Lebaran Tahun ini, Beda!


Lebaran Tahun ini, Beda! Ramadhan yang selalu membawa harapan dan kesyahduan beranjak meninggalkan kita. Sepuluh hari pertama,  sepuluh hari kedua, sepuluh hari ketiga. Duuh lalu ada rasa haru karena terasa ramadhan syahdu ini segera berlalu. Ada rindu bahkan saat ramadhan belum benar-benar berlalu. Waah kok jadi puitis gini ya Mom of Trio, uhuks!


Meski keharuan, kesyahduan, dan berujung pada keriaan menyambul idul fitri terasa sama setiap tahunnya, namun ada yang berbeda pada lebaran tahun ini. Sebelumnya jangan bosan jika ceritanya akan agak panjang yaa. Hmm suguhin cemilan sisa lebaran dan teh hangat deh.

keceriaan lebaran yang tertangkap kamera


Libur Sekolah VS Libur Lebaran

Liburan lebaran kali ini bentrok dengan liburan sekolah anak-anak. Ada plus minusnya sih. Liburan menjadi lebih panjang buat anak-anak, tapi pengeluaran berlipat juga memberatkan orang tua. Pengeluaran persiapan lebaran dan pulang mudik, plus uang tahunan anak-anak dan kebetulan tahun ini Dek Paksi masuk TK jadi nambah deh pengeluaran untuk biaya masuk sekolah. Alhamdulillah indah sekali :) insyaAllah dimudahkan waktu dan rezeki sama Allah ya nak.

Nah! sebelum lebaran, yakni minggu pertama bulan ramadhan, anak-anak sudah mendapatkan pengumuman libur sekolah. Hanya sekitar satu minggu saja dari empat minggu bulan ramadhan yang efektif. Itupun sebetulnya tidak ada kegiatan belajar mengajar karena anak-anak baru saja menyelesaikan masa ujian akhir semester mereka.

"Hore..hore..! Libur tlah tiba, aku bahagia!"

Seharusnya memang demikian, tapi agak challenging buat anak-anak dengan Ibu bekerja seperti saya. Masa liburan agak terganggu karena Ibu mereka tidak libur. Meski jam kerja dikurangi dan bisa pulang lebih maju dari biasanya namun karena seharian mereka di rumah dari pagi. Acara menunggu beduk terasa lebih lama. Menunggu Ibu datang membawa bahan makanan untuk berbuka terasa membosankan. Apalagi peraturan No TV tetap berlaku. Selama puasa Ibu menyarankan kegiatan yang lain selain nonton TV.

Rasanya kasihan juga melihat mereka luntang lantung. Setiap Ibu datang, langsung diserbu, "Ibu lama banget sih pulangnya", "Ibuu aku laper...", "Ibuu hari ini haus sekali". Mungkin memang ada plus minusnya ya meliburkan anak-anak dari kegiatan sekolah. Kalau boleh usul sih jangan libur sama sekali pak/bu guru, bagaimana kalau kegiatan sekolah selama ramadhan tidak diliburkan tapi masuk setengah hari saja misalnya diisi kegiatan bernuansa ramadhan. Jadi anak-anak tidak terlalu lelah dan terbebani tapi mereka bisa tetap produktif berkegiatan. *alasan ibu bekerja*


Setelah berbuka puasa kegiatan mereka justru lebih banyak. Sholat berjamaah langsung siap-siap tarawih. Kadang diselingi tadarus menemani Ibu dan Ayah. Sepulang tarawih mereka biasanya masih cemal cemil makanan sambil becanda.

Pada minggu ketiga ramadhan ada Mide (neneknya anak-anak), Uwa Amak (Kakak saya), isteri dan anaknya yang kebetulan ada acara di Jakarta, mampir dan menginap di rumah. Terlintas begitu saja di pikiran saya, anak-anak bisa ikut pulang duluan ke Cirebon bareng mereka. Mereka selalu menanti acara pulang kampung - mudik Ibunya ke Cirebon. Apalagi kalau bukan karena bisa puas bermain seseruan dengan sepupu-sepupunya di kampung yang kebetulan sepantaran mereka juga.

