Family Trip to Malang “The Best Traveling Moment 2016”


Sebagai pekerja maka moment traveling saya mostly didominasi oleh travel akibat tugas dinas. Alhamdulillah bisa menyempatkan barang sejenak menikmati keindahan alam dan kuliner Indonesia di sela tugas-tugas dinas. Namun namanya jalan-jalan, paling enak ya saat jalan beneran, bukan jalan-jalan di sisa waktu setelah bertempur menunaikan tugas atau berkejaran dari satu acara ke acara lain *ngos-ngosan*


Jalan-jalan, liburan, atau travelling juga bakal jadi moment terbaik saat ada kebersamaan dengan keluarga. Jadi The Best Travelling Moment 2016 adalah saat bisa menikmati kebersamaan dengan anak-anak menjelang penghujung 2016 kemarin. Yippiiii Trio Krucils, Mom, & Dad finally have family trip to Malang. Inilah The Best Traveling Moment versi Mom of Trio.

Entah kenapa traveling sama anak-anak selalu jadi moment yang mengesankan. Repot, iya! Seru, iya bangeet! Kami sebagai orang tua banyak belajar dari travel with kids, sebaliknya antar anak-anak juga banyak hal yang bisa dijadikan hikmah dalam kegiatan traveling ini.

Kami menjadikan traveling bukan sekedar seseruan tapi menjadi bagian dari pembelajaran untuk menjadi tim yang lebih solid. Kami belajar disiplin, tepat waktu, toleran, saling mendukung, belajar tentang komunikasi yang efektif, belajar bersabar, tepat waktu sholat dan banyak lagi. Traveling itu artinya 24/1 each day atau kalau kemarin 24/4 kami bareng terus kemana-kemana. Tidak hanya bonding dan quality time, tapi kami makin saling memahami satu sama lain.

Well, kemana saja seseruan Trio Krucils & family selama di Malang? Yuuk simak cerita Trio Krucils visit Malang kali ini.

Belajar Sabar di Airport

Hmm terbawa efek kebiasaan hampir ketinggalan pesawat saat harus berangkat dinas ke luar daerah saat pagi hari, pagi itu saya menyiapkan Trio krucils untuk bisa berangkat lebih awal. Kebayang repotnya kalau harus terburu-buru di bandara. Antrian panjang, anak-anak minta pipis, dan seterusnya. Meski suami meminta memundurkan jadwal yang saya ajukan, saya kekeuh. Mendingan nunggu di sana dari pada terlambat. Kalau macet gimana?belum lagi mobil online yang kita pesan datangnya lama. *hmm beneran pengalaman pergi tugas keluar daerah, hari senin di subuh hari nih.


Hmm terlalu well prepared kayaknya. Jalanan lancar jaya. Rumah ke Bandara hanya 45 menit. Luar biasa. Sampai di Bandara bahkan check in counter untuk penerbangan kami belum dibuka. Anak-anak mulai resah. Sudah keliling-keliling, jajan roti (padahal Ibu sudah bawakan bekal), lari-lari becanda, sampai akhirnya mereka bosan. Padahal terminal 3 ini terhitung nyaman. Mereka tetap gelisah. Setiap kali ada pengumuman dek Paksi memastikan, "itu pesawat kita bukan bu?" Check in aja belum dek.

Pas check in counter dibuka. Koper sudah masuk bagasi. Kami langsung turun. Saya sih berharap mereka bisa anteng bermain di play ground yang tersedia di ruang tunggu. Maksudnya supaya saya bisa istirahat sejenak. Semalam begadang packing dan menyiapkan ini dan itu. Pekerjaan kantor juga masih minta diselesaikan semalam. Harapan tinggal harapan. Karena lama, mereka mulai bosan. Ada cek cok kecil. Menunggu memang menjemukan. Intinya anak-anak sudah tidak sabar. "Ibu kita naik yang ini ajaa" Setiap kali ada pesawat yang mendarat dan merapat.


