Perjalanan yang Mendebarkan: Bertemu (Pertama Kali) dengan Komodo

Bertemu dengan Komodo memang mendebarkan. Bagaimana tidak Giant Lizard satu ini memang merupakan salah satu binatang buas yang langka. Meski bobot badannya seolah membebani gerak geriknya namun jangan salah Ia sangat cepat tanggap saat hendak memangsa. 

Ups tapi bukan itu yang membuat perjalanan bertemu si Komo menjadi sangat menegangkan dan mendebarkan buat saya. Kejadian sebelum bertemu si Komo lah yang membuat perjalanan ini menjadi hal yang tak terlupakan buat saya.

Ini bukan kejadian awal tahun ini saat aku bertemu "lagi" dengan si Komo. Ini cerita pertama kali bisa bertemu langsung si Komo di pulau habitat mereka, Awal 2017. Jadi ini emang very latepost story sih. Gak ngerti kenapa tulisan ini gak selesai-selesai dan nongkrong di Draft sekian lama. Cuss ah dikelarin biar bisa lanjut ke cerita terkini mengunjungi si Komo di tahun ini kan ya.

Cuaca oh Cuaca

Sumpah deh beneran luar biasa mendebarkan perjalanan di awal tahun 2017 untuk bisa ketemu si komo. Well, sebelum mulai cerita, ada baiknya sejak awal saya sarankan untuk teman-teman yang berniat bepergian ke wilayah Indonesia Timur terutama untuk daerah yang fasilitas penerbangannya terbatas dan menggunakan pesawat khusus atau lebih kecil dari biasanya, sangat penting memperhatikan cuaca.

Apalagi kalau tujuannya adalah untuk berwisata, sebaiknya hindari musim hujan atau badai. Selain jadwal penerbangan yang agak kacau. Tentu saja aspek keselamatan menjadi perhatian yang sangat penting. Waktu itu saya dan teman-teman dinas ke Kupang dan Labuan Bajo. Pada hari H kepergian saya dari Kupang ke Labuan Bajo, semua penerbangan keluar Kupang terutama ke Labuan Bajo dicancel. 


Awalnya delay, namun kemudian dicancel hingga keesokan harinya. Terpaksa kami mengambil penginapan lagi di sekitar bandara karena kalaupun tetap ada penerbangan maka penerbangan kami ke Labuan Bajo di re-schedule hingga esok harinya.




Semua jadwal kegiatan di Labuan Bajo juga dire-schedule. Namun kondisi cuaca yang buruk rupanya disadari dan tak bisa dihindakan sehingga semua pihak alhamdulillah maklum atas kondisi tersebut.

Untuk penerbangan dengan Garuda dari Bandara el Tari Kupang  ke Bandara Komodo Labuan Bajo, rute yang kami ambil harus transit ke Bandara H. Hasan Aroeboesman, Ende - Flores kemudian lanjut ke Labuan Bajo.

Pagi harinya kami langsung ke Bandara El Tari. Hingga jadwal keberangkatan, penerbangan dinyatakan delay sampai waktu yang belum ditentukan mengingat kondisi saat itu yang belum aman untuk penerbangan. Beberapa penerbangan di luar Garuda tenyata ada yang "memaksa" terbang. Kami masih tetap menunggu dengan was-was hingga akhirnya ada panggilan di sekitar pukul 14.00 waktu setempat.

Penerbangan Paling Mendebarkan

Jujur kami agak was-was saat memasuki pesawat kecil yang akan membawa kami ke Ende lanjut ke Labuan Bajo.

Peristiwa selanjutnya merupakan pengalaman yang paling mendebarkan sepanjang pengalaman saya menaiki pesawat udara. Angin yang sangat kencang seolah-olah menerbangkan kami dan pesawat menjadi tak terkontrol. Pesawat yang kami naiki adalah jenis ATR. Terbayang kan? suara baling-baling yang seperti dimainkan angin sangat jelas di telinga. Pesawat kecil kami seolah tidak bisa dikendalikan dan terbawa angin ke sana kemari.