Saat dipancing Uwanya: "ayo Ka Alinga sama Ka Zaha, ikut teteh Wardah aja pulang ke Cirebon". Lalu dikompori oleh Midenya. "Iya, kalau nunggu Ibu kan masih lama pulangnya, pulang aja duluan nanti nemenin Mide sama Bi Aam di Cirebon". Jujur saya pesimis anak-anak meng-iyakan ide mereka. Hmm mereka tanpa Ibunya? enggak banget kayaknya. Duh kok sombong sih Ibu?? Iya kalau mereka di rumah sih pernah Ibu tinggal-tinggal tugas, tapi kalau di "rumah lain" tanpa Ibu? Hmm Ibu gak yakin.

"Aku mau, tapi sama Ibuu" Nah tuh kan betul dugaan saya. "Iya Kalau sama Ibu aku juga mau" Ka Zaha langsung menimpali Ka Alinga. "Yaah mana bisa nak. Ibu kan gak libur kayak kalian dan Ibu juga belum tahu nih bisa ambil cuti tambahan gak diluar cuti bersama lebaran kali ini?". Gosip larangan cuti tambahan untuk ASN sudah menyebar dengan cepat menyisakan aroma pesimis bisa libur lebaran lebih lama.

Esok paginya, dini hari setelah sahur mereka bersiap.  Tanpa saya duga Ka Alinga berubah pikiran secepat kilat. "Ya udah deh bu,  aku mau ke Cirebon duluan sama Teteh, tapi nanti Ibu cepet datang yaa..." Hmm cepet gimana sih Kak, lebarannya masih dua minggu lagi. Saya cuma bergumam dalam hati sambil mengangguk menyenangkan Ka Al. Dengan sigap dimasukkannya baju-baju yang akan dibawanya ke Cirebon, tak lupa handuk, mukena, sikat gigi, buku diarynya, dan Ipad.

Ka Zaha yang semula galau, tiba-tiba memeluk saya dan berucap ragu. "Bu...aku ikut juga gak?" "Terserah Ka Zaha" jawab saya. kalau Ka Alinga saya masih percaya dia bisa. Kalau Ka Zaha?  gak yakin deh! "Aku ikut juga deh bu sama Kakak, tapi Ibu janji cepetan nanti nyusulnya" Jujur saya kaget dan agak ragu membiarkannya memutuskan pilihannya. "Are you sure kak?" Dengan gembira Ka Al membantu Ka Zaha packing.

Singkat cerita mereka membulatkan tekad untuk pulang mudik duluan dari Ibu. Meski ada keraguan tapi saya memasang wajah optimis. "Jangan lupa sholat, puasanya kalau kuat sehari yaa, kalau terpaksa baru boleh dibatalkan ya, jangan nonton TV, main aja sama teteh dan aa, ikut Mide dan Uwa ke Masjid tiap hari ya.." wejangan bijak khas seorang Ibu. Jujur saya masih serasa mengawang-awang saat mobil Kakak saya membawa mereka menjauhi rumah kami. Untuk pertama kalinya saya melepaskan gadis-gadis kecil saya pergi tanpa saya. "Uwa, bikinin kegiatan ya, pesantren kilat ramadhan ya Wa" pesan khusus untuk Uwa mereka.

pemandangan pagi seindah ini, gratis dinikmati setiap pagi saat pulang kampung

Lima hari pertama, tampaknya mereka sangat excited. Laporan pandangan mata lewat WA group keluarga besar kami dan video call yang kami lakukan menunjukkan mereka betah dan aman-aman saja. Alhamdulillah! Mereka menikmati masa kecil saya yang seru. main ke sawah, ke kali, sepedaan sepanjang hari, main rumah-rumahan, sholat berjamaah (termasuk subuh) di masjid. Suasana pagi yang damai dilatarbelakangi sawah dan Gunung Ciremai, selalu bikin adem hati dan bikin kangen pulang kampung. Saya punya banyak keponakan which are sepupu trio krucils. Totally ada 25 orang cucu Mimi saya. Sebagian besar dari mereka tinggal di Cirebon. Keponakan yang seusia trio krucils ada sekitar 10 orang laki-laki dan perempuan. Jadi ramai!