"Sabar ya nak. Pesawat kita memang belum waktunya terbang. Sudah ada jadwalnya sendiri-sendiri. Ibu khawatir ada macet dan lain-lain, jadi kita berangkat lebih cepat." Cukup lama memang kami menunggu. Trio Krucils harus belajar sabar.

Lama nunggunya, di pesawat hanya sekitar satu jam saja. Anak-anak agak kecewa karena biasanya Garuda selalu memberi hadiah mainan atau merchandise untuk penumpang anak-anak. Saat anak-anak lain diberi hadiah, mereka bingung karena hanya dilewati pramugari cantik. Hmm kenapa ya? Tiba-tiba salah satu pramugari mendekati Ibu. "Hmm maaf Ibu, untuk anak-anak Ibu kami tidak bisa beri bonekanya karena mereka tidak tercatat sebagai penumpang anak-anak. Hm nanti kami usahakan ya bu. Ini kebetulan boneknya pas sejumlah yang terdata saja." Lhoo kok?

Sabar ya nak. "Kok gitu sih bu..." Tidak lama kemudian pramugari tadi kembali mendekati Ibu. "Maaf bu, ini sudah kami upayakan, hanya tersisa dua saja. Adik yang satu tidak kebagian." "Oh iya, gak pa pa, makasih."  "Sekali lagi mohon maaf ya bu."

Menjelang landing di Bandara Abdurrahman Saleh, Dek Paksi justru tertidur. Memang waktunya tidur siang dan rupanya agak merasa pusing. Sebelum jatuh tertidur, sempat rewel. Ibu harus menggendong turun hingga ke ruang tunggu bagasi.

Keliling Dunia di Museum Angkut


Mas Imron, Driver dari Car Rental yang menemani kami selama 4 hari kedepan langsung menunjukkan tempat makan soto ayam di Jalan Lombok yang cukup ngehits untuk mengisi perut karena kami hanya check ini sejenak di hotel dan menyimpan koper, sholat lalu lanjut ke Museum Angkut.


Saya sebetulnya sudah beberapa kali ke Museum Angkut. Jujur tidak se-excited dulu hahaha. Demi anak-anak. Saya mengalah atuh lah. Setidaknya menyemangati mereka untuk bisa mewujudkan impian mereka keliling dunia dengan melihat miniatur kota-kota besar dunia dan juga jelajah masa lalu. Anak-anak sih excited banget.


Awalnya kami berencana menghabiskan hari pertama ke dua tempat. Museum Angkut dan BNS (Batu Night Spectacular). Apa daya, kami baru keluar dari Museum Angkut sekitar jam 9 malam. Meski BNS buka hingga tengah malam dan anak-anak tampak excited melanjutkan keseruan hari ini namun wajah lelah tak bisa mereka tutupi. Kita istirahat saja dulu malam ini, masih ada besok kan?

Hotelnya Nyaman Tapi Tetap Rumah Kita yang Paling Nyaman

Hotel yang dipesan ayah secara online letaknya cukup strategis di tengah Kota Malang. Rupanya ini hotel lama yang direnovasi. Hotel budget yang ternyata pas banget untuk family. Grand Citihub Hotel @Kajoetangan. Iya letaknya di daerah Kayutangan. Kami mengambil kamar superior twin 4 person dengan rate sekitar IDR 570.000,-/malam.


Sebuah kamar dengan dua bed yang cukup banget buat kami berlima. Meski kamarnya tidak terlalu luas. Konsepnya minimalis namun ada balkon dan kursi meja di luar. Enaknya kami tidak perlu menambah extra bed dan untuk breakfast kami mendapat jatah 4 orang, jadi gak kena charge tambahan. Saya bakal review khusus tentang hotel ini ya. Recommended buat yang suka traveling with kids atau keluarga kecil seperti kami. Cocok juga untuk group trip.

