Bincang Sex Education dengan Pra Remaja



Sex Education, Sejak Dini? 

Sex education diajarkan kepada anak idealnya sejak kapan ya? Banyak yang menyatakan bahwa pendidikan seks itu harus diajarkan sejak dini. Namun tidak sedikit yang mungkin enggan membahasnya dan membiarkan waktu yang menjawab. Bahkan masih ada yang menganggapnya sebagai hal yang tabu. 


Wah? Padahal sex education untuk anak berbeda dan bukan dalam artian mengajarkan anak tentang hubungan sexual atau melakukan seks. Sex education adalah pengetahuan bagi anak untuk mengenali fungsi tubuhnya, memahami etika dan norma sosial serta konsekuensi dari setiap perbuatannya. 


Ada yang mendefinsikannya secara lebih terstruktur bahwa sex education adalah: pendidikan tentang anatomi sexual, reproduksi seksual, sexual intercourse, dan aspek lain tentang perilaku sexual. Nah bisa terlihat dari struktur ini, ada proses atau tahapan dalam pengenalan sex education pada anak.


Hmm menurut Parents gimana? Kita lanjut gak nih bincang soal sex education? Lanjut yaa...

Faktanya pendidikan seks adalah sesuatu yang nyata dan harus kita sebagai orang tua hadapi dalam membesarkan buah hati. Jadi menurut saya membincangkannya adalah suatu keharusan. Mengedukasi anak juga mau tidak mau harus kita lakukan karena sekolah yang terbaik untuk anak adalah di rumahnya dan guru yang terbaik adalah orang tuanya.  


Iya, setidaknya kita beri mereka amunisi awal karena hakikatnya informasi soal apapun terkait seks tersebar di mana-mana. Terlebih era saat ini di mana anak terpaksa harus lebih dini akrab dengan gadget karena harus belajar secara online. Dengan gadget dan jaringan internet, informasi apapun sangat mungkin masuk dan bisa mereka akses. Alangkah baiknya mengantisipasi hal terburuk (yang semoga tidak terjadi) kita sudah memberikan supply informasi yang lebih sesuai dengan usia mereka.


Dulu, sempat terpikir dan mungkin ini juga yang dipikirkan banyak orang tua: "Biarin aja deh, aku juga dulu gak pernah diajarin soal sex education sama orang tuaku, sekarang ya paham-paham aja. Aman-aman aja", atau "Ah biarin guru biloginya deh di sekolah yang jelaskan, gimana ya ngomongnya sama anak-anak bingung", atau "Ih ngapain juga sih ngobrolin sex ke anak?, ya enggak lah!"


Eitss, tapi jangan dikira! Sangat mungkin lho tiba-tiba saja muncul pertanyaan-pertanyaan lugu dari anak-anak soal "seks" yang kemudian membuat kita gelapan dan malah menjawabnya dengan kurang tepat. "Ibu aku asalnya dari perut Ibu? Kenapa bisa ada di perut Ibu?" dan sejenisnya. Nah kan...pasti jawabnya ngeles seadanya dan mungkin agak ngaco karena bingung dan kaget harus jawab apa.


Dari beberapa sumber, aku mendapatkan insight bahwa memang penting untuk mengenalkan pendidikan seks sejak dini, tentu materinya disesuaikan dung dengan usia mereka ya. Kalau kata dr. Boyke, kalau emang risih menyebutkan kata sex, atau sex education ya silahkan diganti dengan pendidikan kesehatan reproduksi, atau pendidikan kesehatan keluarga. Karena inti dari sex education memang seputar isu ini. Nah hanya saja sebagai muslim nanti kita akan tetap harus kaitkan dengan hukum syar'i yang menyertainya. 


Di usia balita, saat kita mengenalkan anggota tubuh kepada anak-anak misalnya kemudian mengenalkan alat kelamin masing-masing pada hakikatnya kita sedang melakukan sex education. Beranjak usia mereka kita kemudian memperjelas fungsi-fungsi dari organ reproduksi tersebut dan mulai menyebutkan nama ilmiah atau nama aslinya. Edukasinya bisa kita tambahkan bahwa kita harus bisa menjaga organ-organ tersebut dari siapapun. Bagaimana menjaganya tertap bersih dan menjaganya dari orang lain yang tidak seharusnya menyentuhnya. 