Hari ketiga saya mendapat pesan di WA, "Bi Oph, Ka Alinga jatuh ke kali naik sepeda" lengkap dengan photo luka memar di lengan si Kakak. Duuh! herannya, saat saya telpon, Kakak bercerita dengan ceria. "Iya bu aku tuh ngerasa kayak ada yang dorong aku dari belakang. Gubrak jatoh deh ke kali. Enak buu, dingin air kalinya. Tapi pas bangun, baru deh terasa sakitnya hehehe..." Hadeeh aya-aya wae. Ka Al memang langganan jatoh-jatoh gini. "Seru bu di sini ayo cepetan Ibu kesini, kapan kesini"

Sampai akhirnya hari kelima. Tepatnya malam setelah kami berbuka puasa. Ada suara tangisan di ponsel seberang sana. 'Ibuuu, Ibuuu, aku mau sama Ibuuu, Ibuu cepetan kesini sekarang, Ibuuu...sekarang buuu.." Rupanya Ka Zaha sekarang bad mood. Tidak mau berhenti menangis, cukup lama juga. Ponsel Ibu tak boleh dimatikan. Setelah cukup lama dan membujuk dengan segala cara termasuk berjanji bahwa nanti hari Sabtu, Ibu akan menengok mereka ke Cirebon. Ka Zaha akhirnya berhenti menangis dan akhirnya tertidur tanpa sholat Isya dan tarawih. Saya menduga dia kecapekan main lalu mungkin ada berselisih dengan kakaknya atau dengan yang lain.


Saya menunaikan janji menengok mereka saat weekend. "Ah ngapain sih ditengokin, mereka baik-baik aja, tuh Zaha besoknya sudah ceria lagi."  Kakak dan Ibu saya protes. Mereka tampak ceria seperti biasanya. Saya sengaja tidak mengajak mereka pulang dan tidak mengingatkan hal tersebut. Rupanya Ka Zaha muncul manjanya menjelang saya pamit kembali ke Jakarta, Ia berubah pikiran. "Aku ikut Ibu pulang ke Jakarta". Tanpa bisa menolak akhirnya Ka Zaha ikut kami ke Jakarta dan Ka Alinga yang galau, memutuskan tetap tinggal. 

Menjelang keluar tol Cikopo, Ponsel berdering.

Hmm ada drama baru, Ka Alinga yang menangis dan minta ibu balik lagi ke Cirebon karena Ka Al tidak mau di sana tanpa Ka Zaha. Wakwawww!!! Setelah dibujuk rayu, akhirnya kami memutuskan tetap lanjut ke Jakarta dengan janji segera pulang kembali ke Cirebon. Well saya memang berjanji, tapi janji saya tergantung approval atasan untuk cuti tambahan. Apa daya karena cuti tambahan kami tidak disetujui, kami hanya bisa pulang ke Cirebon hari Jumat malam sepulang jam kerja, minggu depannya.

Cuti Tidak disetujui.

Mengingat bentroknya waktu liburan anak-anak dan libur lebaran, awalnya kami berencana menambah cuti lebaran untuk menghabiskan waktu liburan bersama anak-anak. Liburan yang sebenarnya, berlima, bersama-sama. Ayah Trio Krucils sudah hunting hotel dan tempat wisata. Jujur, kami ingin menebus rasa bersalah karena masa liburan sekolah mereka terasa berlalu begitu saja tanpa "libur" bersama seperti biasanya. Kami malah lumayan disibukkan ritme kantor jelang libur lebaran kali ini. Berita buruknya, cuti kami tidak disetujui karena ada himbauan dari Menpan. *nangis guling-guling* Batal deh liburan bareng anak-anak. Maaf ya nak!