Menjelang landing di Ende, saat pemandangan gunung-gunung dan bukit di sekitar bandara sudah terlihat, cuaca makin parah. Pesawat seperti tidak terkontrol. Saya banyak berzikir karena jujur detik demi detik terasa sangat mendebarkan. Suara pramugari yang meminta penumpang tenang rasanya tak membantu. Nyali serasa makin menciut entah ke mana. Doa-doa dipanjatkan menguatkan diri. Rasanya gak ada yang cukup tenang. 

Saat cuaca terasa makin genting, pilot kemudian memutuskan untuk membatalkan landing dan meneruskan penerbangan. Kami pikir kami akan langsung ke Labuan Bajo namun dalam kondisi penerbangan yang tidak nyaman karena cuaca tersebut ternyata perjalanan terasa menjadi lebih jauh. Angin menguasai udara, turbulance terjadi demikian kerap. Hingga akhirnya kami mendapat pengumuman bahwa kami akan mendarat darurat di Ngurah Rai karena pesawat harus mengisi ulang bahan bakar. Pyuuuuh... setidaknya agak tenang sebentar. Ambil nafas meski tetap dag dig dug untuk penerbangan selanjutnya.

Kami kemudian turun dan melakukan re-route. Sebagian dari kami sudah cukup ketakutan dan berpikir untuk membatalkan penerbangan ke Labuan Bajo. Namun apa daya karena kami sudah kadung harus melakukan kegiatan yang sudah kami mundurkan waktunya dini hari. Kami terpaksa harus melanjutkan penerbangan.

Finally Landed at Komodo Airport, Labuan Bajo



Meski sebagian sudah tampak pucat namun sebagian lagi masih excited karena sudah "terlanjur" dag dig dug. Kami kemudian transit sebentar di Ngurah Rai lalu melanjutkan ke Labuan Bajo dengan pesawat dan pilot yang berbeda meskipun masih jenis yang sama pesawat ATR-72. Again kami mencoba positif thinking bisa menjejak kaki ke Labuan Bajo.

Well, finally kami bisa mendarat di Bandara Komodo yang basah menjelang sore. Alhamdulillah perjalanan panjang berakhir dengan aman dan selamat.

Komodo Airport Saat itu, belum lama dibangun


Rasa lapar yang tersisa dan lelah membuat kami agak kurang konsentrasi, apa boleh buat kami sudah terlanjur mengadakan janji pertemuan di kantor Bupati Labuan Bajo.

Mengingat cuaca dan hari yang sudah sore, kantor sudah sepi. Namun Ibu Wakil Bupati masih ada di kantor dan menerima kami. Beberapa dinas terkait juga akhirnya datang. Kami berdiskusi hingga senja menjelang.

Baca juga: Kuliner Otentik Kupang yang Halal

Hari yang sangat melelahkan. Malam sudah merambat mengaliri waktu. Hujan yang belum sepenuhnya reda membuat Hotel yang kami tempati juga tampak basah karena ombak yang juga sangat tinggi bahkan masuk ke halaman belakang hotel. Angin kencang membuat lobby hotel basah oleh air hujan yang terbawa angin. 


Jayakarta Hotel and Resort ini sebetulnya tampak sangat strategis karena berhadapan langsung dengan laut. Suasana resort juga cocok untuk menikmati Bajo. Hanya saja kondisi cuaca memang membuat suasana menjadi agak menegangkan. Angin membawa air laut hingga ke lobby hotel yang terbuka. Kolam renang dan taman di belakang, hanya bisa dinikmati oleh mata karena juga tampak basah sisa air badai semalam.

Nekat, Tetap Ke Pulau Rinca

Awalnya saya pikir, kami batal untuk bisa melihat Komodo. Imbauan dari BMKG setempat untuk tidak melakukan aktivitas di laut dalam beberapa hari ke depan. Malam saat check in ke hotel, suara deburan ombak terdengar sangat jelas dari kamar hotel. Hotel kami terletak di dekat pantai. Keesokan harinya kami meninjau lapangan dan beberapa lokasi jalan baik jalan nasional, provinsi, maupun jalan kabupaten di sekitar Kabupaten Labuan Bajo.

Hmm mungkin tak ada waktu juga untuk bisa ke Pulau Rinca dan sekitarnya. Karena semakin siang, semakin tipis kemungkinan kami bisa pergi. Well, mungkin gak bakalan ada kapal atau perahu yang mau mengantar kami.