Anak-anak suka karena suasana hotel yang cukup nyaman. Bangunannya baru saja direnovasi. Barang-barang di kamar juga semua masih baru. Krucils sih yang penting ada air panas buat mandi. Kamar mandi untuk shower, toilet dan washtafel dipisahkan/dibatasi pintu jadi enak sih. Anak-anak maklum saat kami bilang tidak ada kolam renang karena kami bakal seharian penuh bahkan bisa sampai malam berada di luar hotel. Mereka ternyata merasa nyaman saja. Meskipun tetap paling nyaman sih di rumah yaa.

Baca selengkapnya di: Review Hotel Grand CitiHub Malang


Untuk sarapan menggunakan kupon senilai IDR 50.000/orang. Kita bisa memesan menu yang tersedia di restoran. Hmm harga makanan di restoran hotel cukup affordable. Jadi IDR 50.000 cukuplah untuk sarapan para kruciks. Pada hari-hari tertentu ada buffet. Biasanya weekend mereka menyiapkan buffet dan kita bisa makan tanpa dibatasi nilai kupon.

Terjebak Hujan di Ketinggian Gunung Banyak

Sesuai dengan rencana hari kedua kami berencana ke Omah Kayu. Tempat yang belakangan ngehits di Malang karena photo Instagram di lokasi ini berseliweran. Sayangnya cuaca kurang mendukung. Sejak pagi Malang mendung dan sesampainya di Batu gerimis dan hujan turun tak mau berhenti. Cuaca makin dingin.

Jalanan menuju Omah Kayu yang terletak di Gunung Banyak Paralayang Kota Batu ini kondisinya cukup menantang. Menanjak berkelok dengan kondisi becek, licin, dan berlumpur. Untung anak-anak tertidur nyenyak selama perjalanan Malang - Batu yang kami lalui lewat jalan alternatif. Mas Imron memilih jalan alternatif karena kondisi jalur utama Porong tengah macet.

Hujan gerimis, udara yang dingin, dan tanah merah yang becek menyambut kami. Saya pikir anak-anak akan bermalas-malasan. Ternyata mereka semangat sekali. Pemandangan yang disuguhkan alam dari rumah-rumah kayu di sela pepohonan membayar semuanya. Anak-anak teringat dengan perjalanan kami dulu mencapai Air Terjun dari Camping Ground Batu Tapak, suasananya persis seperti ini.


Jalan berliku yang cukup licin karena basah di tepian gunung dengan pagar pohon pinus dan pemandangan alam yang menyejukkan mata. Dari kejauhan tampak Kota Batu. Supaya kekinian kami berphoto di beberapa lokasi rumah yang tidak bisa dimasuki lebih dari maksimal masing-masing muatan. Karena gerimis, pengunjung yang ternyata cukup banyak cenderung berteduh dan berdiam di rumah-rumah pohon.

Kami hanya sempat mencoba berphoto di beberapa rumah ketika kemudian hujan makin deras. Kami akhirnya terjebak di salah satu rumah. Untungnya ada bangku kecil di mana saya sambil memangku Paksi, Ka Al, dan Ka Zaha duduk. Ayah berdiri bersama sepasang pengunjung lainnya. Maksimal hanya 6 orang yang bisa berteduh di rumah ini. Tentu kami tak bisa masuk ke dalam rumah yang lebih serupa kamar yang memang disewakan ini. Hmm enaknya buat pacaran ini mah. Buat pengantin baru tepatnya hahaha. Tejebak hujan di tengah hutan dalam ruangan kecil rumah pohon juga hayuk aja asal kita berdua ya bang *eh*


Hampir satu jam menunggu hujan agak reda. Anak-anak mulai ricuh karena bosan dan kedinginan. Akhirnya setelah agak reda, kami nekad menantang gerimis keluar area Omah Kayu dan mencari makan di warung-warung yang ada di sana. Lokasi Omah Kayu ini memang tidak jauh dari tempat wisata Paralayang. Sayangnya kabut tebal menggantung menghalangi keindahan pemandangan di ketinggian. Semangkok bakwan malang dan teh manis panas terasa sangat nikmat di tengah cuaca dingin dan hujan yang tak juga mereda.