Meski agak kecewa, namun akhirnya kami pulang di hari Jumat malam. Kami pasrah saja kalaupun harus menemui kemacetan mudik lebaran seperti biasanya. Saya sendiri sudah well-prepared. Kebutuhan anak-anak selama dalam perjalanan sudah disiapkan sedemikian rupa terutama ransum dan obat-obatan untuk Ka Zaha dan dek Paksi. "Bawaan" kami tidak terlalu banyak karena sebagian "oleh-oleh" dan baju kakak-kakak sudah dibawa minggu lalu.

Alhamdulillah, Tuhan Maha Baik, kami hanya membutuhkan 6 jam saja untuk sampai ke rumah Mide. Meski dalam kondisi normal dan lancar bisa ditempuh dalam 3,5 jam namun 6 jam sudah bagus mengingat kami berangkat malam, dalam kondisi hujan, dan ternyata arus mudik baru saja dimulai. Tidak lama berselang berita kemacetan di mana-mana tersiar di media. Alhamdulillah kami sudah sampai dengan selamat. Biasanya? tahun-tahun sebelumnya kami bisa menempuh perjalanan mudik atau arus balik lebih dari 10 jam. Terparah kami bahkan pernah merasakan 16 jam perjalanan.

Okeh... silahkan diminum dulu tehnya dan cobain cookiesnya yaa. Sudah? yuuk lanjut ceritanya :)

Alhamdulillah Telah Lahir Cucu ke-3 

Dalam keriaan menyambut lebaran yang tinggal menghitung hari, kami mendapat kabar gembira. Kakak sulung saya di Bandung mengabarkan cucunya yang ke 3 baru saja lahir. Alhamdulillah sehat dan cantik. Weww saya juga dung ya otomatis jadi granny yang happy. Minek Ophi, cucumu nambah lagi satu, cewek cantik nih!  *berasa tua* Tapi jangan heran ya..kan Kakak sulung saya memang terpaut cukup jauh usianya dengan saya, maklumlah saya anak ke 6 dari 8 bersaudara sedangkan beliaunya anak pertama.

Seneng, pake banget sih! Maklum agak deg-degan karena keponakan saya ini sempat bolak balik konsultasi. "Bi Oph, gimana rasanya cesar? Enakan mana sama lahiran normal" Waah saya tidak bisa menjawab karena memang saya belum pernah mengalami persalinan normal. Ya semua ada plus minusnya yaa..d inikmati saja, proses manapun yang penting Ibu dan bayi selamat dan sehat. Udah itu saja. Maklum setelah menjalani persalinan normal untuk anak pertamanya, keponakan saya harus menjalani persalinan secara sectio karena bayi sungsang dan ada myoma yang harus diangkat. 

Tapi...eh kok ada tapinya. Tapi karena mendapat cucu ke 3, Kakak saya dan keluarganya (anak- cucu) tentu gak bisa mudik. Well tidak masalah karena kami kemudian berencana akan mengunjungi mereka setelah lebaran dan lanjut kembali ke Jakarta, jadi tetap bisa silaturahim. Masalahnya siapa yang bakal memasak untuk hari lebaran di rumah Mimi? Hiks...*galau*

Mendadak Chef

Jadi, sudah tradisi di keluarga besar kami sejak almarhum Bapanda (Allahummaghfirlahu) masih ada, Lebaran selain momen silaturahim dan kumpul keluarga besar kami juga punya tradisi semacam "open house" gitu. Ppara tamu yang memang biasanya ada tradisi keliling dari rumah ke rumah satu kampung atau saudara jauh meski tak sekampung, kami ajak untuk juga ikut mencicipi hidangan makan di rumah. Jadi intinya setiap lebaran kami masak besar kayak sedang hajatan. 