Salah satu teman saya bersikeras tetap pingin pergi. Pokoknya harus ketemu Komodo. Nah lho...

Untuk  bisa melihat Komodo kita memang harus menyebrang dari Labuan Bajo yang terletak di ujung Pulau Flores ini. Ada Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Motang dan beberapa pulau kecil lainnya yang merupakan  Kawasan Taman Nasional Komodo (Komodo National Park) yang dibangun di tahun 1980 untuk melestarikan Komodo dan habitat lainnya.

Sekitar pukul 11.00 kami ke Pelabuhan. Melalui kenalan salah seorang syahbandar di Pelabuhan akhirnya kami mendapat satu kapal yang mau mengantarkan kami ke Pulau Rinca. Iya, cuma bisa ke Pulau Rinca saja. Itupun sebetulnnya "terlarang" dengan kondisi cuaca saat itu. Ya sudah,  meski idelanya untuk Wisata Komodo harus bisa menjejak di tiga pulau Komodo, Rinca, dan Padar namun karena cuaca,  pilihan ke Pulau Rinca sekalipun sudah cukup beresiko,

Dari ketiga pulau tujuan favorit wisata Komodo, Pulau Rinca memang yang paling dekat ditempuh dari Pelabuhan Labuan Bajo. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dalam cuaca yang baik untuk bisa sampai ke sana.

Pelabuhan sangat padat dan ramai karena hampir semua kapal dan ferry tertambat di pelabuhan.

Kami yang nekat ini tetap berniat pergi meski resiko cukup bikin ngeri-ngeri sedap.



Selain menggunakan pelampung, sepanjang jalan saya banyak-banyak berdoa. Hahaha... sumpah gak kalah mendebarkan dengan peristiwa menaiki pesawat menuju Bajo satu hari hari sebelumnya. Ombak memang cukup tinggi ditambah angin membuat kapal kami terombang ambing cukup keras. Satu kapal hanya ber 5 plus dua orang awak kapal. Iya tidak semua dari kami nekat pergi. Akhirnya hanya berlima yang bernyali mencoba.

Perjalanan cukup lengang karena memang hampir tak ada kapan lain yang kami temui sepanjang perjalanan menuju Pulau Rinca. Hahaha super nekat nih kalau dipikir-pikir. Kami 4 orang cewek dan 1 orang cowok nekat. Kekeuh mau ketemu si Komo.

Sang Raksasa Eksotis, Komodo

Sekita 2 jam perjalanan yang mendebarkan akhirnya kami merapat ke Loh Buaya di Pulau Rinca. Waah ternyata ada satu kapal seperti kapal kami yang tengah bersandar di sana. Rupanya, sebelum kami ada juga sekelompok pelancong nekat yang kekeuh menjejak Pulau Rinca. Betul saja tak lama kami bergerak menuju ke dalam Pulau. Kami berpasapan dengan sekelompok turis lokal.



Kami kemudian langsung ditemani Ranger atau Pemandu. Untuk jalur trekking di Pulau Rinca tersedia jalur pendek, sedang, dan jauh. Mengingat waktu kami memilih jalur sedang saja. Pulau Rinca merupakan zona inti Taman Nasional Komodo. Pulau seluas 190-an km persegi ini adalah habitat asli Komodo. Pun kabarnya Komodo di Pulau Rinca levih agresif dari pada mereka yang tinggal di Pulau Komodo sendiri. Selain Komodo,  hidup berbagai jenis binatang lain seperti babi liar, kerbau dan burung.

Ah.. pertama menjejak meski masih agak gemetar karena angin yang tak henti menerjang kami di sepanjang jalan di kapal terbuka membuat badan saya agak kedinginan. Well saya memakai jacket kesayangan untungnya. Cukup kuat menahan dari masuk angin, namun rasa khawatir dan dag dig dug membuat badan ikut-ikutan sedikit menggigil. Lebay? mungkin juga. 



Terlebih saya menyimpan satu kekhawatiran lagi. Saat itu saya masih tengah berstatus dalam kondisi "menstruasi". Hmm sebetulnya sih itu hari-hari terakhir dan itu artinya darah yang keluar sudah sangat sedikit. Tapi sebetulnya itu resiko berikutnya yang saya hadapi. Ampun deh kalau inget kenekatan ini saya bener-bener gak habis pikir.

