Adab Menuntut Ilmu



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Sehat semua hari ini gengs... alhamdulillah. Yang lagi kurang sehat semoga segera diangkat penyakitnya sama Allah ya. Nah seperti janji Mom of Trio di postingan sebelumnya, kali ini saya mau sharing materi ajar dari Sekolah Online Bengkel Diri nih. Materi pertama ini ada dalam kelompok topik Materi Dasar Isalm (MDI).  Karena kita mau sekolah dan belajar, materi awal yang diberikan adalah tentang Adab Menuntut Ilmu.

Kosongkan gelasnya dulu yuk, biar bisa diisi :)

Nah untuk pemateri atau narasumbernya adalah Amalia Roza Brillianty S.Psi., M.Si., Beliau Psikolog dan dikenal sebagai Ummi Rosa, Kalau mau kenalan, silahkan intip akun Instagram @ummirosa.karumi. Selain ibu rumah tangga, beliau mengajar (dosen), psikolog, konsultan, menulis, dan founder beberapa komunitas atau gerakan dakwah dan juga tentunya fasilitator di sekolah Bengkel Diri.

Seperti kita semua insyaAllah sudah paham, menuntut ilmu itu wajib hukumnya dan berlaku sepanjang hayat. Gak pake libur kayak belajar di sekolah. Belajar ilmu agama tidak ada liburnya. Sepanjang hayat kita butuh agama sebagai petunjuk dalam menjalankan hidup kita dengan selamat di dunia dan akhirat.

Potensi Hidup Manusia

Potensi merupakan karunia yang diberikan oleh sang Maha Pencipta. Secara umum potensi setiap manusia itu sama, yang membedakan mungkin karakternya. Nah mari kita mengenal potensi hidup manusia tersebut yakni:
  • akal yang berfungsi berpikir, menuntun dan memilih (mana yang akan dilakukan, mana yang ditinggalkan, mana yang benar dan yang salah). Akal yang membuat manusia beradab dan membedakannya dengan hewan. 
  • kebutuhan jasmani: kebutuhan yang sifatnya harus terpenuhi/dipenuhi karena jika tidak dipenuhi,  bisa menghantarkan kepada kematian. Hmm ini tentu kita paham contohnya adalah makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya.
  • kebutuhan naluri atau gharizah. Nah kebutuhan Naluri itu sendiri terbagi dalam 3 bagian yakni naluri eksistensi diri, melestarikan keturunan/naluri seksual, dan naluri ber-Tuhan. Kebutuhan naluri atau gharizah ini juga akan menyebabkan peradaban manusia terus berjalan, hanya saja bedanya kebutuhan naluri ini tidak mutlak harus dipenuhi layaknya kebutuhan jasmani yang bisa mendatangkan kematian saat tak dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, kebutuhan naluri ini akan mendatangkan kegelisahan dan kesempitan dalam diri manusia.

Naluri eksistensi diri atau mempertahankan diri (gharizah baqa) akan muncul jika ada stimulus atau pemancing dari luar. Demikian juga naluri seksual akan muncul karena ada stimulus dari luar diri manusia. Kita tertarik dengan lawan jenis karena yang bersangkutan menarik misalnya gagah, ganteng, dan seterusnya.

Baca Juga: Bengkel Diri - Sekolah Baruku

Naluri berketuhanan (gharizah tadayyun) adalah naluri untuk meng-esa-kan/mengagungkan sesuatu yang dianggap hebat atau luar biasa di luar diri manusia. Gharizah tadayyun ini tidak hanya ditujukan pada Tuhan tapi juga hal lain yang membuat manusia takjub sehingga ada upaya penyembahan atau kepatuhan terhadap yang dikagumi/ditakjubi tersebut. Contohnya adalah bagaimana manusia mengagungkan uang, materi, jabatan, dan sejenisnya.

Dalam pemenuhan potensi hidup manusia tersebut, kita butuh ILMU

Ketika kebutuhan naluri bertemu atau berhadapan dengan kebutuhan jasmani maka akan ada dorongan dalam diri manusia sehingga menimbulkan kecenderungan yang kemudian terwujud dalam suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya Bagaimana atau dengan cara apa manusia mewujudkan aktivitas?

Contohnya saat kita marah sebagai bentuk gharizah baqa, bagaimana sikap atau aktivitas kita saat timbul rasa marah tersebut. Saat kita lapar, kita akan makan, bagaimana mencari makanan, makanan apa yang akan kita makan. Saat kita jatuh cinta, apa dan bagaimana yang akan kita lakukan untuk memenuhi naluri tersebut?