Waktu sholat Zhuhur kami segera ke Musholla yang sayangnya kondisinya tampak kotor dan fasilitas kamar mandi dan tempat wudhu yang belum rapih. Selepas sholat kami memutuskan ke Coban Rondo. Hari ini kita wisata alam saja yaa. Sebelumnya ada pilihan ke Jatim Park namun kondisi hujan dan sisa waktu menjadi pertimbangan kami hingga akhirnya memilih ke Coban Rondo. Jatim Park banyak area terbuka dan wahana yang harus dijelajah cukup banyak. Harus seharian penuh di sana. Waktu sudah menunjuukan pukul 2 siang. Hujan juga tidak benar-benar reda. Kami memutuskan ke Coba Rondo.

Monyet Iseng di Coban Rondo

Hmm kami pikir lokasi air terjun pastinya akan ditempuh cukup menantang. Pasti di kaki gunung dengan area tracking menanjak menurun. Ahh ternyata berbeda. Lokasi air terjun Coban Rondo mudah ditempuh dari area parkir. Fasilitas jalan setapak juga sangat nyaman. Meski gerimis dan kami menyewa payung (pelangi) namun kondisi jalanan sangat nyaman ditempuh. Air terjun mengalir deras sayangnya berwarna kecoklatan. Mungkin karena hujan.




Well yang perlu diwaspadai justru monyet-monyet yang pasti akan mendekat terutama jika mereka melihat kita membawa makanan. Bahkan mereka tidak segan merampas makanan yang kita pegang. Duuh, sumpah bikin kaget. Hahahaha. Bukan hanya saya, ada pengunjung lain yang juga dirampas makanannya oleh si monyet. Kami sempatkan makan jagung bakar sebelum meninggalkan Coban Rondo saat hari makin gelap.


Belajar Mencintai Lingkungan untuk Alam Indah Terjaga di Pantai Tiga Warna

Nah Ziayudi Family memang tipe petualang alam. Lebih memilih gunung dan pantai daripada rekreasi hiburan. Anak-anak tetap memilih pantai untuk itinerary kami berikutnya. They miss beach a lot. Terakhir main air, pasir, dan ombak di Anyer beberapa bulan lalu.


Kami meminta rekomendasi ke Mas Imron. Pantai apa yang sekiranya seru. Saya menyebut beberapa yang cukup ngehits seperti Goa China dan Bale Kambang. Rupanya tidak masuk hitungan Mas Imron hahaha. Kalau Ibu biasa main ke pantai, di sana biasa aja bu. Nanti saya ajak ke salah satu pantai yang baru bu. Masih perawan. Bersebrangan dengan Pulau Sempu.

Sekitar 2,5 jam perjalanan dari hotel ke kawasan selatan Malang ini. Mas Imron yang kesiangan nih. Cuaca mendung membuat kami khawatir tidak bisa menikmati suasana pantai dengan total karena hari ini rencananya full di pantai. Sepanjang pesisir selatan Malang ini ada puluhan spot pantai. Kita tinggal sebut yang mana. Jalanan di sana juga sudah rapih dan bagus. Tampaknya belum lama infrastruktur jalan ini diperbaiki. Joss lah sekarang.


Mas Imron tetap merekomendasikan kawasan pantai Tiga Warna. Yang katanya unik dan kita bakal bisa mampir menikmati setidaknya tiga spot di kawasan tersebut. Ke Pantai Tiga Warna harus menggunakan guide dan booking dulu. Jumlah pengunjung dibatasi dan aturan yang diberlakukan cukup ketat. Saya makin penasaran.

Mas Imron sudah menghubungkan kami dengan salah satu guide di sana sekaligus tanda booking. Mas Trio namanya. Kami membawa sarapan jatah di hotel karena memang di sana hanya ada warung kecil yang menjual makanan ringan. Jadi wajib bekal kata Mas Imron.


