ya yang bisa dilihat..dan cantiiiik :). Kalau tempat-tempat di Indonesia sepertinya memang banyak yang mistis yaaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena memang kondisinya masih aseli gt mak, kan bangunannya sebagian tertimbun tanah, jd yang kleihatan pintu2nya aja. klo mau masuk ke dalam kok sy merinding gelap dan sudah sore

      Delete
  3. Dulu saya setahun di Cilacap, tapi belum sempat main ke Benteng Pendem, seringnya main ke Pantai Ayah... dolanan banyu...

    ReplyDelete
  4. Kenapa gedung2 tua selalu dihubungkan dgn hal2 mistis ya? Padahal klo mo diexplor seru lho... wisata sejarah itu menyenangkan asal ga disangkut2in sama perhantuan :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah klo yg ini beneran spooky deh mak Muna, tempatnya yg msh asli, bangunannya yg dipendem ditimbun trus kan udah sore dan gelap pulaa

      Delete
  5. Pemandangannya cantiiik, udah alam aku mau ngajak duo bocah keliling naik kereta api, tapi blom jadi2 >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayooo ajak duo bocahnya mak, selain ke benteng pendem. ke pantainya juga seru mak

      Delete
  6. wah perjalannya enak bangt neh kayaknya mak ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. lumayan seru mak, apalgi klo eksplore ke dalam

      Delete
  7. liat kepiting jadi ....itu kesukaan banget suami. kalo saya..repot makannya :D saya udah follow blognya ya mak, laporan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha..itu seninya makan kepiting. sip mak makasih yaa

      Delete
  8. Aiiihh....aku pernah ke benteng pendem ini waktu muda dulu. Ah, jadi pengen cari2 fotonya...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah dulu kayak gimana ya??? Jadi ikutan penasaran hehehe

      Delete
  9. kayaknya tempat ini pernah masuk tipi jadi tempat uji nyali ya

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.