Demi apa coba?

Demi ketemu si Naga Purba nan Eksotis itu.

Baca juga: Labengki Island: Miniatur Raja Ampat

Saya menceritakan kondisi saya pada Ranger yang mendampingi kami. "Gak apa-apa bu, yang penting Ibu selalu berada di dekat saya yaa. Kami kemudian berkeliling mencapai beberapa spot favorit pengunjung dan tentu saja mengambil gambar.  Titik tertinggi pulau ini berada di Doro (Gunung) Ora dengan ketinggian sekitar 670 mdpl. Ups kami gak sampai ke sana. Bukan soal kemampuan fisik semata, tapi kami memang punya waktu yang terbatas, harus kembali sebelum ombak makin meninggi.




Tidak harus menjelajah terlalu jauh, kami sudah bisa bertemu dengan beberapa Komodo mulai dari yang kelihatannya masih muda dan gesit bahkan ada yang sudah tampak tua dan berlumut dan tengah tidur dengan nyamannya. Yang penting bisa berpoto ciamik dengan mereka. Pak Ranger mengarahkan kami dan membantu mengambil gambar. 







Kami sempat juga berphoto di beberapa spot favorit pengunjung dan menikmati sejenak suasana khas di Pulau Rinca dengan angin laut yang mengurai lelah dan membantu mengeringkan keringat. Kalau saja tidak karena waktu, mungkin setelah puas berphoto bisa ngerumpi dulu ya sambil duduk-duduk mengawasi rerumputan khas daerah kepulauan yang bergoyang kian kemari diterpa angin laut yang tak terhalang apapun.

Spot favorit pengunjung, berphoto di pohon ini



Kami kemudian berpamitan dengan Pak Ranger, kembali ke kapal dan kapal mengajak kami berhenti di pulau kecil dengan pantai putih dan tebing yang tinggi. "Bagus banget kalau berphoto di atas bukit itu Kakak", kalaupun tidak naik berphoto saja di pantainya. " Sebagian kami turun dan ada yang naik hingga ke atas bukit, sebagian lagi hanya bermain pasir di pantai. Saya memilih diam di Kapal. Sudah mulai penat, kecapekan dan mungkin mulai masuk angin. Enggan mengurus sepatu yang bakal basah kalau turun ke bawah dan sekian alasan lainnya.




Perjalanan kembali ke Labuan Bajo masih jauh. Saya berharap bisa tidur selama perjalanan dan tahu-tahu sampai di hotel. 

February 2017 saat Labuan Bajo belum jadi tujuan pariwisata super prioritas. #superlatepost

32 comments

  1. Wah seru kalau liburan kayak gini apalagi sama keluarga, dan tempat wisatanya keren. Ketemu komodo juga keren sih, takut juga karena katanya air liur komodo itu beracun. Yang kebayang juga kalau dimakan komodo yang sebesar itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha jangan dibayangin dimakan Komodo...adududu ngilu

      Delete
  2. Mbaaa, duuuh aku kebayang itu seremnya naik pesawat baling2 dengan cuaca jelek dan turbulence :(. Udh pernah ngerasain, pas dari Medan ke Sibolga naik pesawat kecil. Langsung banyakin zikir di atas.

    Sejak itu kapooook mba. Kalo memang bisa lewat jalan darat, aku jalan darat aja 🤣. Tapi kayaknya kalo ke labuan Bajo mana ada jalan darat yaaa 😅.


    Blm pernah ke sini, padahal udh ada dlm bucket list ku. mungkin pandemi yg blm selesai2, memang minta aku supaya traveling domestik dulu kali Yaa, daripada ngincer LN Mulu 🤣.

    Sebenernya labuan Bajo di saat musim hujan, walo serem Krn cuaca, tapi bukitnya jadi cantik, Krn hijau ❤️. Beda pas musim kemarau. Tapi memang LBH aman kalo kemarau aja sih 😅.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wajib ke Bajo dan Flores secara keseluruhan sih Fan, awal tahun ini aku jg ke bajo dan akhirnya bs naik ke Puncak Padar dan ke Pulau Komodonya. Selarang udah jauh lebih nyaman. pesawat jg dah banyak pilihan langsung ke Bajo.

