Positif Covid-19, versi Omicron. Ternyata Begini Rasanya



Beneran mau nangis kalau inget sama Blog ini. Lama banget ga ditengok. Sibuk banget ya Allah sampai gak ada waktu buat mikir yang santai sambil nulis gitu. Eh minggu ini ceritanya dikasih sakit sama Allah. Niatin ah ditulis di blog biar sekalian sharing sambil ngisi blog. Kok sekalinya back to blog, ngomongin Covid-19 sih. Ya mungkin memang harus demikian jalannya.

What a Hectic January

Mau flash back dulu ke beberapa hari yang lalu. January = santai? No! bahkan dari akhir tahun, gagal cuti masuk tahun baru tak juga surut pekerjaan yang datang. Yang penting sehat sih ya supaya seberat apapun bisa dijalankan dengan baik. 

Januari memasuki minggu yang ketiga dan tingkat kehectican yang harus aku jalani terasa demikian membebat. Akhir minggu ke tiga selain harus mengoordinir Tim RUU yang cukup berat dan dengan timeline yang ketat, aku mendapat amanah dari luar unit kerja yang harus dilaksanakan bahkan harus lembur di weekend. Ya sudah, bismillah jalani aja. Badan udah mulai gak nyaman, khawatir sakit aku boost dengan multivitamin yang kayaknya working sih so far. 

Saat itu justru da gelagat kalau malahan Pak Suami yang kelihatan kurang fit. Ada keluhan demam dan nyeri-nyeri badan. Mungkin masuk angin. katanya. Malam Senin, kami putusakan Pak Suami isolasi di kamar bawah. Well, saya masih sok strong, "yang lagi kerja rodi aku, kok yang kalah kamu yah!" Hmm mungkin karena aku rutin minum multivitamin dosis tinggi pikirku. Padahal sang virus sebenarnya juga sudah mengintai aku juga kayaknya sih.

Hari Senin 24 Januari, diawali dengan tugas yang sudah padat merayap harus diselesaikan dalam satu minggu ke depan. Padahal ada hari Rabu dan Kamis di minggu tersebut, di mana aku harus ikut assesment. Wajib hukumnya. Suami sudah mulai ngedrop di hari Senin tersebut, pagi-pagi ke Dokter di Pelayanan Kesehatan (Yankes) kantor dan langsung diminta swab antigen. Gak menunggu lama hasilnya ternyata positif. Untuk memastikan beliau langsung diminta PCR. Saya juga langsung menyusul ke Yankes dan diarahkan untuk PCR sebagai bentuk tracing.

Baca: 3 Minuman Bantu Daya Tahan Tubuh dari Covid 19

Kami langsung diminta pulang Isoman. Suami diberikan beragam obat dan multivitamin demikian juga dengan saya. Senin pagi saya juga mulai merasa greges, tapi entah karena sugesti atau seperti apa saya bilang ke dokter. So far, saya ga ada keluhan apa-apa sih. Namun saya diberikan obat  dan multivitamin yang kurang lebih sama dengan suami. Suami diminta diisolasi, saya diminta jaga kesehatan juga. Fix, sampai rumah posisi saya menjaga suami yang positif dan Isoman. Malam hasil PCR saya dan suami keluar. Suami positif, sedangkan saya alhamdulillah negatif.

Anak-anak langsung dibrief, Selasa malam saya ajak mereka melakukan swab di fasilitas kesehatan dekat rumah. Alhamdulillah hasilnya mereka semua negatif. Saya masih melakukan kegiatan virtual zoom bahkan hingga malam hari. Padahal kondisi sudah mulai gak nyaman di badan. Hari Rabu saya tetap ikut assesment. Vitamin dan obat memberikan saya sugesti untuk bisa melewati hari dengan kuat. Alhamdullillah assesment hari pertama selesai. 

Assesment hari kedua, badan sudah mulai tak bisa kompromi, selain nyeri seluruh tubuh, pusing, saya mulai merasa demam. Di luar fakta bahwa sepanjang sesi tersebut saya mengusapkan banyak peppermint oil di sekitar leher dan kepala karena sudah mulai merasa gak kuat, sesi feedback berakhir dengan lancar dan jadi sesi curhat dan sharing yang menyenangkan.  Selesai sesi saya langsung tepar, tapi tetap harus bergabung di Tim RUU yang dikejar DL minggu ini. Sampai akhirnya, angka di termometer menunjukkan angka 38 dercel saya baru menginfokan ke teman-teman di grup dan mereka menyarankan saya istirahat dulu. 