Bukan hanya untuk makan keluarga besar kami yang memang cukup besar Sebagai gambaran kami merupakan 8 bersaudara plus suami/isteri masing-masing, 25 cucu, dan 3 cicit, beberapa keponakan Ibu saya juga tinggal di rumah selama lebaran dengan isteri/suami mereka dan anak-anaknya. Ramee? Bangeet!  lagi-lagi ini belum termasuk para keponakan Mimi dan Bapa yang tidak di desa lain yang biasanya datang di jam makan siang. Jadi soal masak besar itu beneran lho serius. 

Selama ini saya sih asik-asik saja. Saya hanya asisten chef yang tugasnya menemani sang chef utama belanja sehari sebelum lebaran, di hari belanja yang kami sebut sebagai "mrema" atau "marema", membantu menyiangi bumbu-bumbu, dan tentu saja membantu icip-icip . Gimana gak asyik tuh?  Nah karena yang tinggal di rumah Mimi hanya Mimi dan adik bungsu saya, plus saya dan keluarga kecil saya pada lebaran kali ini. Mau tak mau, posisi chef jatuh ke tangan saya. Haduuh masak apa yaa? Enak gak yaa. Saya bisa sih masak hehehe. Ya buat keluarga kecil saya aja sih bisa. Tapi dalam porsi sedemikian banyak dan untuk tamu-tamu juga? Duuh kok gak pede ya.

Saya sudah membawa pulang daging sapi dari Jakarta lengkap dalam cooler seberat 7 Kg. Harga daging sapi di Cirebon menurut contekan Mimi mencapai 130 Ribu/Kg, Nah menjelang libur cuti ada bazar darma wanita di kantor dan harga daging sapi premium hanya dibandrol 85 Ribu/Kg. Saya borong dong, selain dibawa ke Cirebon, tentu ada jatah Ibu Mertua dan saya juga sempat icip masak di rumah. Hmm dagingnya mau dimasak apa ya? Setelah diskusi dengan Mimi, kami sepakat dengan menu: Daging Bistik ala Cirebonan, Sambal Goreng ala Cirebonan, Sop Balungan Sapi, Ikan Bakar, Asinan Betawi. Sudah itu saja, sama lontong. Karena daun pisang lebih melimpah dari daun kelapa, Mimi cenderung membuat lontong daripada ketupat. Mimi mah gitu orangnya, anti mainstream.


Saya ditemani Mimi dan diantar Pak Suami sukses membeli bahan-bahan tambahan untuk masak lebaran. Ternyata tidak semuanya bisa sesuai dengan yang direncanakan. Karena ketersediaan bahan, menu untuk lebaran berubah pada H-1 hahahaha. Jadi yang tersaji adalah rendang daging sapi (karena Mimi membeli banyak kelapa), Gulai Balungan Sapi, Sambal Goreng ala Cirebonan, Asinan Betawi, dan Ikan bakar berubah menjadi Pepes Ikan karena tak ada yang mau membakarnya hahaha.

Bermodal mang google yang dengan baik hati menunjukkan resep-resep masakan dengan lengkap, alhamdulillah saya cukup sukses menjadi Chef pada lebaran kali ini. Hurrayyyyy! tepok tangan! Hmm indikasinya sederhana saja sih mereka yang menyantap makanan tidak ada yang komplain (iyalah udah gratis pake komplain wkwkwkwk) dan menu favoritnya ternyata asinan betawi. Uhuyyy yang jujur betul-betul baru pertama kali saya buat. Nice first trial deh!


Hmm ada sedikit catatan sih tentang tingkat kepedasan rendang dan asinan. Tapi buat saya itu selera karena memang saya sengaja membuat tidak terlalu pedas mengingat akan ada banyak anak-anak yang akan menyantap hidangan lebaran ini plus perut setelah berpuasa rentan dengan yang serba pedas. kasihan kan kalau sampai kaget perutnya *halessaan* Pilihannya kalau mau pedas, kan ada sambal goreng ala Cirebon yang joss banget pedesnya.