      Delete
  3. jadi kangen Komodo, asli Flores terlalu cakep pokoknya ya mbak
    Flores selalu ngangeni
    paling suka liat view kepulauan Komodo dari ketinggian kayak gini, cantik banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba...aku pingin ke Flores yg lain selain ke Bajo nih

      Delete
  4. wah deket baget dengan komodonya , mantap

    ReplyDelete
  5. Duh penerbangan yang menegangkan ya mbak, ikut tegang juga baca ceritanya. Syukurlah akhirnya bisa mendarat dengan selamat dan ketemu si komo. Kalo aku gak bakalan berani deh foto dengan si komo, ngebayanginnya aja kok sereeem ya hahaha.

    ReplyDelete
  6. Kak, aku ikut deg-degan bacanya. Ini perjalanan uji nyali banget. Naiknya Pesawat ATR, turbulence pula. Kalau aku turun pesawat sudah lemes kayaknya. Apalagi naik perahu sekitar 2 jam dalam kondisi angin kencang. Masyaa Allah. Terbayar sudah bisa lihat komodo langsung.

    ReplyDelete
  7. Komodo ternyata besar ya? apakah kakak menyentuh kulitnya si komodo? seperti apa terasa di tangan.Aku juga rada takut ya tetapi penasaran sebenarnya komodo ini binatang pemangsa/ mau nurut ya?

    ReplyDelete
  8. jadi ikutan deg -degaaan deh aku bacanya mba.. tapi memang L:abuan bajo terlalu sayaang untuk dilewatkan. Plus ketemu Komodooooo

    ReplyDelete
  9. Membutuhkan perjuangan sekali untuk bisa sampai ke Labuan Bajo.
    Aku pingiin... Suami pernah ke sana sendirian karena ada project bikin kapal. Ternyata di Labuan Bajo, itu bisa menjadi sebuah investasi yaa..
    ((liat vlognya Maia sekeluarga))

    Rasanya meriinding melihat hewan purba yang masih tersisa di bumi.
    Huhu....gemeteran selain karena cuaca juga karena melihat Komodo.
    Cantiik~

    ReplyDelete
  10. serem juga ya foto sedeket itu sama komodonya berasa kayak uji nyali. memacu adrenalin gitu yaa. takut di "Hap" udah deh see you babay bumiku sayang. wkwk

    ReplyDelete
  11. Kebayang paniknya saat di pesawat. Alhamdulillah safe landing ya, mbak
    Oalah ternyata kalau ombak besar ga jalan ya kapal...bener juga sih, karena berbahaya ya. Saya ke Labuan Bajo tahun 2019, pesawat dari Jakarta saat itu sudah ada beberapa pilihan direct ataupun transit. Sayang karena cuma akhir pekan jadi belum eksplor banyak. Pengin ke sana lagi jadinya:)

    ReplyDelete
  12. Aku pernah naik pesawat baling-baling Wamena-Jayapura dan Bali-Bima. Pesawatnya terbang rendah dengan baling-baling, sepertinya terlalu kecil untuk mengendalikan pesawat. Tapi belum pernah mengalami cuaca buruk seperti yang Mbak Ophi alami. Duh membaca saja aku langsung mules Mbak :)

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillaaah ya akhirnya mbak Ophi dkk akhirnya bisa ketemu si komo dan sempat (wajib haha) pepotoan yanga da komodonya. Padahal cuaca kurang mendukung ih seem amat ya. Salut deh pada punya nyali kuat saking berhasrat ketemu komodonya. Semoga suatu hari nanti aku bisa jalan2 ke Labuan Bajo seperti mbak aamiin.