Menjelaskan pada sang jagoan ketika dia bingung kenapa alat kelaminnya berdiri ketika bangun tidur? Bahwa hal tersebut adalah hal yang normal dan pertanda bahwa Ia anak laki-laki yang sehat. Mulai mengajarkannya tidur terpisah dari kita dan saudara perempuannya. Mulai mengingatkannya untuk bisa mandi sendiri dan tidak lagi mandi bersama saudara perempuannya saat mereka sudah mulai bertambah usia. Ini juga saya kira sejalan dengan nilai-nilai agama.


Sesederhana mereka kemudian memahami perbedaan masing-masing antara anak laki-laki dan perempuan dan bagaimana mereka menjaga diri dan juga menghargai dan menjaga orang lain terkait dengan organ intim mereka. Kenapa aku berbeda sama kakak. Ibu sama Kakak sama-sama perempuan kenapa Ibu tidak sholat kalau menstruasi kenapa kakak gak menstruasi.

Baca: Kapan Anak Perempuan Mulai Menstruasi?

Pertanyaan serupa dari anak perempuan kita. Ibu temanku sudah libur sholat, katanya menstruasi kenapa aku belum menstruasi? Ibu juga menstruasi, aku kapan menstruasi. Kenapa keluar darah? Sakit atau tidak? dari mana keluarnya. Kenapa begitu? Kalau laki-laki kenapa gak menstruasi? kenapa aku keluar dari perut Ibu bukan dari perut ayah?


Anak Pra Remaja dan Sex Education

Saat anak-anakku beranjak dari masa anak-anaknya menuju masa remajanya, atau biasa disebut masa pra remaja, persoalan sex education semakin nyata adanya dan harus kita siap hadapi. Saya sejujurnya bingung mau mulai dari apa ya membincangkan ini. Well nyatanya momen itu kadang datang dengan sendirinya dan kita bisa manfaatkan sebagai ajang pendidikan seks tanpa harus benar-benar merencanakan sedemikian rupa.

Baca juga: Ibu dan Pra Remaja, Tantangan Mendampingi Anak Pra Remaja


Biasanya untuk hal-hal yang masih general saat ketiga anak saya sedang berkumpul (dua perempuan dan satu laki-laki), saya masih bisa menyelipkan isu-isu pendidikan sex ini. Saat kami sedang ngobrol sambil santai misalnya. Anak-anak sedang saling curhat soal teman-temannya. Kemudian sisipkan sedikit-sedikit soal pemahaman tentang pendidikan sex, eh pendidikan kesehatan reproduksi lah ya.


Pada masa pra remaja ini rasa penasaran anak akan mulai muncul dan semakin menguat pada masa remaja.  Tanpa edukasi seks yang tepat alangkah ngerinya jika rasa penasaran mereka berujung pada cara pemahaman dan cara mendapatkan pengetahuan tersebut secara keliru sehingga bisa saja berakibat mengambil keputusan yang tidak bijaksana saat mengeksplorasi seksualitasnya.


Nah kalau benar-benar kita sebagai orang tua tidak tahu harus bagaimana dan apa yang harus disampaikan pada para pra remaja terkait dengan sex education, bisa juga kita menggunakan sarana edukasi yang saat ini mungkin sudah banyak ditawarkan di luar sana. Apa itu? 

Dulu saat sulung saya berusia sekitar 11 tahun (kelas 6 SD) artinya adiknya berusia 10 tahun dan 6 tahun. Saya sempat menemaninya untuk ikut workshop yang kebetulan diadakan oleh teman blogger yang merupakan dokter dan concern dengan kesehatan remaja dan pra remaja. Sebuah evet bertema #girlstalk yang membincangkan tentang bagaimana si pra remaja putri menyiapkan diri menghadapi masa pubertasnya.