Saat tiba ke lokasi yang dari jalan raya harus melewati jalanan kampung yang cukup sempit dan kurang bagus sampailah kami di tempat parkir. Hujan yang sudah turun sejak kami memasuki kawasan pantai selatan Malang makin deras. Paksi sudah resah dan pingin turun. Hujan naak. Aku mau ke pantai, bosan di mobil. Mas Imron masih menunggu konfimasi dari Mas Trio yang sedang mengantar tamu yang lain di sana.


Satu kata mewakili perjalanan kami ke Pantai Tiga Warna "SERU" eh pake bingits deh. Saat akhirnya dalam kondisi gerimis kami memaksa tetap mau jalan ke arah pantai. Jadi dari parkiran ke pos1 ditempuh dengan naik ojek sekitar 1 km. Jalan setapak dengan batu dan tanah becek berlumpur karena hujan. Kanan kiri kebun pisang dan perkebunan warga. Sesampai di pos 1 kami mendaftar. Semua kendaraan roda dua di parkir di sini bagi yang membawa kendaran hanya bisa sampai sini.


Dari pos 1 kami berjalan kaki menuju pos 2 sekitar 500 meter. Jalanan tengah dibangun, dibuat konblok sayangnya baru beberapa meter saja sisanya masih jalan setapak berlumpur dan berbatu. Kalau musim panas mungkin berdebu ya. di Pos 2, kami membayar uang masuk dan jasa guide resmi. Sekitar 150 ribuan deh saya lupa sudah termasuk jasa guidenya 100rb gitu. Anak-anak tidak dikenai biaya. 

Uniknya di pos 2 ini semua barang yang dibawa pengunjung dicek dan didata lengkap. Jumlah kantong-kantong plastik yang dibawa, bungkus makanan, kertas, dan seterusnya. Semua jumlah (calon) sampah yang dicatat dibawa ke kawasan akan dicek kembali saat kembali. Pengecekan sampah dilakukan di pos 1.



Jika ada jumlah yang kurang akan diminta kembali ke dalam untuk mengambil lagi atau membayar denda IDR. 100.000 untuk 1 item sampah. Keren yaa aturannya. Intinya anak-anak belajar menjaga lingkungan sebagai bukti cinta pada alam. Tunggu cerita lengkapnya di tulisan Mom of Trio yang lain yaa.


Medan ke arah pantai cukup berat karena kondisi bekas hujan. Luar biasa licin, berlumpur, berkelok. Total panjang jalan yang harus kami tempuh untuk bisa ke Pantai Tiga warna dan menikmati beberapa pantai di sekitarnya sekitar 3 km. Selain tujuan utama Pantai Tiga Warna, kami diajak singgah ke beberapa spot seperti kawasan Clungup Mangrove Conservation, yang merupakan kawasan konservasi bakau, lalu ada Pantai Clungup, Pantai Batu Pecah, dan Pantai Gatra. Masing-masing pantai memiliki kehasan yang berbeda.


Pantai Tiga Warna super keren dan bersih. Asik banget buat menikmati suasana. Sebetulnya ditawarkan juga snorkeling, tampak beberapa pengunjung yang tengah snorkeling. Ada banana boat dan juga perahu sampan. Untungnya memang tidak terlalu crowded, ada pembatasan waktu kunjung dan jumlah pengunjung setiap harinya. Perjalanan yang menantang terbayar lunas dengan suasana beberapa pantai tersebut. Kita bahkan bisa menikmati pemandangan serupa Twelve Appostle di Australia dari Pantai Batu Pecah. Dari kejauhan tampak karang-karang yang cantik dan eksotis berbaris diterpa deburan ombak laut selatan.



Kami segera pulang menjelang senja karena belum sholat Zhuhur dan Ashar. Kami tidak bisa sholat di dalam kawasan karena kondisi pakaian yang belepotan lumpur. Kami kembali ke parkiran lalu mandi di salah satu rumah yang memang menyewakan kamar mandi dan langsung menjamak sholat di Mushola sederhana berbentuk rumah panggung. 