Trus saya bangga gitu? Enggak juga sih, lega aja. Saya sih tetap berharap tahun depan Kakak saya bisa pulang mudik seperti biasa. Wong dia juga ngeluh, duuh lebaran di Bandung (maksudnya di lingkungan rumahnya) sepiii. Gak ada orang, ini belanja tempe aja harus ke superindo, tukang sayurnya pulang kampung semua. 

Lebaran kali ini selain keluarga Kakak sulung saya yang tidak pulang, ada adik saya dan keluarganya yang juga berlebaran di Iowa US sana, yang juga sedih karena gak bisa icip sambel goreng Cirebon sudah dua tahun ini hahaha, sepupu saya (keponakan Mimi) dan keluarganya juga memilih lebaran di rumah keluarga isterinya  di Tasikmalaya, jadi memang sedikit berbeda dari biasanya. Ada yang kurang lengkap tapi tetap tak mengurangi keceriaan berlebaran dan keindahan seni mudik.

Menjenguk Cicit: dari kiri ke kanan, Dek Paksi, Uwa Bandung, Dek Aya (Cicit ke 1), Mide memangku dek Shafa (cicit ke3), Ka Alinga, ka Zaha, dan teteh Wardah

Sehari setelah lebaran kedua, kami konvoi ke Bandung menjenguk cicit Mimi yang ketiga. Hanya menginap sehari di Bandung saya langsung kembali ke Jakarta. Saya sempatkan diri menjahitkan baju di Uwa Paran, untuk beberapa batik khas daerah yang sudah lama menumpuk di lemari menunggu penjahit yang cocok hehehe. Iya saya gak pakai baju baru lebaran ini, baru menjahitkan baju setelah lebaran. Sedih? enggak kok...sudah biasa :)  Hanya saja tidak ada liburan rame-rame keluarga besar atau arisan dadakan yang sebetulnya makan-makan bareng di luar sekeluarga besar anak putu semar  tahun ini. 


Lebaran tahun ini agak berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya, namun alhamdulillah tetap menghadirkan keceriaan yang selalu bikin kangen dan tidak pantang mundur dengan dilema mudik dengan paket macetnya. Semoga ada usia yang Allah berikan untuk bisa menikmati keceriaan lebaran berikutnya. InsyaAllah.

Nah sebelum dihabiskan teh dan cookiesnya, saya mau menginfokan berita bagus juga nih. Akan ada event seru dari Diaryhijaber.com yaitu Hari Hijaber Nasional, pada 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016 bertempat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Nah teman-teman dan keluarga jangan sampai melewatkan event ini yaa. Catat tanggalnya! tandain kalendernya! nah saya sertakan juga nih banner eventnya ya. Sampai ketemu ya di sana :)



43 comments

  1. Wah asyik ya mba Ophi bisa borong daging buat lebaran :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas bangetnada bazaar di kantor mba..harganya jg lumayan miring dan kualitas dagingnya premium. Makanya langsung borong

      Delete
  2. wah seru yaaa lebaran kalo rame-rame.

    ReplyDelete
  3. namun berbeda dgn kisahku, thn ni paling meyayat hati bgtu sedih apa lg pas mlm takbir... hem nasib org mang beda

    ReplyDelete
  4. Wah, lebaran mbak Ophi tahun ini penuh kejutan dan kegembiraan ya. Setiap lebaran memang yang paling seru itu kalau sudah kumpul bareng :)

    ReplyDelete
  5. kisah yang campur aduk ada suka ada duka..hehehe

    ReplyDelete
  6. Ternyata Mimi-nya Mbak Ophi memang anti mainstream ya..hi..hi...
    Ketupatnya diganti dengan lontong. Tapi, kan bahan dasarnya sama, pasti tetep enak ya, Mbak? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iyaaa. Malah aku lbh suka linting krn lbh lmbt dr ketupat mba...

      Delete
  7. setiap tahun, di acara mudik, pasti ada saja cerita baru dari keluarga besar ya mba...