The Growing Me: Girls Talk on Reproductive System, Pubertal Changes, Menstrual Cycle, PMS, Personal Hygiene, and Relationship, itu judul acaranya. Dari judulnya saja sudah tergambar kalau acara ini padat dan bernutrisi banget gak sih? Yang hadir adalah para pra remaja dan remaja putri dan kami orang tua hanya mendampingi dari kejauhan hehehe. Acaranya digelar di sebuah Cafe di Jakarta Pusat. Saya ingat saat itu sedang ada demo besar-besaran. Saya ajak si Kakak naik  KRL kemudian lanjut ke lokasi dengan Gojek di antara padat dan macetnya jalanan dan iring-iringan manusia yang melaut di jalanan.


Cerita lengkap dan materinya yang padat dari event tersebut, bisa dibaca di postingan saya tentang persiapan diri menyambut masa pubertas. Klik aja ya :) Intinya Dokter Fiona memaparkan dengan bahasa yang gamblang (bahasa ilmiahnya) terkait dengan organ reproduksi wanita, menstruasi, keputihan lalu soal psikologis atau stress dan sejenisnya yang rawan terjadi pada anak remaja. Lengkap juga dengan tuntunan dari sisi hygiene dan hukum syari'nya. Bagaimana membersihkan diri agar bisa sholat kembali setelah selesai menstruasi atau kalau sudah menstruasi kan berarti sudah baligh apa saja kewajiban dan larangan yang melekat. Kenapa keputihan, apakah berbahaya, bagaimana menghadapinya?


Karena pesertanya sesama anak seusia mereka dan semua perempuan. Secara psikologis mereka menjadi lebih nyaman membincangkan hal tersebut secara terbuka. Ada quiz yang harus diisi dan ada juga sesi tanya jawab. Range usia anak-anak ini dari 10 sampai 15 tahun. Mulai dari belum menstruasi sampai baru menjalani masa-masa awal menstruasi mereka. Usia pubertas yang wajib banget dikawal dan didampingi dengan baik olah kita, orang tua.

Aku bersyukur banget bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Thanks Dok Fiona :) Selain Kakak bisa mendapatkan pengetahuan seks dari pakarnya, saya juga bisa mencuri ilmunya untuk kelak jadi pegangan saya saat harus mulai mengedukasi adeknya (yang kebetulan perempuan). Well nyatanya saya juga bisa berbagi pada pembaca blog saya terkait hal tersebut.


Tapi sekali lagi, sekolah terbaik adalah di rumah dan guru terbaik adalah Ibu. Meski sudah mendapatkan sesi khusus terkait dengan hal tersebut. Pemahaman yang lebih dalam tetap berasal dari proses komunikasi dua arah antara anak-anak dan saya. Namun materi dari acara tersebut membuat saya lebih mudah mengingatkan si Kakak saat ada permasalahan tertentu. "Kakak ingatkan dulu dijelaskan sama Dokter Fiona, organ reproduksi wanita itu bla bla bla." Hmm jadi lebih pede juga saya menyampaikannya, karena referensinya valid dari ahlinya.


Iya pertanyaan-pertanyaan yang mucul dari sulung pra remaja saya kemudian juga muncul dari si tengah. Saat melihat perubahan fisik dalam dirinya, saat teman-temannya juga mulai menstruasi, saat Ia merasa mood swing semakin gak karuan. Muncul keluhan keputihan saat kelelahan misalnya. Kenapa aku tidak setinggi dan segemuk temanku padahal usia kami sama, dan banyak lagi. Alhamdulillah berbekal pengetahuan dan menangani si sulung saya sudah mulai bisa lebih nyaman membincangkan hal serupa kepada si tengah.


Untuk si bungsu yang kebetulan laki-laki, saya juga sudah mulai sedikit demi sedikit mengedukasinya. Saya tidak mau sampai datang masa balighnya, dan dia belum mengerti apa dan mengapa serta harus bagaimana. Setidaknya dimulai dengan sesimpel menegaskan kembali apa yang didapatnya dari gurunya bahwa tanda baligh pada anak laki-laki adalah mimpi basah. Ngompol ya bu? Wkwkwkwk.