Well, Trio Krucils anak hebat, mereka betul-betul berjiwa tualang dan cinta pantai. Tracking yang cukup berat mereka lalui tanpa banyak mengeluh. Mas Trio juga selalu mensupport dan menyemangati anak-anak hingga mereka melupakan sulitnya jalur tracking yang kami lalui. Pingin deh ke sana lagi tapi jangan musim hujan. Kalau bisa menyeberang sekalian ke Pulau Sempu. Semoga yaa.


Taman Kota di Malang yang Instagramable

Hari terakhir di Malang. Duuh padahal masih banyak yang pingin kami kunjungi. Siang ini kami harus sudah kembali dengan penerbangan Garuda sekita pukul 13.00. Sisa waktu kami habiskan untuk menikmati pemandangan di tengah kota Malang. Sebetulnya kami sudah sempat mampir ke alun-alun Tugu dan taman kota beberapa malam lalu. Tapi photo malam hari tentu kurang maksimal. Jadi pagi setelah check out kami menyempatkan diri berphoto di taman kota dan alun-alun Kota  di Malang dan Alun-alun Tugu. Instagramable banget.







Rumah Warna Warni Kreatifitas Seni dari Warga Untuk semua

Last but not least seperti janji Mas Imron kami bakal diajak ke kawasan rumah warna warni 3 dimensi. Jadi kawasan yang semula cukup kumuh dan padat kemudian disulap dan ditata cantik menjadi kawasan yang unik dengan rumah berwarna warni dan penuh lukisan tiga dimensi.

 Masuk kawasan ini free, hanya saja ada salah satu warga yang kemudian mengantar kami berkeliling dan mengarahkan pose berphoto di lukisan 3 dimensi agar pas dan terkesan hidup. Well, kami memberi tips pada bapak tersebut. Jujur lumayan terbantu karena memang kami tak bisa berlama-lama. Jadi beliau langsung menunjukkan spot-spot yang recommended untuk berphoto.






Well, that's  our family trip in Malang. It will be the unforgettable travelling moment of year for us. Goodbye Malang, Will be there again next time!

Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Bersama – The Best Traveling Moment 2016″ oleh Indonesia Corners



46 comments

  1. Malang memang cakep ya Mak, saya belum kesampaian ke Omah Pohon semoga next time bisa kesana lagii

    ReplyDelete
  2. Wah, perjalanan paling seru memang dengan keluarga ya Kak, terima kasih sudah ikutan posting bersama Indonesia Corners :)

    ReplyDelete
  3. Wah, perjalanan paling seru memang dengan keluarga ya Kak, terima kasih sudah ikutan posting bersama Indonesia Corners :)

    ReplyDelete
  4. Klupaan... Tampilan baru yaaa, aku baru ngeh. Apik mbaa

    ReplyDelete
  5. Aduh opi, baca tulisannya jadi kebayang opi ngasuh 3 anak sambil liburan. Tapi da udah garede ya. Kuat pisan trio diajak jalan 3km, pulangnya 3km lagi atuh? Kalo mas imron kontaknya tau drmana, pi? Mau euy, pengen ke malang juga. Malang dingin gak, pi? Makanan di sana harganya terjangkau gak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak sengaja dpt mas imron, kita dapet dr rental mobilnya ulu. sok kalau mau pm aja yaa...ayahnya krucils nyimpen kontaknya kok. makanan di sana menurutku itungannya murah kok...apalagiklo makan deket kampus ahaha
      yg dingin di Batunya Uku, itu puncaknya Malang

      Delete
  6. Jadi kangen malang mak..semenjak balik ke semarang belum main ke malang lagi. Dlu paa tinggal si sidoarjo hampir tiap minggu ke malang n ga pwenah bosen. Emang aayik bgt liburan ke malang ya
    Eh tu pantainya sepi ya padahal biasanha liburan akhir thn penuh lo