Ada banyak cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ada yang menggunakan cara bebas, semau gue, yang penting aku senang, mengikuti adat/kebiasaan, ikut trend, ikuti kata hati/perasaan, atau ikut hawa nafsu. Selanjutnya kita sebagai muslim tentu perlu merenungkan lebih dalam apakah cara-cara bebas seperti itu sudah sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita?

Sebagai analogi, kita bisa bandingkan dengan smartphone yang saat dibuat dan kemudian dipasarkan pasti dilengkapi dengan kelengakapan lain dan pastinya ada panduan/petunjuk penggunaan. Demikian juga dengan benda-benda yang dibuat oleh manusia lainnya. Agar bisa berfungsi dan bekerja sebagaimana mestinya pasti dilengkapi dengan petunjuk penggunaan. Masing-masing benda memiliki petunjuk penggunaan yang khusus dan berbeda satu sama lain. Petunjuk penggunaan smartphone tidak bisa digunakan untuk mengoperasikan mesin cuci. Demikian seterusnya.

Nah bagiamana dengan diri kita sebagai manusia?siapa yang paling memahami kita? selayaknya benda buatan manusia, yang paling memahaminya adalah pembuatnya. Demikian pula kita manusia, yang paling paham tentang kita adalah pencipta kita. Sehingga untuk menjalani kehidupannya, manusia harus membuka dan mempelajari "buku" petunjuk yang disediakan oleh Sang Pencipta.

 Allah sebagai pencipta kita telah menyiapkan seperangkat aturan dalam buku petunjuk yang lengkap untuk menjadi pedoman, panduan, petunjuk untuk menjalani kehidupan. Al Qur'an dan Sunnah Rasul.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta kita. (Q.S. Adz dzaariat: 56). Ibadah ini tidak hanya ibadah ritual namun juga ibadah dalam arti luas yakni menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dalam kaitan dengan beragam aktivitas manusia dalam rangka memenuhi potensi kehidupannya (yang dijelaskan sebelumnya) maka tujuannya adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Noted! Dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Di sinilah urgensi menuntut ilmu dalam Islam sebagai kewajiban setiap individu muslim.

Dimensi Ibadah

Ibadah dalam rangka menjalani aturan Allah tidak hanya berbentuk ibadah ritual dalam bentuk penghambaan terhadap Allah (ibadah Mahdhah), namun juga ibadah dalam arti luas meliputi seluruh aspek hidup manusia yang mencakup 3 dimensi:
  • Hubungan manusia dengan Allah: mencakup aqidah dan ibadah. Allah mengaturnya dengan lengkap bagaimana cara kita misalnya melakukan sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya (lengkap dengan syarat, rukun, waktu dan seterusnya). Untuk itulah kita butuh ilmu untuk mengetahui bagaimana cara melakukan ibadah rutin yang Allah perintahkan.
  • Hubungan manusia dengan diri sendiri: merupakan akhlak terhadap diri sendiri, tata cara kita memperlakukan kita sendiri, misalnya makan, minum berpakaian, dan sebagainya.Semua ini juga diatur dalam syariat Islam dan kita butuh ilmu untuk memenuhinya. Bahkan ketika kita melakukan pemenuhan terkait dengan akhlak terdapat diri sendiri dengan ilmu dan tuntunan Allah maka insyaAllah akan bernilai ibadah.
  • Hubungan manusia dengan manusia lain seperti politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain lain. Syariat Islam juga mengatur bagaimana inetraksi sosial manusia dengan manusia lain. Bagaimana agar kehidupan manusia dengan manusia lain berjalan harmonis. Bagaimana kurikulum pendidikan agar generasi yang akan datang menjadi lebih baik dan seterusnya. Semuanya lengkap dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Kita pun perlu mempelajarinya.
Baca Juga: Menggapai Keridhoan Menggapai Keberkahan