Untuk anak laki-laki ini kadang saya meminta bantuan ayahnya untuk menjelaskan supaya lebih pas kan ya? "Enggak nak, bukan ngompol karena nanti yang keluar bukan air pipis tapi cairan yang lebih kental seperti bla..bla...bla... "."Woh kapan ya bu aku mimpi basah? " "Ya nanti kalau sudah kelas 5 atau kelas 6 mungkin atau bisa jadi kalau sudah SMP." "Berarti si A (anak laki-laki tetangga kami yang usianya lebih tua dari si Adek) pasti sudah mimpi basah." "Lho kok tahu?" "Kan dia udah kelas 1 SMP". "Wkwkwk, Ya belum pasti juga dek.  Tapi mungkin juga sih." Iya sekali lagi tentu kita sesuaikan materinya dengan usia dan kemampuan pemahaman anak.


Kalau kita membincangkannya dengan nyaman pada anak-anak. Rasanya anak-anak juga jadi lebih terbuka dan tidak enggan membincangkannya dengan kita. Ini juga kenapa pentingnya kita mulai dan buka komunikasi ini. Iya, sejujurnya saya takut mereka mendapatkan sesuatu yang keliru di luar sana yang bisa berakibat fatal kelak. Setidaknya jika memang adanya informasi selain dari kita, anak-anak akan dengan senang hati mau konfirmasi dan tetap menanyakan kebenarannya pada kita.


Oh iya saya hanya bicarakan hal yang umum saat ada mereka bertiga. Tapi untuk hal yang lebih privacy saya bicara secara personal pada masing-masing anak. Saya juga kadang minta bantuan Kakaknya untuk sharing secara langsung pada adiknya. Terlebih saat kemudian sang Kakak sudah mengalami sendiri menstruasi pertamanya. 

Baca: Mengatasi Nyeri dan Tidak Nyaman Saat Menstruasi


Bagaimana Membincangkan Sexual Intercourse Pada Pra Remaja


Rasanya topik khusus tentang hubungan seksual merupakan topik terberat bagi saya. Saya yakin semua orang tua yang mengedukasi anaknya juga merasa berat bicara ke topik ini. Sejujurnya saya cukup berpikir keras bagaimana caranya membicarakannya dengan remaja saya, si sulung. Iya tentu saja untuk membincangkannya secara gamblang butuh effort tersendiri. Again rasa risih dan bingung gimana memulainya sering menjadi kendala untuk berani membuka komunikasi tentang hal ini.



Tapi feeling saya merasakan sejak si Kakak mendapatkan menstruasi pertamanya dan kemudian kami bicara jauh lebih dalam soal fase ini kepadanya. Mau tidak mau pembicaraan kadang mengarah ke konteks tersebut. Iya saat misalnya saya menjelaskan siklus menstruasi yang kemudian terkait dengan masa subur. Ini kemudian tidak terhindari untuk bicara soal proses reproduksi tentunya.


Qadarullah, ketika kami bicara makin intens dan saya masih mencari waktu yang tepat akhirnya pertanyaan yang menjurus ke topik  tersebut muncul dari mulut si sulung. "Ibu, perawan itu apa?" "Hmm perawan itu perempuan yang belum pernah berhubungan sexual. Hubungan suami isteri. Hubungan yang hanya boleh dilakukan mereka yang sudah menikah dengan pasangan suami atau isterinya" 

"Berhubungan sexual itu apa, Emang kayak gimana?" 

"Kok Kakak tiba-tiba nanyain itu, boleh tahu kenapa?". 

"Iya aku kan lihat di tik tok pakai Hp Ibu (Si Kakak blom saya izinkan install tik tok di Hp-nya, kalau mau lihat tiktok di Hp saya. Saya punya tapi tidak aktif sekedar punya dan tentu saja karena si Kakak minta izin terus untuk punya akun tiktok dan saya masih keberatan), eh di situ ada orang, anak perempuan bu, yang dibilangin sama Bapaknya. "Anak perawan jangan kebiasaan pulang malam, gak baek!" Eh trus anaknya itu bilang, "ah gak tahu aja, emang gw masih perawan." "Gitu di tiktoknya"

"Owh, gitu,"

"Jadi bu berarti ga semua anak perempuan itu yang belum  punya suami berarti perawan bu?"