    ReplyDelete
    Replies
    1. pantai 3 warna ini pengunjungnya dibatesi muna. jd gak akan terlalu ramai setiap kunjungan. kudu booking

      Delete
  7. Hemm aku yang asli Malang malah belum pernah mbak ke nama2 yg disebutkan diatas. Karena kalo mudik udh bingung sama keluarga besar hehe. Aturan pantainya keren banget supaya ttp bersih. Hehe ikutan senang deh, karena ada yg senang main di kota kelahiranku xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya...akupun klo pulang kampung ya gituuu

      Delete
  8. Mbak Ophi beruntung banget dapet driver yang recommended dan punya wawasan soal wisata di Malang.. aku aja belum pernah ke tiga warna, huhu

    ReplyDelete
  9. Seru banget sih mbak! Aku kemarin ke Malang cuma main ke BNS doang selebihnya cuma makan - makan karena fokusnya mau ke Bromo sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. soale aku dah pernah ke Bromo jd cari ke selatan put...kmrn bromo jg lagi ga bagus suasananya

      Delete
  10. walaupun belum pernah ke sana, lihat "laporan" dan foto-foto mbak Ophie rasanya ikut traveling bareng nih, hehe.. bener-bener puas ya mbak jalan-jalan bersama anak-anak

    ReplyDelete
  11. Sering ke Malang tapi aku belum pernah ke pantainya. Taman-taman kotanya memang instragamable mba. Kadang saya cuma duduk-duduk sambil lihat anak-anak yang main2.

    ReplyDelete
  12. Mba ophi seneng banget,. Foto2 nya bagus,,, next trio InsyaAllah

    ReplyDelete
  13. Aku belum pernah ke Pantai Tiga Warna Mbak. Padahal dulu kuliahnya di Malang.Tapi jaman aku kuliah Pantai-pantai di Malang belum se ngehits sekarang.Paling cuma beberapa saja yang dikunjungi wisatawan.

    ReplyDelete
  14. Pantai Tiga Warna baguuuus ya mba, tapi ckup jauh juga yah. Seru banget bisa jalan2 bareng trio ke Malang.. :D Rasanya jd makin pingin ajak anak2ku jg ke sana Mba Ophi. Mereka pasti seneng deh.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau ke sana bawa nak2 mungkin jangan musim hujan mba...musim panas lebih nyaman

      Delete
  15. Aku pengen juga ke malang mbak, tapi belum kesampaian

    ReplyDelete
  16. Kamarnya enak ya mak..king bednya empuk banget nampaknya..jadi pengen guling-guling :D ha ha ha....

    ReplyDelete
  17. Kompliit liburan ke Malang Mbak, kami aja belum ke Kampung 3D dan Pantai Tiga Warna. Terimakasih sudah datang ke Malang, jangan kapok yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah lupa mas ihwan di Malang juga yaa...gak kapok ke Malang hehe

      Delete
  18. foto2nya cakep mbak ophi...jadi pingin ke malang nih

    ReplyDelete
  19. btw kameranya pake kamera apa mbak? hasilnya bagus banget.

    ReplyDelete
  20. Asyik ke Malang. Ini udah jadi list dari dulu tapi ga jadi jadi. Nanti bisa minta info kontak person di sana dong Mbak, kalau aku jadi ke Malang. Thank youuu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh banget mba lev, ayahnya krucils nyimpen nomor kontak mas imronnya kok

      Delete
  21. ya mumpung masih bisa pergi dg anak2, pergi dg anak2 mbak, aku sekarang udah susah terakhir sama anak2 ke bali itu menyenangkan. Yg besar sdh ekraj jadi susah bt libur

    ReplyDelete
  22. fotonya cakep-cakep mbak. kelihatannya menyenangkan banget

    ReplyDelete
  23. kami pun sudah ngga sabar untuk family trip lagiiii

    ReplyDelete
  24. wah Alun2 malang udah beda banget yaaa.. uni udah 7 tahun gak kesana.. hehehe kangen malang....

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.