Saya memang sudah tidak kuat, memilih istirahat. Hari itu hari Kamis dan saya sudah niat berpuasa. Meski badan sudah tak karuan, sayang harus membatalkan puasa yang tinggal sebentar lagi. Sampai tiba jam berbuka saya kemudian membatalkan puasa dan langsung minum obat demam dan vitamin. Demam mulai turun, namun badan tentu belum kembali normal. Jumat, Sabtu, bahkan Minggu kerjaan tetap digeber karena tetap harus selesai Minggu sore. Tugas selesai disubmit, sekitar pukul 17.00 sore. 

Senin sudah menunggu jadwal berikutnya. Kondisi saya memang sudah tidak demam, tapi mulai ada pilek yang berat, nyeri badan, dan juga radang yang masih terasa. Saya masih dikontak dan mengerjakan beberapa tugas. Koordinasi dengan pihak luar, menyusun Draft MoU, dan beberapa pekerjaan yang diminta segera. Masih saya kerjakan meskipun, feeling saya kuat mengatakan: something wrong with me. You should go to make it sure! Lagi-lagi berdalih, aku baik-baik aja. Saya belum mau beranjak memastikan diri untuk swab antigen atau apapun. 

Hanya untuk meyakinkan diri, Hari Selasa saya putuskan untuk rapid test antigen. Demi meyakinkan diri aman untuk anak-anak terutama karena saya masih tidur dengn si bontot setiap malam meski saat tidur kami sama-sama mengguakan masker. Sebenarnya feeling itu ada, tapi karena kesibukan, harus urus ini itu, dugaan dan feeling itu saya ignore. Namun ketika hasil test menunjukkan positif, saya gak bisa mengelak lagi. Pak suami juga test untuk mengecek perkembangan, malah hasilnya sudah negatif alhmadulillah meski belum fit benar.

Baca juga: Aktif dan Sehat di Era New Normal

Akhirnya, saya yang diisolasi. Kamar tidur dan kamar mandi atas jadi tempat isolasi saya. Tidak boleh yang lain gunakan. Ya pindah posisi aja dengan Pak Suami. Namun menjaga yang sakit dengan saat kita yang sakit rasanya lebih berat kalau kita yang sakit. Pusingnya double mikirin gimana anak-anak makannya, gimana mereka urus diri mereka. Overthinking makin menjadi deh!

Alhamdulillah sejak suami terkonfirmasi positif, sampai dengan kemudian saya yang juga positif banyak bantuan, perhatian, dan doa yang diberikan pada kami. Banyak banget support, alhamdulillah terimakasih banyak orang-orang baik.  Kiriman makanan, buah, madu, vitamin, multi vitamin, propolis, dan banyak lagi datang tanpa diminta. Adik saya mengirimkan paket buah dan makanan gak berhenti. Sungguh membantu dan jadi support untuk bisa survive dan semangat menjalani masa sulit ini. 

Mpok Mar yang belum sebulan bekerja di rumah pun gak mau diliburkan, malah membawakan makanan ikan mas dan sayur asem untuk menggugah selera makan kami.  Kerjanya yang gesit, jujur mengurangi beban pikiran saya soal kebersihan rumah dan setrikaan. :D Klo cuci baju masih bisa saya lakukan malam hari sebelum tidur, eh maksudnya memasukkan ke mesin cucinya.

Rasanya Gimana?

Dari gejala yang kami rasakan, kemungkinan besar memang kami terkena virus jenis Omicron. Iya, gejala yang kami rasakan persis flu biasa. radang, pilek, batuk, demam, nyeri seluruh tubuh, kelelahan. Meski demikian tetap terasa berat terlebih jika rasa nyeri mulai mengganggu dan menyebabkan sulit tidur. Ku merasa saat kantuk datang akibat minum obat, maka tidur tak kenal waktu seperti menjadi cara tersendiri agar tubuh membayar lelah sebelumnya. 

Pada dua hari pertama sejak terkonfimasi positif, yang terjadi adalah saya tidur melulu di siang hari. Selepas minum obat, langsung tepar gak kenal waktu tidur sampai lupa makan. Kebetulan juga sedang tidak sholat sejak hari Senin kan. Nah ternyata malam, saya kesulitan tidur. Gak nyaman sekali. Selain itu, selera makan ngedrop sama sekali. Berat badan turun sekitar 2 kg. Entah harus senang atau gimana, senang karena akhirnya bisa juga angka timbangan turun banyak. Tapi memang aku berusaha keras mengisi lambung meski tak banyak, tapi jujur selera makan gak ada.



Pagi setelah minum air lemon hangat kadang dicampur madu, saya sarapan buah secukupnya. Lalu langsung minum obat. Dua hari pertama, tidur siang bangun sebentar, tidur lagi. Nah memasuki hari ketiga ini, polanya berubah. Saya kesulitan tidur bahkan saat malam gak bisa tidur, pagi atau siangpun lemas dan mengantuk tapi tak bisa terlelap. Duh entah kenapa lagi nih. Mungkin adaptasi mau sehat yaa. Amiin. 