"Seharusnya sebelum menikah, semua perempuan itu perawan (dalam artian tidak melakukan hubungan seksual), karena dalam Islam hubungan seksual itu hanya boleh dengan orang yang sudah halal sebagai suami isteri, sudah menikah". Tapi Faktanya, naudzubillah ada orang yang sudah melakukannya meskipun belum menikah. Nah biasanya sering disebut sebagai gadis yang sudah tidak perawan.

Baca juga: Upgrade Ilmu Parenting Pra Remaja

"Owh gitu..."

"Kalau ada awalan ke dan akhiran an, keperawanan itu apa artinya bu?

"Iya itu kan bisa jadi kata benda ya, kalau perawan kan kata sifat, kalau keperawanan itu ya kondisi seseorang yang masih perawan. " Ups ngaco gak sih ini jawabannya :D. "Yah kurang lebih seperti itulah."

"Emang apa tandanya, hmm tahu dari mana masih perawan atau enggak?"

Nah dari sinilah kemudian saya menggambarkan secara lebih konkrit. Iya saya berusaha dengan tenang dan nyaman menyampaikannya dengan lugas. Bismillah semoga saya gak salah bicara dan InsyaAllah tujuannya sejujurnya untuk edukasi.

Saya kemudian menjelaskan soal selaput dara, kelaziman pertanda keperawanan, meski tidak semua perempuan mengalami hal yang sama, pengecualian untuk para perempuan yang melakukan olahraga yang membutuhkan keluwesan tinggi dan bisa mempengaruhi elastisitas jaringan vagina termasuk selaput daranya. 


Nah yang paling horor sih, saat saya harus menjelaskan apa itu sexual intercourse dalam arti sebenarnya. Kurang lebih saya sampaikan bahwa hubungan sexual itu secara faktualnya adalah saat alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan. 

"Diiih jijik" itu komentar pertamanya. 

"Emang alat kelamin laki-laki kayak gimana kok bisa masuk? "

"Kamu tahu alat kelamin Adek (laki-lakinya), kurang lebih seperti itu tapi dengan ukuran yang berbeda. Nah kalau mau berhubungan sexual itu nanti bentuknya lebih besar dan mengeras. Nah itu masuk ke dalam lubang vagina perempuan. Lubangnya bukan lubang pipis ya, lubang di mana Kakak mengeluarkan darah. Ingat gak dulu dilihatin gambarnya sama Dr Fiona di Workshop waktu itu. Emang di pelajaran biologi eh IPA di sekolah belum diajarkan ya?"

"Huweeek, Ih jijik".

Saya tahan ketawa dung. Tenang, kalem, jaim...

"Tunggu dulu, Ibu belum jelaskan selengkapnya." 


Dalam hati saya sejujurnya agak pingin ngakak sih mendengar komentar dan mimik mukanya saat mendengar penjelasan saya. Asal tahu aja, si Kakak suka melengos, males, atau protes kalau saya dah ayahnya terlihat agak mesra-mesra dikit kayak cium pipi atau bibir, atau peluk, atau sekedar bermanja. Risih mungkin ya. Biasanya selalu komentar kalau melihat adegan kami seperti itu: "Ih apaan sih Ayah sama Ibuk, udah-udah ih....Apaan deh!" Trus kami dipisah-pisahkan atau dia melengos pergi. :D

"Nah apa yang terjadi saat proses itu, sehingga bisa terjadi proses reproduksi adalah..."

"Kakak pasti sudah dijelasin nih sama guru soal proses reproduksi atau pembuahan kan? Ketika sprema bertemu dengan indung telur (ovum) dan masuk ke dalam rahim untuk kemudian terjadi pembuahan. Nah ini nanti yang bisa menyebabkan terjadinya kehamilan"

"Oh iya itu udah pernah sih ada di pelajaran, tapi gak gak dikasih tahu gimana itu bisa terjadi."

"Ya itu tadi terjadinya saat berhubungan seksual tadi, saat terjadi proses masuknya alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita tadi nanti alat kelamin pria mengeluarkan cairan spermanya."

"Ih kok ibu tahu sih..."

"Lhaaa gimana sih, kan ibu dan ayah melakukan hubungan suami isteri juga. Makanya Ibu bisa hamil dan lahir kamu dan adek-adek."

"Owh gitu... Emang Ibu berhubungan kayak gitu setiap hari?"