    ReplyDelete
  14. Gak apa-apa latepost juga yanb penting masih bisa dibai & aku bisa mengikuti perjalanan ceritanya mbak Ophi.
    Berasa banget ya mbak naik pesawat jenis ATR gitu, aku belum pernah nyobain naik.
    Seru banget sih berpetualang di Labuan Bajo. agak deg-degan ga sih mbak hehehe

    ReplyDelete
  15. Labuan bajoo menjadi bucketlist keluarga kami semoga bisa terealisasi tahun ini.
    Maak cocoknya ke sana bulan apa ya?
    Aq baca tulisanmu ikut deg degan mak

    ReplyDelete
  16. Oh teryata perjalanan kesana memang menegangkan ya mba. Tapi alhamdulillah semua baik baik saja ya mba walau agak mendebarkan. Pengen juga bisa kesana

    ReplyDelete
  17. Aku terbawa cerita suasana tegang di pesawatnya :D
    Alhamdulillah berakhir baik dan selamat ya mbak. Aku pernah mengalami hal serupa, dulu pas dari Surabaya ke Banyuwangi, pesawat baling2 gitu juga. Pesawat kecil memang terasa banget karena terbangnya lebih rendah dari pesawat bukan baling2. Apalagi di cuaca buruk :D

    Pengalaman ketemu komodonya seru. Jadi kangen nengok Pulau Rinca. Apa kabar pulau itu setelah dibangun ala Dino park ya?

    ReplyDelete
  18. Aku malah deg2an lihat foto mba megang komodo... Secara, liur komodo kan sebetulnya beracun kan mba. Tapi memang komodo merupakan daya tarik luar biasa ya. Semoga walau wisatawan makin banyak, alam sekitarnya tetap lestari. Aamiin...

    ReplyDelete
  19. Foto bareng Komodo ini memang sensasinya luar biasa ya. Makanya ga heran jadi salah satu tujuan wisata yang laris banget.

    ReplyDelete
  20. Wahh seru sekali ceritanya mbak
    Pasti jadi pengalaman yang tak terlupakan ya mbak
    Saat bisa interaksi langsung dgn Komodo

    ReplyDelete
  21. Kalo gimana rasanya naik pesawat kecil, aku bisa seolah merasakan ya mba, solanya udah pernah bebrapa kali, tapi kalo perasaan ketemu komodo nah ini belum tahu, mungkin harus saya coba dulu deh, menarik seklai perjalanan mba dan teman2 nih

    ReplyDelete
  22. Yeaayy seru banget ketemu komodo dan bisa poto2 :D
    Wah kukira pulau komodo rata ternyata ada naik turun bukit yaa
    Aku jd keinget pas waktu itu ke NTT naik pesawat baling2, temanku yg asli sana bilang kalau pesawat baling2 tenang aja, kalau baling2nya mati satu msh bisa terbang beda ma pakai jet haha
    Tetep aja yaa deg2an

    ReplyDelete
  23. Aku yang ngebayangin penerbangan Mak Ophi aja ngerasa ngeri, apalagi kalau mengalaminya. Bila-bila kapok naik pesawat. Sekarang kalau mengunjungi komodo, udah jadi pariwisata super prioritas yak.bwah, beruntung Mak Ophi udah ketemu ama si Komo secara langsung.

    ReplyDelete
  24. Salut banget dengan kekuatan fisiknya dengan kegiatan yang padat akhirnya bisa lihat Komodo ya Mbk. Keren sekali ceritanya sangat menarik dan seru

    ReplyDelete
  25. Beneran indah ya mba labuan bajo huhu Aku yg semakin penasaran Walaupun perjalanan cukup jauh tapi terbayar dengan keindahan labuan bajo plus ketemu Komodo dari dekat apalg bisa foto bareng

    ReplyDelete
  26. Seru banget ya bisa ketemu sama komodo... Meski harus melalui perjalanan yang bikin deg-degan...

    ReplyDelete
  27. Duh sport jantung banget ya mbak kalau naik pesawat dengan cuaca yang sedang kurang bersahabat. Saya pernah juga waktu pulang dari Malaysia, pesawat pas mau landing gak bisa turun karena terkendala di lapangan, akhirnya kita muter muter di atas sampai sakit telinga karena turbulensi. Btw alhamdulillah meski perjalanan yang mendebarkan tapi akhirnya bisa bertemu juga dengan komodo ya mbak.

    ReplyDelete
  28. Wah asik sekali mba jalan2nya ketemu komodo. Aku ketemu komodo terakhir di kebun binatang pas nganter anak jalan2. Huhu

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.