    ReplyDelete
  8. Wah keluarga besar ya mbak...udah ada 25 cucu...kalo ibu saya baru 5 cucunya hehe

    ReplyDelete
  9. Serunya Lebarang ngumpul dengan keluarga besar :)

    ReplyDelete
  10. Wah...seru juga ya Mba acara Lebarannya tahun ini.. Yang menarik nih seru juga tuh kayaknya bila anak2 diajak bikin bingkisan Lebaran sendiri, ada sentuhan personal karena karya kita sendiri..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tahun lalu smpt bikin mba..tahun ini ga kepegang

      Delete
  11. Seru ya... Sawah berlatarkan gunung adalah pemandangan khas yang kurindukan juga. Ini mudiknya ke Cirebon, aku ke Kuningan, tetanggaan hehe...

    Itu makanannyaa waww... Bikin ngiler :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah tetangga kita...aku Cirebonnya dah deket kuningan mba

      Delete
  12. makanannya bikin laperrr
    lebaran yang seru sekali

    ReplyDelete
  13. Mba, lebaran tahun ini di tempatku juga nggak pakai adegan tukar kado. Padahal biasanya ada. Walau agak beda, lebaran sellau penuh cerita ya mba Ophi :)

    ReplyDelete
  14. Mba Ophi masakannya bikin ngiler nih, mantap deh.
    Itu pemandangan sawahnya indah sekali, kalo lihat yang hijau2 gitu rasanya hati jadi adem ya mbak.

    ReplyDelete
  15. Mba Ophi seru banget cerita lebarannyaaa...^^

    Ikut deg-degan mbayangin jauh sama anak, belum pernah sama sekali soalnya, Mba. Dan mbayangin keluarga Mba Ophi yang 8 bersaudara kok aku ikut seneng ya. Pasti rame dan meriah banget^^

    ReplyDelete
  16. Agak aneh ya semuda Mbak Ophi trus tetiba nanti ada yang panggil nenek gitu, hihi. Btw, rendangnya bikin mupeng euy.

    ReplyDelete
  17. wuaa memasak untuk kelurga besar selama lebaran itu seru ya mba. meski capek tapi senang banyak yang makan... hihi...

    pemandangannya bagus. ini memang kampung yang ngangenin banget nih... :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha krn ini pertama kali jd chef utama jd mmg seru banget nih mba.
      Deg3an gimanaaa gt

      Delete
  18. pemandangannya indah banget, mba. tiap mudik selalu dapet pemandangan kayak gini kayaknya nyenengin banget ya. jadi kangen liburan lagi bareng keluarga. klo masak ketupat aku biasanya nitip di tetangga buat dibikinin, soalnya masaknya lama. jadi di rumah masak lauknya aja. opor ayam, rendang, sama sambal goreng kentang. nyummyy :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ketupat atao lontong mmg lama..ini di rumah mimi masaknya khusus utk lonyong di pawon kayu mb... Msh ada buat acara2 bsr gt pk pawon kayu bakar

      Delete
  19. Anak 2 dah berani dan betah berlibur sendiri tanpa ortunya ya mbak?
    Kalau aku mungkin krn anak2 msh bayik, jdnya palingan akunya yg mewek kalau misah ma mereka hihihi

    Wah penasaran sama Cirebon kyknya masi asri gtu ya mbak Ophi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rasanya gimanaa gitu membiarkan mrk punya pengalaman sendiri di luar rumah.
      Belajar juga sy nya...
      Belajar melepaskan mrk krn ada waktu jg nanti mrk hrs jauh n mandiri. Uhuksss perasaan dah tuwir ajaa

      Delete
  20. Aaah seru ya, lebarannya. Aku juga udah jadi granny secara ga langsung. Punya sodara sepupu yang anaknya seusiaan aku hihi *umpetin KTP*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo dr sepupu aku malah dah jadi buyut iniih. Knr sepupuku cucunya udah punya anak.
      Sodorin ktp hahaha

      Delete
  21. salam kenal mbak ^^

    wah keluarga besar ya..pasti asyik rame rame makan rendang

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.