"Yah enggaklah..." (gempor kali naak :P)

"Kan kalau sedang menstruasi gak boleh berhubungan suami isteri. Haram hukumnya." (Ini kemudian saya mulai masuk ke hukum syariahnya).

.

"Trus kalau, setiap berhubungan suami isteri itu pasti bisa bikin hamil?"

"Ya gak selalu sih. Tergantung apakah kita perempuan dalam kondisi masa subur atau tidak. Kakak sudah ibu kasih lihat panduan menstrual cycle kan? Naah akan ada periode tertentu di mana istilahnya rahim perempuan siap dibuahi. Itu masa subur."

"Oh iya aku tahu bisa juga pakai apa itu bu?"

"alat kontrasepsi? bisa itu untuk KB juga ada yang minum pil, atau suntik, ada yang pakai spiral kayak Ibu, ada yang pakai kondom."

"Nah itu kondom, emang kondom itu ada rasanya bu? emang dipakainya di mana sih kok ada rasanya?"

"Ada rasanya gimana?" 

"Itu katanya ada rasa duren bu"

"Whaaat?" "Ibu malah baru tahu ada rasa duren" 

Soalnya gak pernah pakai kondom sih, dulu aja pernah tapi dah lama banget waktu awal-awal menikah. Jadi saya kurang update kalau sekarang kondom bahkan ada rasa durian. Ih...apa enaknya! #eh!


Nah pembicaraan kami kemudian lebih intens dan saya berusaha memberikan penjelasan selugas mungkin. Termasuk penggunaan kontrasepsi itu plus minusnya seperti apa. Dan boleh hanya digunakan untuk tujuan yang seharusnya. Suami dan isteri harus sama-sama sepakat dan setuju, mau menggunakan kontrasepsi atau tidak dan apa yang mau digunakan dan seterusnya. Sekali lagi saya menekankan bahwa semua itu hanya boleh terjadi dalam sebuah rumah tangga yang sudah melewati proses pernikahan.

.

"Bu berarti Kekeyi belum ngerti ya bu, kata dia di IG aku lihat. Kalau peluk-pelukan nanti bisa hamil." "Iya emang bukan pelukan yang bisa hamil, tapi gara-gara pelukan nanti bisa jadi berhubungan sexual dan jadi hamil." Makanya gak boleh peluk-pelukan kalau bukan suami isteri.

"Owh Gitu..."

Sejujurnya saya senang dan lega sekali akhirnya bisa membincangkan hal tersebut secara "dewasa" kepada si sulung. Akhirnya ada jalan, ketika saya masih bingung kapan dan bagaimana cara mengkomunikasikan hal tersebut.



Dari proses komunikasi ini saya juga tahu bahwa tidak sepenuhnya si sulung ini tidak tahu sama sekali. Justru informasi yang tersebar di luar sana dan kemudian terakses olehnya yang tidak semuanya benar yang kemudian harus kita klarifikasi dan luruskan. 


Bagaimanapun anak remaja terlebih anak millenial yang terpapar oleh digitalisasi sangat rentan menerima beragam informasi. Dengan proses komunikasi dua arah ini, saya bersyukur bisa mengambil peran dan menjelaskan yang seharusnya. Saya juga bersyukur Ia mau terbuka dan menceritakan apa yang didapatkannya di luar sana. Dari lingkaran pertemanan, dari media sosial, atau bahkan dari apa yang Ia persepsikan sendiri.


Saya bersyukur, saya sudah melewati fase ini. Tentu saja belum selesai karena masih ada banyak pendidikan seksual yang masih perlu diketahui secara benar oleh remaja saya. Jikapun bukan langsung dari saya, setidaknya saya bisa mengarahkannya untuk mengetahui rambu-rambu untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal tersebut atau merekomendasikan sumber-sumber rujukan terpercaya.


PR saya berikutnya adalah mengedukasi hal serupa pada kedua adiknya. Tentu saja seusai dengan usia dan tahapan pemahaman mereka berdua. Namun pengalaman membincangkan hal tersebut pada si sulung bisa menjadi amunisi saya untuk bisa lebih baik lagi mengedukasi adik-adiknya.