Keutamaan Orang Berilmu  

  • Tidak sama dengan orang yang tidak berilmu (QS Az Zumaar: 9)
  • Diangkat derajatnya (QS Al Mujadalah: 11)
  • Hamba yang paling takut pada Allah (QS Al Fathir: 28)
  • Kemurkaan Allah kepada oarng-orang yang tidak menggunakan akalnya (QS Yunus: 100)
  • Siapa yang dikehendaki Allah mendapakan kebaikan akan difaqihkan pengetahuan agamanya  (HR. Bukhari & Muslim).
  • Siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke Syurga (HR Muslim)
  • Siapa yang mengajak orang kepada suatu kebaikan, ia mendapat pahala sebanyak pahala yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun (HR Muslim)
  • Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali: Shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak Shalih yang mendoakannya (HR Muslim)
  • Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, Ia keluar di jalan Allah hingga kembali (HR At Tirmidzi)
  • Para malaikat membentangkan sayapnya menaungi para penuntut ilmu, dimintakan ampun oleh seluruh penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan dalam air. Kelebihan ahli ilmu atas ahli ibadah bagaikan cahaya rembulan atas cahaya bintang (HR Abu Daud)

Weww...masyaAllah banyak yaa fadhilah menuntut ilmu. Jadi gimana? Harusnya makin semangat ya kita belajar tentang Ilmu agama (keislaman), Munguth Kakaa ;) Bismillah atuhlah! Sekalian temenin aku niih belajar.


Baca juga: Catatan di Usia 40, Saya dan Proses Belajar

Apa hikmah dari dorongan mengkaji ilmu?

  • Pembentukan penalaran rasional dan daya kritis. (4 komponen pembentukan ilmu: fakta, informasi sebelumnya, otak, indera). Ilmu atau informasi yang paling valid adalah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Orang yang terbiasa mencari ilmu biasanya terbiasa berpikir rasional dan kritis.
  • Pengakuan metode eksperimental. Hal yang sifatnya teknis keduniawian, Islam mendorong untuk melakukan pengembangan ilmu dan teknologi sepanjang tidak bertentangan dengan Aqidah dan Syariah Islam. Terlebih tujuannya untuk kemashlahatan umat manusia.
  • Memberantas tahayul dan khurafat: Orang yang berilmu terlindungi dari hal-hal yang sifatnya tahayul, khufarat, hoax, dan sejenisnya.

Mengenal Hadharah dan Madaniyah

  • Hadharah adalah sekumpulan mafahim (ide yang dianut dan mempunyai fakta) tentang kehidupan (bersifat khas), atau secara sederhana merupakan prinsip hidup seseorang atau keyakinan seseorang.
  • Madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan (umum dan khas). Yang umum misalnya  benda-benda yang umum ciptaan manusia seperti mobil, komputer, robot, dan lain-lain, Sedangkan Madaniyah khas adalah benda mengandung suatu hadharah, misalnya benda yang menjadi simbol keyakinan tertentu.
Mengapa kita perlu mengenal hadharah dan madaniya? Agar kita bisa memilih dan memilah, mana yang boleh kita pelajari, kembangkan, ambil, dan mana yang tidak, mana yang bisa kita adaptasi dan mana yang tidak. Demikian seterusnya.

Terkait dengan hal itu ada istilah taa'tsur (mengimbas ke dalam hati/terpengaruh) dan intifa' (memanfaatkan). Kita hanya boleh terpengaruh ideologi Islam dan seluruh peradaban/hadharah Islam, namun haram terpengaruh terhadap ideologi atau mafahim/ide di luar Islam. Kita boleh memanfaatkan benda dan ilmu yang tidak mengandung hadharah tertentu.

Sebagai Muslim mempelajari Ilmu Islam seharusnya menambah ketaatan dan ketakutan kita terhadap Sang Khaliq bukan untuk merasa menjadi lebih baik dari yang lain, sombong, dan sejenisnya. Untuk itu kita wajib mengkaji tsaqafah Islam untuk memberi arah bagi hidup di dunia berlandaskan keimanan, mengkaji ilmu untuk diamalkan, dan mempelajari sains dan teknologi yang diminati (dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT) dan diamalkan sesuai Syariah guna peningkatan kualitas hidup di dunia.


Adab Menuntut Ilmu

  • Niat Ikhlas 
  • Berdo'a agar dikaruniai ilmu yang bermanfaat
  • Bersungguh-sungguh dan haus ilmu
  • Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan Taqwa kepada Allah SWT
  • Tidak sombong tidak pula malu
  • Mendengarkan dengan baik
  • Diam ketika pelajaran disampaikan
  • Berusaha memahami, menghafalkan, mengikat dengan tulisan,dan mengamalkannya
  • Berusaha mendakwahkan ilmu

Naah itu dia materi yang super padat berisi tentang ilmu, keutamaannya, hingga adab dalam mencari Ilmu.

Wallahua'lam.

Semoga bermanfaat ya.



2 comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.