Ternyata sepanjang beberapa hari dalam kondisi positif ini, keluhan yang dirasakan bisa berganti-ganti bahkan dalam satu hari. Jika ada hari kita merasa sudah baikan, ternyata tiba-tiba batuk datang menyerang lalu sesak. Lain waktu sakit kepala tak tertahankan, keringat bercucuran dan gak bisa ngapa-ngapain selain dibawa tidur. Fluktuatif sekali kondisinya. Radang yang rasanya sudahs embuh dan obat radang yang sudah kuhabiskan bebrapa hari kok terasa nyeri kembali. Hmm rupanya gejala dan keluhan ini demikian tak terduga ya. Tapi saat ku pastikan ke petugas kesehatan, katanya memang demikian si virus bekerja. Baiklah, tetap semangat sehat. Banyak minum air putih. 

Sepanjang ada matahari, saya sempatkan berjemur juga nih. Untuk asupan obat dan vitamin, sudah ditambahkan satu paket lengkap untuk pegawai yang positif.  Rabu kemarin, suami ke kantor untuk PCR memamstikan hasil antigen sekaligus meminta obat untuk saya. Sekaligus ada obat lambung karena beberapa hari perut terasa nyeri dan kram. Hmm efek menstruasi juga mungkin. Yang paling saya khawatirkan justru saat mulai batuk, karena beberapa kali batuk saya merasa sesak. Selain vitamin dan obat pilek, saya meminta obat batuk yang sebelumnya tidak saya dapatkan.




Yang paling menjadi pikiran sih, gimana agar anak-anak tetap sehat dan gak tertular. Gimana mereka bisa tetap happy agar imun tetap terjaga. Gimana agar mereka mau asup vitamin dan madu. Tidur tepat waktu dan gak bikin Ibunya terpancing emosi melulu. Biar imun Ibunya juga ga melorot terus kan ya.

 Tapi saat mereka ada keluhan, susahnya saya gak bisa atau lebih tepatnya gak boleh ngehandle langsung, padahal mereka terutama yang bontot ya belum bisa kalau harus atasi sendiri. Sesederhana, "bikin minuman hangat nanti ditambahkan madu ya dek, di minum terus supaya gak sakit." Tapi anak-anak tetaplah anak-anak, kalau ngeluh pinginnya disayang Ibunya, dipijit kek, dipeluk kek, diapain sama Ibu. Nah klo Ibunya gak boleh ngapa-ngapain mereke, ya kasihan juga ya. Terlebih memang di rumah ga ada supporting system lain. Kami hanya berlima dengan anak-anak kan.

Baca juga: Anak Sakit di tengah Pandemi Covid 19? Jangan Panik

WA tetap tang ting tung, urusan pekerjaan yang kalau dipikirin bikin kepala sakit. Tapi jadi terasa banget kalau sehat itu senikmat-nikmatnya rezeki dari Allah ya. Karena sakitpun, kalau orang gak tahu, kerjaan tetap aja datang menghampiri. Mohon doanya yaa...

Sebetulnya minggu lalu jadwal Dek Paksi vaksin ke 2, dan kami agendakan untuk vaksin booster di minggu depan. Tapi dengan kejadian ini maka semua mundur menyesuaikan keadaan ini. Anak-anak juga sejak minggu lalu sudah izin tidak bisa ikut PTM. Yang sulit si Kakak karena sekolahnya sempat tak sediakan fasilitas PJJ sejak full PTM. Qadarullah ada kasus-kasus juga rupanya di sekolah mereka akhirnya sejak minggu ini mereka full PJJ kembali.

Ya gimana, virus itu masih ada. Meski tak seganas yang sebelumnya untuk mereka yang belum vaksin, mereka dengan komorbid, dan anak-anak yang belum lengkap vaksin tetap berbahaya. Kami juga gak menyangka akan merasakan juga positif justru di ujung waktu ketika berniat untuk vaksin booster. Qadarullah.

Semoga kita semua diberi kesehatan, dikuatkan untuk menjaga protokol kesehatan, dan tetap optimis dan bahagia menjalani hari-hari. 

Awal Bulan Rajab, di mana semua kebaikan dilipatgandakan! Semangat semuanya! Dalam ujian ini, insyaAllah banyak hal yang bisa kita jadikan hikmah.


2 comments

  1. Hemm, penyebaran omicron cepet banget sekarang rasanya baru kemarin udah menurun covid-19 dan udah hampir normal, tetapi omicron datang dan kabar yang terinfeksi udah banyak. Jadi, harus ekstra lagi stay safe and healthy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, katanya penularannya mmg lebih cepat dr varian sebelumnya

      Delete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.