Kalau Mom dan Dads Sahabat Mom of Trio punya pendapat atau pengalaman terkait sex education untuk anak? Yok share di kolom komentar.

25 comments

  1. aku suka banget sama konten kamu yang ini mba, anakku usianya sudah masuk ke usia pra remaja jadi mesti ada bekal ilmu tentang edukasi seks, makasi buat reviewnya ya ;)

    ReplyDelete
  2. Memang susah susah gampang ya Mbaaa, mendidik dan berinteraksi dengan anak (pra) remaja, apalagi kalo udah mulai ngebahas hal2 seperti sex.
    Bismillah, semoga kita dimampukan oleh ALLAH ta'ala untuk jadi ortu yang kian berkualitas. Semangaaaattt!

    ReplyDelete
  3. Ngobrolin sex edukasi sama anak-anak pra remaja emang seru ya... deg-degan juga takut salah penyampaian ..haha..Harus cari kata-kata yang gampang dimengerti tapi gak vulgar..

    ReplyDelete
  4. Kalo membahas sex education ke anak memang harus menggunakan kata-kata pilihan hehe. Biar anak mudah memahami dan yang terpenting konsekuensi mereka terhadap aturan agama juga.

    ReplyDelete
  5. Wow deg-degan juga ya Mbak Ophi tanyanya mendetail juga harus dipikirkan baik-baik dulu jawabannya sebelum menjawab hihi nggak boleh asa nyeplos..

    ReplyDelete
  6. Makasih mbak sharingnya, kebetulan saya pun punya anak perempuan dan rasanya harus prepare dari sekarang soal pendidikan seks nih, tapi sekarang pun usianya masih 3 tahun saya sudah coba terapkan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh berkaitan dengan anggota tubuhnya :)

    ReplyDelete
  7. Deg degan saat membaca tulisan panjang ini, Mbak. Soalmya aku tu punya anak laki-laki yang sebetulnya terbuka tapi kadang ada hal-hal yang suka ditutupin

    Saya sudah soundingin juga akan adanya akil baliq kan. nah di situ juga ada ciri-ciri akil baliq itu apa sih? nah aku baru menjelaskan garis besarnya dan konsekuensinya apa, belum detil dia nanya perawan, sex dll.

    Makasih ya Mbak,sharingnya.

    ReplyDelete
  8. Sex education bukan hal yang tabu ya gak kaya orangtua jaman dulu gak boleh bahas sex. Aku sampai beli bukunya nih untuk obrolin sex education ke anak

    ReplyDelete
  9. Duh, kak...aku deg-degan kalau dapat pertanyaan begitu dari anak.
    Huhuu...pasti gelagepan, tapi kudu banget banyak baca, agar gak salah dalam memberi jawaban.
    Haturnuhun, kak.

    Ilmunya pasti ke pake banget ini...bismillah.
    Semoga gak salah menyampaikan dan bisa menjadi pemahaman yang baik bagi sang anak.

    ReplyDelete
  10. Bener banget masa pra remaja seperti ini harusnya ada edukasi tentang seks supaya mereka tidak salah arah

    ReplyDelete
  11. sahringnya samgat bermafaat mbak
    memang Sejatinya pendidikan seks penting buat anak
    hanya harus mencari cara penyampaian yg tepat ya mbak

    ReplyDelete
  12. Salut mbak, bisa meladeni pertanyaan anak berkaitan dengan masalah seks. Saya masih ngandelin pak suami aja.

    Baca ini jadi ingat, suatu pagi anak lelaki saya bilang "Ma, kok tititku besar?" langsung deh saya teriak panggil papanya buat kasih jawaban

    ReplyDelete
  13. Pendidikam sex ini bagusnya dari anak usia dini ya, Mba. Setidaknya mereka tahu harus ngapain dan bagaimana. Dan, tidak terjerumus dengan informasi yang belum anak pahami.

    ReplyDelete
  14. Saya jadi ingat tentang salahbsatu fitrah yang perlu diONkan orang tua kepada anaknya mengenai Fitrah Seksual ini

    ReplyDelete
  15. Saya yang setuju mengajarkan sex education sejak dini, Mba. Soalnya sex education ini mengajarkan anak utk menghindari zinah. Jujur memang agak malu membahas hal tersebut. Tapi kalau kita keliatan malu maia anakpun akan malu bertanya. Efeknya mereka akan cari sendiri, tanpa bimbingan yang benar. Ini yg bahaya.

    ReplyDelete
  16. walaupun awam banget buat orangtua jaman dulu, tapi sex ed inipenting banget ya mak untuk anak anak. apalagi anak anak pra remaja yaaa.. aku nih sebentar lagi akan menghadapi masa anak pra remaja, doakan aku ya maaaak.. weheheh

    ReplyDelete
  17. aku juga sudah sering ngobrol dengan anak - anak soal sex education. Saya terbantu karena waktu di NYC anak - anak sudah mendapat age-appropriate sex education yang membantu mereka mengerti secara proper

    ReplyDelete
  18. Hehe kalau zaman dulu keknya dah dimarahi kaken nenek ngonrolin ginian, tp skrng dengan dunia yg makin geje, penting banget edukasi kyk gini ya mbak.
    Malah menurutku sebaiknya sekalian dimasukin aja ke kurikulum sekolah atau gmn gtu jd anak jg jd sangat paham.
    Anak2ku yg kecil jgudah aku biasakan soal organ vital, mereka tahunya penis bukan burung, kyk gtu2 deh, dikenalkan nama aslinya. Tp ya aku pesenin gk boleh nyebut kata2 itu sembarangan heheheeh

    ReplyDelete
  19. Sekarang anak-anakku masih kecil sih Mba... tapi beberapa tahun lagi pertanyaan ini akan datang... sekarang masih sekadar pengenalan umum dan apa-apa yang tidak boleh...

    ReplyDelete
  20. Kalau dulu ngomongin sex education agak gimana gitu ke anak anak. Tapi sekarang, sex education harus diajarkan ke anak anak sedini mungkin. Dari hal hal yang sederhana ya mbk

    ReplyDelete
  21. Hahahaa sama .. kalo aku deketan sama papanya, peluk pelukan anak anak pada melengos sengit

    Aku setuju pendidikan sex memang harus sejak dini, sering sekali kita mendengar kasus pelecehan seksual terhadap anak terjadi justru di lingkungan terdekat. Banyak pelaku adalah orang dekat, seperti orang tua, saudara, tetangga, teman bermain anak, guru dan lain-lain.

    Melihat fenomena seperti ini, PR banget buat kita sebagai orang tua (bukan hanya orangtua anak kandung tapi juga role model ortu di lingkungan) kita wajib menghindarkan dan membentengi anak dari kekerasan seksual.

    Di lingkungan rumah dulu (rumah aku bersebelahan ama kampung di satu sisi) ada kasus anak yang berhubungan seksual (iya beneran hubungan coitus gitu) di usia..... 8 tahun! Miris!

    ReplyDelete
  22. Bacanya sambil deg-degan mbaa.Hihi

    Untung mba Ophi bisa jawab pertanyaan anak-anak dengan santai ngga gelagepan. Meskipun bikin deg degan juga takut salah ngomong.

    Sex Edu ini penting diajarkan kalo bisa mendekati baligh supaya anak-anak ngga kaget dan tahu bagaimana cara menjaga organ reproduksinya.

    Namanya remaja pasti suka penasaran dan kepo. Daripada cari jawaban dengan nonton blue film, mending dapat penjelasan dari orang tuanya.

    ReplyDelete
  23. akupun ini lagi berusaha ngenalkan baik buruk boleh nggak
    cuma pengajaran gini emang kudu pelan-pelan
    makasih sharingnya mba

    ReplyDelete
  24. Wah ini perbincangan berbobot yang memang harus dibicarakan dengan anak remaja ya mbak. Aku sama ayahnya juga nyempetin ngobrol ini sama anak bujang

    ReplyDelete
  25. Saya setuju dengan mbak, mau bagaimanapun pendidikan sex harus dan wajib diajarkan agar anak-anak remaja tidak menjerumus ke sex bebas. Semoga pemikiran mba bisa menginspirasi banyak orang dan membawa perubahan kepada masyarakat indonesia yang masih berpikir sex itu tabu.

    Salam, Alex Sierra

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.